Selamat membaca semoga suka part ini.
Bagaskoro berdiri depan pintu rumah sambil mengetuk berulang kali. Ia tampak tak sabar menunggu.
Tak lama kemudian datang Sekar dari belakang rumah membukakan pintu.
"Bapak, kok gak sabar banget sih, Ibu kan lagi masak," protes Sekar saat melihat suaminya berdiri menjulang tinggi di depannya.
"Danur mana, Bu?!" Bagaskoro bertanya tegas.
Sekar diam sejenak, wanita itu mengamati raut wajah suaminya yang tidak seperti biasanya.
"Belum pulang dia, Pak," jawab Sekar hati-hati.
Bagaskoro lalu melangkah masuk ke dalam, berjalan cepat menuju kamar Danurdara.
Sekar yang bingung dengan sikap suaminya mengikuti di belakang.
Brak!!
Pintu kamar terbuka lebar. Bagaskoro berdiri di bibir pintu sambil memegangi kenop erat-erat.
Kedua matanya mengedar nyalang ke setiap sudut kamar, seperti sedang mencari-cari sesuatu. Di belakangnya Sekar menyusul. Berdiri bingung seraya ikut melongok ke dalam kamar anak bungsunya.
"Ada apa sih, Pak?" tanya Sekar penasaran. Ia sungguh tidak mengerti dengan sikap suaminya yang aneh. Pulang dengan raut wajah masam seperti menahan marah dan langsung menuju kamar anak mereka.
Sekar pun jadi khawatir. Dalam hati bertanya-tanya apakah Danurdara membuat kesalahan lagi.
Tanpa memedulikan pertanyaan istrinya Bagaskoro melangkah ke dalam. Berjalan cepat ke meja belajar kecil, memeriksa semua laci, mengacak-acak tumpukan buku tulis seperti sedang mencari barang bukti.
Melihat itu Sekar menjadi cemas. Takut putra bungsunya membuat masalah dan pasti akan dihukum lagi. Wanita lugu itu pun bergegas masuk kamar mendekati suaminya dan kembali bertanya, "Bapak mencari apa?"
Namun, Bagaskoro lagi-lagi tak segera menjawab. Ia fokus memeriksa semua sudut kamar Danurdara. Sampai ia menemukan sesuatu di bawah meja. Sebuah kertas ujian yang ditempel menggunakan perekat di bawah meja, yang tak akan pernah terlihat jika orang yang mencari tidak menundukkan kepala.
Bagaskoro melepas perekat kertas itu, ia lantas kembali berdiri tegak. Tangan besarnya memegangi kertas ujian yang ia temukan dan memeriksa setiap huruf dan angka yang tertulis di sana.
Tak berapa lama wajah garang Bagaskoro berubah merah padam, nafasnya cepat memburu. Dadanya terlihat naik turun.
Dengan kekuatan penuh Bagaskoro meremas kertas ditangannya itu."Danurdara!" desis laki-laki berbadan tinggi besar dengan kumis tebal seperti Gatot Kaca tokoh dalam pewayangan.
Melihat perubahan raut wajah suaminya, Sekar semakin cemas gelisah. Wanita sederhana itu berdiri gemetar dengan jari saling bertaut.
Danurdara pasti membuat kesalahan lagi. Batin Sekar dengan perasaan tidak karuan.
Di luar rumah, Danurdara dan Virendra baru saja pulang. Hari sudah mulai sore langit yang biru perlahan berubah mendung. Sepertinya hujan akan segera turun. Beruntung dua remaja itu telah sampai rumah.
Setelah kejadian di sungai Kembar Gantung, tiba-tiba sikap Danurdara pada Virendra berubah. Ia jadi lebih lembut, berulang kali mencuri pandang ke Virendra. Ia juga tak segan berada lebih dekat dengan Virendra. Hanya tuk sekedar menyesap aroma tubuh Virendra yang harum bak taman bunga. Memandangi wajahnya yang tampan rupawan seperti pangeran dari negeri dongeng.
Perlahan-lahan tumbuh rasa percaya dalam hati Danurdara. Ia mulai percaya bahwa Virendra adalah sungguh makhluk dari negeri Khayangan. Bidadara yang turun dari langit. Layaknya cerita legenda Jaka Tarub. Seorang pemuda yang bertemu dengan bidadari dari Khayangan di sungai. Namun, kisah Danurdara tidak akan seperti kisah Jaka Tarub yang menikahi sang bidadari. Karena Virendra adalah laki-laki sama seperti dirinya. Virendra bukan seorang gadis cantik jelita, tapi dia seorang pemuda tampan yang tak kalah jelita dari seorang gadis.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are My Destiny
General FictionPernah tahu tentang kisah cinta Jaka Tarub?? Seorang pemuda tersakiti yang bertemu dengan 7 bidadari di telaga. Dan salah satu dari bidadari itu menjadi istrinya. Namun, ini bukan tentang kisah Jaka Tarub, ini kisah tentang Danurdara. Tanpa sengaja...