"Tolong diperiksa ya Mas ada masalah apa, soalnya bunyi sesuatu kalau lagi jalan," kata Bagaskoro pada mekanik bengkel mobil.
Siang ini sepulang ngajar Bagaskoro mampir dulu ke bengkel langganan. Biasa ... jika mobilnya bunyi aneh sedikit saja, laki-laki usia 50 tahun itu akan segera memeriksanya ke bengkel langganan.
"Iya, Pak. Saya cek dulu kalau begitu," jawab si mekanik dengan santun. Di sekitar tempat tinggal Bagaskoro siapa yang tidak segan padanya, seorang kepala sekolah berwibawa dan tegas. Sekolah yang dipimpinnya sedang di posisi yang gemilang. Punya keluarga harmonis. Semua anaknya terpelajar dan punya pekerjaan mapan. Tinggal d
Si bungsu saja yang belum kerja. Ya karena masih di bangku sekolah.Sambil menunggu mobilnya beres Bagaskoro pergi ke warung makan di seberang jalan depan bengkel.
"Kopi, Bu," kata Bagaskoro saat masuk ke dalam warung.
Seorang wanita seusia istrinya datang menghampiri, tersenyum ramah dan menyapanya.
"Eh, Pak guru, sudah lama enggak mampir. Dari mana ini, Pak?"
"Dari bengkel depan, biasa mobil tua minta dandan."
"Oh begitu. Yah enggak apa-apa, dari pada nanti makin parah. Silakan duduk dulu, Pak." Menarik satu kursi plastik lalu mempersilakan Bagaskoro untuk duduk.
"Ana, buatkan Pak Bagaskoro kopi. Jangan terlalu manis ya ..." teriak si pemilik warung sambil melihat ke belakang.
"Iya, Bu!" Seru Ana dari dapur.
Selagi menunggu kopinya datang, Bagaskoro makan beberapa pisang goreng untuk mengganjal perutnya yang bunyi keroncongan karena lapar. Jam menunjukkan pukul 2 siang, jam makan siang sudah lewat. Bukan karena pelit, tidak mau beli makan siang, tapi bagi Bagaskoro, masakan istrinya adalah yang paling enak. Jika masih bisa ditahan, Bagaskoro memilih menahan lapar supaya nanti di rumah bisa makan masakan istrinya dengan kenyang.
"Pak Bagaskoro."
Bagaskoro menoleh ke datangnya suara. Di belakangnya berdiri seorang laki-laki 10 tahun lebih muda darinya. Berpakaian rapi seperti dirinya.
"Pak Helmi," balas Bagaskoro sambil senyum lebar.
Laki-laki yang dipanggil Pak Helmi itu kemudian mengulurkan tangan untuk menyalami Bagaskoro.
"Di sini juga Pak?" tanya Bagaskoro basa-basi.
Pak Helmi adalah guru BK di sekolah Danurdara. Kebetulan keduanya saling kenal.
"Kebetulan lewat, Pak. Terus mampir mau ngopi dulu."
"Oh, sama. Kalau saya nunggu mobil lagi servis di bengkel depan."
"Ah, begitu." Pak Helmi manggut-manggut. Lalu memesan kopi pada penjaga warung.
Setelah kopi datang, mereka berdua mengobrol tentang sekolah, tentang perkembangan pendidikan saat ini.
"Oh, ya, orangtua keponakan Bapak apa sudah kembali dari luar kota?" tanya Pak Helmi di sela obrolan.
Mendengar pertanyaan itu Bagaskoro mengernyitkan kening.
"Keponakan saya yang mana?" Bagaskoro balik bertanya seraya menatap lawan bicaranya dengan tatapan serius dan bingung.
"Virendra, dia keponakan Bapak kan? Sepupu Danur," sahut Pak Helmi menjelaskan.
"Virendra bukan keponakan saya," ujar Bagaskoro dengan kening berkerut.
Pak Helmi bengong. Lalu kembali berbicara, "Ah, saya pikir Keponakan Bapak. Karena kata Danurdara begitu. Setiap hari Virendra ikut ke sekolah. Danur bilang ayah ibunya sedang keluar kota, jadi Danur harus menjaganya," terang Pak Helmi sesuai seperti yang Danurdara katakan padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Destiny
General FictionPernah tahu tentang kisah cinta Jaka Tarub?? Seorang pemuda tersakiti yang bertemu dengan 7 bidadari di telaga. Dan salah satu dari bidadari itu menjadi istrinya. Namun, ini bukan tentang kisah Jaka Tarub, ini kisah tentang Danurdara. Tanpa sengaja...