Bab 7

734 73 6
                                    

Mark mengguncang tubuh Haechan secara perlahan untuk membangunkan lelaki malaikat itu. Membuat Haechan merengek kecil, "apa? Ada apa?" Tanyanya setengah sadar, ia menggeliat dan hendak melanjutkan kembali tidurnya.

"Bangun, Haechan. Bukankah kau ingin melihat matahari terbit?" Tanya Mark, ia mengusap dada Haechan seperti bayi supaya lelaki itu cepat bangun.

"Kenapa mataharinya terbit?" Sepertinya Haechan masih benar-benar mengantuk. Ia terdengar lucu dan melantur.

Mark terkekeh, "karena pagi akan segera datang. Bukankah kau bilang menyukai matahari terbit kemarin?"

"Iya, tapi tidak sekarang." Racau lelaki malaikat itu.

"Masuk akal." Mark menimpali, "kalau kau memang masih mengantuk, kau bisa tidur kembali." Mark hendak menyelimuti Haechan supaya ia bisa tidur lagi, tetapi kaki panjangnya menendang kembali selimutnya, "aku mau melihat matahari terbit." Gumamnya.

"Kalau begitu, ayo bangun." Mark menarik kedua tangan Haechan hingga lelaki itu terduduk, matanya masih terlihat rapat seperti dilem, "aku masih mengantuk." Ia menguap dan menggaruk pipinya dengan kasar.

Mark membawa sandal Haechan dan memakaikannya lalu menarik lelaki itu supaya berdiri.

Dengan sedikit paksaan akhirnya ia bisa membawa Haechan keluar dari kamar hotel mereka. Dan Haechan berjalan ogah-ogahan menuju bibir pantai. Lelaki malaikat itu terus-terusan menguap sambil menyeret kedua kakinya. "Aku biasanya tidak pernah tidur." Ungkapnya.

Mark tertawa pelan, menarik tubuh lelaki itu dan berjalan sambil merangkulnya. "Kau sepertinya mulai terbiasa." Balasnya.

"Ini masih gelap Mark, dan sepi, dan dingin." Mark mengeratkan pelukan mereka dan berjalan lebih cepat supaya Haechan lebih berkeringat. "Siapa bilang sepi? Lihat ada beberapa orang yang sepertinya ingin melihat matahari terbit juga." Mark menunjuk beberapa pasangan yang sedang menunggu dekat pantai dengan jarak yang cukup jauh dari mereka.

Haechan hanya menggumam tidak peduli sebagai jawaban. "Dan sebentar lagi akan terang karena dalam dua menit matahari akan terbit." Tambahnya.

Haechan menyamankan tubuhnya dipelukan Mark, mereka duduk di atas pasir berdempetan karena Haechan yang mengeluh kedinginan. Ia meminta Mark untuk memeluknya dengan erat, yang malah membuat Haechan semakin mengantuk.

"Buka matamu, lihat langitnya sedikit demi sedikit mulai berwarna oranye." Mark menunjuk langit yang nun jauh di sana dengan jemarinya.

Mata Haechan langsung terbuka, "indah sekali.." kicaunya. "Aku ingat dulu jika matahari terbit dan menemui hari selanjutnya kami akan sangat bersyukur dan selalu mendoakan kehidupan manusia."

Mark yang mendengar ucapan Haechan langsung menarik kepala lelaki itu supaya menatapnya, "kau ingat? Maksudku sesuatu tentangmu ketika kau menjadi malaikat dulu."

Haechan menggeleng pelan, "hanya itu yang bisa kuingat. Rasanya ingatan itu samar dan begitu jauh."

"Tidak apa," hibur Mark. "Setidaknya kau di sini baik-baik saja. Dan aku bersyukur untuk hal itu."

"Kau memang sangat baik." Ujar Haechan, ia menggosokkan kepalanya didada Mark dengan nyaman sambil melihat pemandangan matahari terbit yang begitu indah.

Haechan dan Mark terpana dalam waktu kurang dari satu menit melihat keindahan alam itu, langit yang awalnya gelap berubah menjadi jingga lalu sedikit demi sedikit menjadi lebih terang dan biru. Momen itu berlangsung cukup cepat namun terasa sangat berharga.

"Matahari terbit sangat sebentar." Keluh Haechan.

"Untuk itu kita harus lebih sering menghargai waktu bukan? Hal indah tidak terjadi selamanya." Mark berkomentar.

My AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang