13【NIKI Marah】

207 62 1
                                    

_____✧༺ HAPPY READING ༻✧_____

Sooha terpaku dengan apa yang ia lihat. Tubuhnya yang penuh peluh bergetar, matanya terkunci menatap suatu objek di depannya.

'Apa?'

"Gedung academy ini punya lift?"  Lirih Sooha, energinya sudah terkuras untuk menaiki tangga dan menelusuri setiap lorong sekolah.

Mini toples di tangan kanannya jatuh. Menampakkan kukies keju berserakan dengan bentuk yang tak beraturan lagi.

Sooha tersadar. "Kukies ku?"

Dia berlutut untuk memungut kembali kukies yang sudah hancur. Senior yang melihatnya hanya melirik sambil menahan tawa.

Sooha menutup mata sejenak lalu bergegas masuk lift. Mata yang lesu mengarah pada benda di genggamnya.

"Tidak mungkin kukies ini diberikan pada kak Hee"

Ia menekan tombol 1 sambil merutuki aap yang baru saja terjadi.

'mungkin ini saat yang tidak tepat'

Di lantai bawah. Sae-mi, kakak kelasnya menatap Sooha dari ujung kaki hingga rambut. Tampilan yang jauh berbeda dari beberapa saat lalu.

"Apa kau bertemu dengan Heeseung?"  Tanya Sae-mi mengejek.

"Be- belum sempat. Mungkin lain kali"

"Lalu bagaimana dengan barang Heeseung yang tertinggal? Apa kau akan membawanya pulang?" 

"Jelas-jelas hari ini Heeseung absen. Tidak mungkin ada barang yang tertinggal. Dasar caper" 

Sooha tertunduk malu lalu segera bergegas meninggalkan Academy H2.

    
    
   
Di sini dia berada, rooftop. Duduk dengan kaki yang menggantung ke bawah dan air mata yang terus mengalir.

"Apakah aku terlahir untuk dibenci? Kakak... Mari kita bertemu, aku merindukan mu-

-Aku membutuhkan sebuah pelukan, dan hanya kau yang mampu memberikannya"

"Aku minta maaf telah meninggalkanmu"

_____✧༺ ғʀᴀɢʀᴀɴs ༻✧_____

"Ayah, kalau boleh kami tahu kenapa bunda tiada di usia muda?"

Sunghoon yang semula fokus dengan sendok yang dimainkan di atas meja mengalihkan atensinya pada Jay.

Keluarga Vernon baru selesai makan malam. Hanya menunggu Niki selesai makan, mereka akan bangkit untuk kembali ke kamar masing-masing. Tapi pertanyaan Jay menghentikan semua aktivitas.

"Kan ayah sudah pernah cerita kalau bundamu meninggal tak sendirian tapi bersama kembaran Niki."

"Aku tahu, tapi apa alasannya?" -Jay

"Sebelum ayah menjawab dengan jujur, Jay tidak berhenti bertanya." tekan Jay.

"Seperti apa wajah bunda?"  tanya Niki polos yang baru selesai makan.

"Apakah ayah menyimpan foto bunda?"

Pertanyaan beruntun terus terlontar dari bibir mereka.

"Kalian sudah dewasa, apalagi Heeseung dan Jay akan segera wisuda. Sudah saatnya kalian tahu"  Vernon bergeser mencari tempat duduk yang lebih nyaman.

"Saat itu usia Bunda Yuqi masih muda. Yuqi tiada karena tubuhnya tak kuat mengandung Niki dan Taki. Kondisinya untuk melahirkan Niki sudah tak memungkinkan lagi. Tapi takdir berkata lain, Tuhan masih memberi keselamatan padamu nak."  Tangan Vernon terulur mengelus punggung tangan Niki.

ᴄʀʏsᴛᴀʟ ғʀᴀɢʀᴀɴs || 𝐄𝐍𝐇𝐘𝐏𝐄𝐍Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang