Becca duduk bersila di lantai ruang tengah apartemennya yg kecil dan berantakan. Dia menjulurkan kedua tangan kedepan, merentangkan kesepuluh jari, lalu mulai meniup kuku-kunya yg baru di cat warna ungu pucat dengan giat."Selamat siang, para pendengar. Bagaimana kabar Anda semua hari ini?"
Becca mendengar suara Krystal yg ceria di radio dan melirik jam dinding. Oh, acara yg dipandu Krystal sudah dimulai. Siaran itu adalah salah satu siaran paling diminati dan setiap hari banyak sekali surat pendengar yg masuk ke stasiun radio. Karna itulah acara ini disiarkan dua kali sehari. Becca sendiri suka mendengarkan siaran itu kalau sempat.
Suara Krystal yg ramah terdengar lagi.
"Surat pertama yg akan saya bacakan hari ini adalah surat dari salah satu pendengar kita yg bernama Ms. Sarocha,"
Sarocha? Becca mengerutkan kening. Nama asing tapi herannya terdengar tidak asing.
"Aku baru tiba di Paris hari itu."
Krystal mulai membaca. Suara nya jelas dan terkendali, Krystal punya suara yg sedikit menghipnotis dan menghanyutkan, jenis suara yg mampu mengajak pendengarnya ikut membayangkan apa yg diceritakannya.
"Ini adalah kunjunganku yg kesekian kalinya ke Paris. Biasanya setiap kali pesawatku mendarat di bandara Charles de Gaulle, aku akan melakukan hal-hal yg sudah rutin ku lakukan. Aku turun dari pesawat, mengurus imigrasi, dengan sabar menunggu bagasiku muncul di ban berjalan, setelah itu langsung keluar dari bandara tanpa melihat kiri-kanan."
"Tapi hari itu berbeda. Ketika aku akan keluar dari bandara, aku melewati sebuah cafe dan mencium aroma kopi yg enak. Untuk pertama kalinya aku tergoda untuk duduk dan menikmati secangkir kopi panas. Aku tidak tahu apa yg menarikku, tetapi aku meyakinkan diri sendiri bahwa aku hanya lelah setelah duduk berjam-jam di pesawat yg sempit."
"Kafe itu memberi kesan nyaman, dengan beberapa meja kecil dan kursi empuk. Aku memesan Coffe Cream dan ketika menunggu pesananku itulah sesuatu terjadi."
"Aku baru mengeluarkan ponselku dan mulai memeriksa jadwal kerja selama di Paris ketika seseorang menyenggol koperku yg ku letakkan di lantai, samping meja."
"Maaf."
"Aku mendongak dan melihat seorang gadis muda sedang memperbaiki posisi koper berodanya yg menyenggol koperku. Dia tersenyum sekilas untuk meminta maaf. Sebelum aku sempat membalas senyumnya atau menyahut, dia sudah berbalik dan berjalan menjauhi mejaku sambil menarik kopernya. Kuperhatikan dia berjalan ke meja di dekat jendela kaca besar yg menghadap ke luar bandara. Dalam perjalan singkat ke meja itu, kopernya menyenggol dua kursi dan nyaris melindas kaki salah seorang pelayan. Entah tidak menyadari atau tidak ambil pusing, gadis itu tetap berjalan seakan tidak ada yg terjadi."
"Dia duduk dan menyilangkan kaki. Posisinya sedikit membelakangiku. Tanpa melirik menu yg ada di meja, dia memanggil pelayan dan memesan sesuatu. Aku terlalu jauh untuk mendengar apa yg dikatakannya. Setelah itu dia menyandarkan punggung ke sandaran kursi dan memandang ke luar jendela,"
"Gadis itu...posisi duduknya...kaca jendela besar...sinar matahari menyinarinya...aku terpesona melihat kombinasi semua itu. Dengan sinar matahari dari luar, sosok gadis itu menjadi sedikit kabur, gelap, dan memberikan kesan misterius. Aku bisa saja terus memandangi gadis itu kalau saja aku tidak menyadari bahwa aku sudah punya janji bertemu seseorang hari itu."
"Kupikir aku tidak akan bertemu gadis itu lagi, tapi aku mulai menyadari bahwa hidup penuh kejutan."
"Aku bertemu lagi dengannya. Malam itu juga. Seperti yg kukatakan tadi, aku punya janji bertemu seorang teman disebuah kelab dan aku datang terlalu cepat. Aku mengambil tempat duduk di bar yg sedikit ramai dan memesan minuman sambil menunggu,"
KAMU SEDANG MEMBACA
IN PARIS (END)
RomanceRebecca Armstrong menyukai Paris dan musim gugur. Dia mengira sudah memiliki segalanya dalam hidup...sampai dia bertemu Freen yg sulit ditebak dan selalu membangkitkan rasa penasarannya sejak awal. Freen Sarocha benci Paris dan musim gugur. Dia data...