Bab 2

1.1K 117 7
                                    

Jarak vila tujuannya menuju ke kota dan rumah sakit menghabiskan waktu tiga jam menggunakan mobil, Mark tidak bisa mengambil resiko sejauh itu untuk pergi ke sana sementara jaraknya menuju vila dari tempat ia menyelamatkan si pemuda hanya dua puluh menit.

Mark dengan tergesa dan hati-hati membawa tubuh ringan yang terbungkus selimut dan penuh luka itu masuk ke dalam vilanya. Untungnya ia bisa memahami pertolongan pertama untuk mengobati luka-luka si pemuda walaupun ia bukanlah seorang dokter, ayahnya yang seorang perawat membuat dirinya tidak asing dengan hal-hal seperti ini, apalagi ia memiliki paman yang cukup sembrono sampai ke tahap sering melukai dirinya sendiri.

Mark membaringkan tubuh si pemuda dengan perlahan di atas kasur di kamarnya. Dengan hati-hati dan penuh kelembutan mulai membalut lukanya dan membersihkan darahnya.

Darah itu sepertinya berasal dari luka dipunggungnya, karena di sanalah banyaknya warna merahㅡyang baru Mark sadari terlihat cukup aneh. Warna itu, tidak merah seperti darah pada umumnya. Mark harus melihatnya lebih teliti jika ia ingin tahu apa lebih jelas mengenai keanehan itu.

Mark menyentuh darah kental yang berwarna merah keemasan ituㅡmungkin. Ia tidak bisa mempercayai matanya, mungkin efek terkejut dan lampu kamarnya yang tidak terlalu terang, tetapi ketika ia menggosokkan darah itu ditangannya, cairan itu meninggalkan bekas keemasan dengan taburan seperti gliter yang cukup terang.

Mark memundurkan tubuhnya sedikit dari tubuh tak sadarkan diri si pemuda untuk melihat apa yang ada di hadapannya. Seumur hidupnya tidak ada makhluk lain yang Mark pernah temui memiliki darah seperti ini. Darah manusia umumnya memiliki warna merah pekat dan bau anyir, tunggu, Mark membawa tangannya ke hidungnya dan ia mengkerut, tidak ada bau anyir sedikit pun. Apakah ia baru saja mencium bau segar seperti bunga-bungaan? Walaupun ia tidak paham bunga apakah itu atau mungkin bau apakah itu. Mark mulai mempertanyakan dirinya, apakah itu memang darah?

Mark kembali menatap tubuh basah kuyup di hadapannya. Ia membuka selimutnya hingga si pemuda benar-benar telanjang bulat. Sejujurnya tidak ada keanehan dalam diri si pemuda.

Wajahnya, mungkin berumur sekitar tujuh belas atau delapan belas. Fitur wajah lembut dengan pipi berisi dan sedikit bulat, hidung kecil dengan bibir kecil dan berisi dan berwarna merahㅡMark mungkin bisa menyebutnya sebagai bibir kissableㅡserta mata bulat dengan bulu mata tipis.

Mark menggeleng pelan untuk mengenyahkan pikiran itu dan segera menatap bagian tubuhnya yang lain, ia juga memeriksa apakah pemuda ini memiliki luka lain mungkin patah tulang atau ada memar lain yang tidak terlihat.

Akan tetapi matanya malah mengkhianatinya, ia menggigit bibirnya ketika melihat dada yang agak berisi untuk ukuran lelaki, putingnya yang mengintip malu-malu, dadanya naik turun dan bernapas dengan teratur, perut rata dan pinggang kecil, pahanya yang mulus dan kecoklatan berlemak. Lelaki ini secara fisik terlihat begitu sempurna. Mark menelan ludahnya gugup, demi tuhan, Mark harus menampar pipinya sendiri untuk menyadarkan dirinya dari pikirannya yang mulai melantur.

Mark akhirnya mendapatkan fokusnya kembali, memeriksa tubuh si pemuda dengan seksama. Ia tidak merasakan adanya tulang yang patah ataupun hal lainnya, Mark mengernyit ketika ia tidak mendapatkan luka apapun ditubuh lelaki itu, punggungnya bahkan tidak memiliki memar atau lecet sedikitpun. Apakah ia benar-benar berdarah dan terluka?

Mark melihat bibir pemuda itu yang robek dan terluka, darah yang telah mengering di sana adalah darah yang sama seperti yang berada dipunggungnya. Apakah pemuda ini melukai seseorang? Mungkin mereka bertengkar sebelumnya, tetapi ia tidak sampai membunuhnya, 'kan?

Mark mencoba menenangkan detak jantungnya yang mulai berdetak tidak karuan. Untuk sekarang ia akan menghubungi orang tuanya dan menceritakan apa yang terjadi, mungkin ayahnya bisa memberikan sedikit saran untuk hal yang tidak ia mengerti.

My AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang