DUA BELAS

1.4K 193 6
                                    

"Syukurlah Amber sudah boleh pulang sore ini," kata Krystal sambil memegang dadanya dan menghela napas lega.



Becca yg berjalan disampingnya hanya tertawa.



"Tidak perlu berlebihan begitu, Krystal. Pacarmu hanya menjalani operasi usus buntu biasa."



Becca baru saja menemani Krystal mengurus administrasi Amber sebelum keluar dari rumah sakit. Sekarang mereka sedang berjalan kembali ke kamar tempat pacar Krystal dirawat.



"Tapi tetap saja aku khawatir selama dia dioperasi," kata Krystal tidak peduli.



"Kamu pasti juga akan begitu kalau Freen yg menjalani operasi usus buntu."



Becca tersenyum kecil dan mengangkat bahu.



"Mungkin saja."



Krystal memandangnya dengan tatapan menyelidik.



"Kenapa? Ada apa dengan Freen?"



Becca menghela napas dan menggeleng.



"Tidak apa-apa. Hanya saja dua-tiga hari terakhir ini dia sepertinya sedikit pendiam," sahut Becca.



"Hm?"



"Dia tidak banyak bicara." Becca berusaha menjelaskan.



"Dia sedang sibuk dan banyak pekerjaan sehingga kami tidak sempat bertemu, hanya bisa bicara sekali ditelepon, tapi itu juga hanya sebentar. Mungkin ini perasaanku saja."



"Mungkin saja," sahut Krystal.



"Kamu sudah bertanya padanya? Mungkin dia sedang ada masalah atau apa."



"Tidak. Dia tidak pernah berkata apa-apa. Aku juga belum bertanya," kata Becca dan memutuskan dalam hati dia akan bertanya nanti.



"Ngomong-ngomong, terima kasih kamu mau datang menjenguk Amber," kata Krystal ketika mereka sudah sampai di depan pintu kamar Amber.



"Tidak masalah," kata Becca ringan.



"Aku sudah lama mengenal Amber dan baru kali ini aku melihatnya terbaring tidak berdaya di tempat tidur. Biasanya dia selalu bergerak, tidak bisa diam. Perubahan kecil seperti ini pasti bagus baginya."



"Apanya yg bagus?" Krystal mendengus.



"Sepanjang hari kerjanya hanya menggerutu karna belum diizinkan berkeliaran."



Becca tertawa.



"Krystal, kamu masuk saja dulu. Aku ingin ke toilet."



Krystal melambai dan masuk ke kamar rawat, sedangkan Becca terus berjalan menyusuri koridor ke toilet.



Baru saja dia akan membelok memasuki toilet wanita, langkah kakinya terhenti. Matanya terpaku pada punggung seorang pria yg sedang berjalan menjauhi meja perawat tidak jauh dari sana. Dia mengerjapkan mata.



"Ayah?" gumamnya pada diri sendiri.



Dia bergegas berbalik dan berlari-lari kecil menyusul Ayahnya yg akan berjalan menjauhinya.



"Ayah!" seru Becca ketika dia merasa jaraknya sudah cukup dekat sehingga Ayahnya bisa mendengarnya.



Ayahnya menoleh dan...Apakah hanya perasaannya ataukah Ayahnya terkejut melihatnya?



IN PARIS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang