Danurdara membawa Virendra masuk ke kamarnya. Sebuah kamar yang tidak terlalu besar ukuran 3x4 meter, tapi sudah ada kamar mandi kecil di dalam. Dinding kamar warna abu-abu. Seperti kebanyakan kamar remaja laki-laki. Ruangan itu tidak terlalu rapi. Pakaian berserakan di lantai. Buku majalah, komik, tersebar di atas kasur. Diantara semua buku itu tidak ada buku pelajaran satu pun. Danurdara adalah anak yang malas belajar, otaknya tidak mau diajak berpikir rumit. Dia menyukai hal-hal ringan yang menyenangkan. Itu kenapa, Danurdara tidak pernah mendapatkan nilai pelajaran yang memuaskan.
Namun, hari ini remaja itu selamat dari amukan sang bapak. Dia lolos dari hukuman, lolos tidak dimasukkan ke asrama sekolah. Danurdara masih bisa hidup bebas, bermain-main, menikmati masa remajanya tanpa beban tekanan soal pelajaran. Dan semua itu berkat laki-laki tampan seusianya yang berasal dari khayangan. Mengingat itu Danurdara menahan senyum geli.
Khayangan? Apakah ini negeri dongeng? Dalam hati Danurdara berpikir, orang di depannya saat ini pasti hanya remaja yang kabur dari rumah, tapi kebetulan bisa sulap. Danurdara tidak begitu percaya kalau remaja laki-laki tampan itu sungguh pangeran dari negeri Khayangan.
"Sana buruan mandi, gantian. Kamu dulu baru aku," kata Danurdara lalu menjatuhkan tubuhnya ke atas kasur. Berbaring terlentang, melonggarkan otot-otot tubuhnya yang kaku setelah berlari di hutan kecil tadi.
Virendra melangkah ragu sambil mengedarkan pandangan di sekitar kamar. Mata indahnya mengamati setiap sudut di ruangan itu. Jauh berbeda dengan kamar miliknya di negeri Navitri. Kamar ini lebih sempit dan ada beberapa benda yang tidak pernah dilihatnya.
Virendra melangkah ke dekat keranjang warna biru di pojok ruangan. Di dalam keranjang itu ada beberapa helai pakaian, tapi bukan itu yang menarik perhatiannya. Tangan dengan jari-jari yang ramping dan halus itu memungut sebuah benda berbentuk bulat.
Dipegangnya benda itu dengan dua tangannya lalu ia amati setiap sisinya.
"Apa ini? Bulat seperti kelapa," gumamnya sambil melihat sekeliling benda bulat itu dengan tatapan heran dan ingin tahu.
"Kamu ngapain?" Danurdara bangkit dari rebahnya, duduk di tepi tempat tidur.
Suaranya mengejutkan Virendra. Benda di tangan pemuda tampan itu jatuh meluncur ke lantai dan memantul beberapa kali. Menggelinding di bawah tempat tidur, tepat di sebelah kaki Danurdara.
"Apa itu? Kenapa bisa memantul seperti tadi?" Virendra bertanya dengan tatapan heran.
Danurdara mengernyitkan kening, sedikit menarik kepalanya ke belakang.
"Kamu tanya ini apa?" Mengambil bola basket di lantai lalu ia letakkan di pangkuannya.
"Iya, itu apa?"
"Anak umur satu tahun juga tahu ini bola."
"Bola?" Virendra memiringkan kepala. Mata indah dengan bulu mata panjang dan lentik berkedip polos.
Melihat ekspresi itu Danuarta tertawa geli.
"Kamu beneran makhluk dari luar angkasa? Masa enggak tahu bola basket."
Bibir tipis Virendra seketika mengerucut dan bergumam. "Kau sungguh tidak percaya, aku dari Khayangan, padahal sudah aku buktikan tadi."
"Iya, iya, aku percaya. Oke, ini namanya bola. Bola basket. Buat main basket. Pernah main bola basket?"
"Bermain basket apa? Di negeriku tidak ada benda seperti itu. Aku mau bermain basket, apa kau bisa mengajariku."
Virendra datang menghampiri Danurdara, mendudukkan bokongnya di sebelah remaja itu.
"Kau mau mengajariku kan? Aku mau bermain itu." Ke dua telapak tangannya yang halus menyentuh lengan Danurdara. Mata indahnya menyala-nyala semangat. Sangat antusias. Di Khayangan Virendra sangat menyukai hal-hal baru. Dan dia akan selalu meminta Jendral Garendra secara khusus mengajarinya. Namun, di bumi ini tidak ada Jendral Garendra. Di dunia fana ini hanya remaja laki-laki di depannya ini yang dikenalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Destiny
General FictionPernah tahu tentang kisah cinta Jaka Tarub?? Seorang pemuda tersakiti yang bertemu dengan 7 bidadari di telaga. Dan salah satu dari bidadari itu menjadi istrinya. Namun, ini bukan tentang kisah Jaka Tarub, ini kisah tentang Danurdara. Tanpa sengaja...