d u a s e m b i l a n

580 87 5
                                    

Hi.. 🖐🏻👋

Chapter 29 udah terbit nih...😄

Ayo merapat...🤩

Semoga suka ya...😘😘

Enjoy .. 😎😎

Let's Get It

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Let's Get It

Jaemin tidak bisa tenang, mengingat Mark memeluknya begitu erat di bandara tadi malam. Ditambah suaminya yang dingin itu menangis.  Sejak tadi ia melihat Ten begitu sibuk dengan ponselnya, itu membuat perasaan Jaemin semakin tidak tenang. Ada apa sebenarnya?

"Paman Jang, apa situasi di Istana baik-baik saja?" Jaemin memilih untuk merapat pada tembok, untuk mendengar pembicaraan Ten dengan Paman Jang. Ia tahu ini tidak sopan, tapi ia ingin mendapat jawaban atas hatinya yang tidak tenang saat ini. 

"Bantu aku, Paman Jang. Kumpulkan barang bukti, yang sekiranya mencurigakan. Aku ingin membuktikan pada orang-orang di istana, terutama Ayah, kalau Mark sama sekali tidak bersalah." ucapan Ten, membuat dahi Jaemin mengerut. Ada apa sebenarnya?

"Aku minta, kau selidiki orang-orang istana Eunyoung. Terutama Ibu Suri Doyoung dan Dayang Bae. Biar Jeno, menjadi urusanku. Aku yakin Paman bisa bermain cantik. Aku mohon bantuanmu, Paman Jang," Ten meremat ponselnya. Ia tidak bisa berlama-lama disini. Masalah Mark lebih penting saat ini. 

"Eonni, ada apa sebenarnya?" Jaemin keluar dari persembunyiannya, membuat Ten terkejut dibuatnya. Ten menatap Jaemin dengan tatapan yang sulit dijelaskan. Awalnya Ten ragu, namun sepertinya memang Jaemin harus tahu tentang masalah ini. 

Ten mengajak Jaemin untuk duduk diruang santai, tak lupa meminta dayang Go untuk menyiapkan teh dan cemilan. Ia hanya berharap Jaemin baik-baik saja setelah mendengar kabar ini. 

Ten mulai menceritakan apa yang terjadi pada Mark, dari awal sampai akhir tanpa ada yang ditutupi. Sepanjang Ten bercerita, Jaemin tidak bisa untuk tidak terkejut. Kenapa semua ini bisa terjadi pada suaminya? Tanpa disadari air mata Jaemin mengalir. 

"Nana, jangan menangis," Ten membawa Jaemin kedalam pelukannya. Ia tahu Jaemin pasti sama terpukulnya dengan Mark. Apalagi mendengar Mark diasingkan ke Kanada entah sampai kapan. 

"Kak, kumohon bantu Mark," ucap Jaemin dalam tangisnya. 

-

"Haechan, bisa kita bertemu?" suara Jeno terdengar begitu lemah. Semalaman ia tidak bisa tidur. Perasaannya tidak bisa tenang, dan merasa bersalah. Ia membutuhkan seseorang untuk mendengarkannya bercerita. Haechan orang yang tepat ia rasa. 

"Aku tunggu di cafe dekat taman kota ya, Chan," Jeno memutus panggilannya. 

Ia menatap Istana Mark dan Jaemin yang terlihat begitu sepi. Hanya beberapa penjaga yang berjaga didepan. Ia belum mendapatkan kata maaf dari Jaemin, dan sekarang rasa bersalahnya bertambah karena kelakuan ibunya pada Mark. Ya Tuhan, rasanya Jeno ingin sekali menghilang. 

I'm Not a PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang