Dewi Ranjana (bab 1)

548 66 2
                                    


Lagi gabut jadi bikin bab 1 cerita aneh ini hahaha.

Kedatangan Raja Syam ke negeri Navitri mengusik ketenangan Raja Jayandara. Meskipun Raja itu tampak tenang, tapi dari raut wajahnya terlukis jelas rasa cemas dan gelisah akan keselamatan putra semata wayangnya.

"Ada apa Kanda Prabu? Apa yang membuat Kanda Prabu terlihat tidak tenang seperti ini?" tanya Dewi Harnum, istri Jayandara dengan suara lemah lembut. Dewi Harnum adalah Ratu negeri Navitri. Wanita yang memiliki paras cantik jelita, rambut indah, hitam tergerai panjang.

Dewi Harnum perlahan merangkak naik ke atas tempat tidur mendekati suaminya yang duduk bersandar di atas dipan ukir berwarna emas dibalut dengan kain sutra warna merah. Disandarkannya kepalanya pada dada suami tercinta.

"Aku sedang memikirkan anak kita, Dinda Harnum," jawab Jayandara sembari mengelus surai hitam sang istri dengan lembut dan penuh kasih.

"Pangeran Virendra?"

Jayandara tersenyum kecil."Siapa lagi? Memangnya kita punya berapa anak?"

Dewi Harnum menarik diri menjauh dari dada Jayandara lalu memutar tubuhnya menghadap ke suaminya. Wanita jelita itu kemudian menangkup wajah Jayandara dan tersenyum lembut.

"Kenapa dengan anak kita, Kanda? Bukankah anak kita tumbuh dengan baik. Lihatlah dia sekarang, dia tampan sepertimu, Kanda."

Jayandara menarik turun tangan indah Dewi Harnum dari wajahnya."Aku tahu, Dinda. Tapi, Kedatangan Raja Syam tempo hari mengusik ketenanganku."

Senyum di bibir merah Dewi Harnum memudar. Sorot matanya berubah cemas. Wanita jelita itu teringat akan kejadian saat Raja Buntala datang ke istana dan berkata akan mempersunting putra mahkota. Rasa cemas Jayandara secepat kilat menular pada Dewi Harnum.

"Kanda Prabu, selama pangeran Virendra tetap berada di lingkungan istana, Raja Buntala tidak akan bisa menyentuh putra kita. Bukankah begitu kata Begawan Abyasa."

"Iya, Dinda. Tapi putra mahkota telah tumbuh dewasa, mau sampai kapan kita mengurungnya dilingkungan istana. Bukankah Dinda sendiri yang mengatakan putra mahkota sering diam-diam pergi keluar istana."

"Benar, lalu apa yang harus kita lakukan untuk menjaganya, selain mengurungnya di lingkungan istana, Kanda," gumam Dewi Harnum sambil menunduk cemas.

"Itulah yang sedang aku pikirkan, Dinda." Jayandara mendesah pelan.

Raja dan Ratu itu pun sama-sama terdiam untuk beberapa saat.

Tidak lama kemudian terdengar suara prajurit yang berjaga di luar kamar menghaturkan sembah dari balik pintu.

"Ampun Gusti Prabu Jayandara, hamba mengganggu waktu istirahat Gusti Prabu."

Jayandara menoleh ke pintu kamarnya. Raja itu tertegun sejenak. Hal mendesak apa yang membuat prajurit jaga mengganggu waktu istirahatnya. Sedangkan para prajurit itu tahu akan peraturan istana. Tidak ada yang boleh mengganggu kamar Raja jika sedang ada sang ratu di dalamnya.

"Ada apa katakan?" sahut Jayandara dari dalam kamar, tanpa bergerak dari atas tempat tidurnya.

"Ampun Gusti Prabu, salah satu prajurit dari istana Kesatrian datang menghadap."

Mendengar itu Jayandara segera beranjak dari tempat tidur dan berjalan ke luar kamar.

"Ada apa?" tanya Jayandara setelah pintu kamar menutup rapat dengan sendirinya. Tidak membiarkan dua prajurit di depan Raja Jayandara punya kesempatan melirik ke dalam kamar.

Prajurit dari istana Kesatrian berlutut dengan satu kaki, menangkup kedua tangannya sejajar dahi. Prajurit itu memberi hormat.

"Ampun Gusti Prabu, prajurit penjaga dari istana Kesatrian menangkap seorang penyusup."

You Are My DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang