Bab 4

952 88 10
                                    

Mark memperhatikan Haechan yang secara ajaib melipat kembali sayap dipunggungnya lalu menghilang begitu saja, seakan tidak pernah terjadi apapun. Hanya menyisakan beberapa furnitur kamarnya yang hancur.

Ekspresi ketakutan terlukis diwaja lelaki malaikat itu, "k-kau tidak akan menyakitiku setelah ini, 'kan?" Tanya Haechan.

Mark menggeleng ribut, "a-aku tidak mungkin melakukannya." Gagapnya. Ia tidak mungkin berani melakukannya, walaupun saat ini ia sedang membohongi dirinya sendiri tetapi ia sebenarnya merasa takut pada Haechan.

Mark berusaha menyingkirkan pemikiran itu dari kepalanya, ia harusnya tahu bahwa Haechan adalah orang baikㅡia tidak tahu apakah dalam hal ini Haechan adalah orang atau bukan, atau malaikat. Tetapi yang jelas ia tidak boleh berburuk sangka pada lelaki itu.

"Apakah kau masih kesakitan?" Mark bertanya untuk yang ke sejuta kalinya, berusaha mengalihkan perhatian mereka, wajah lelaki itu memang masih terlihat pucat, tetapi ia sudah tidak meringis seperti tadi. Ia juga memberitahu Haechan secara tidak langsung dan berusaha meyakinkan lelaki itu bahwa Mark ada dipihaknya serta ia tidak memiliki niat buruk untuk menyakiti lelaki itu.

"Aku baik," lelaki itu menjawab dengan suara pelan, tubuhnya masih meringkuk di atas tempat tidur. Mark mengambil baju bersih dari lemarinya dan membantu Haechan untuk memakainya, "pakai ini," kata Mark. "Aku tidak ingin kau kedinginan atau masuk angin."

Haechan memakai bajunya sesuai instruksi Mark, "masuk angin?" Tanyanya.

"Aku tidak ingin kau sakit." Mark menjelaskan. Ia tersenyum puas setelah Haechan berhasil memakai bajunya yang terlihat kebesaran pada tubuh kecil lelaki itu. "Bagaimana perasaanmu sekarang?"

Haechan menunduk, "sulit." Jawabnya.

Mark hampir saja tertawa mendengar jawaban cukup aneh milik Haechan itu, ia bisa memahami jika lelaki itu masih kesulitan untuk mengekspresikan dirinya, lagipula mungkin ia memang ada benarnya. Mark tidak bisa membayangkan bagaimana perasaannya jika ia memiliki sayap dan sayap itu terluka, bagian terburuknya ia ada di dunia manusia sementara Haechan sendiri bukanlah seorang manusia.

"Aku merasa lelah Mark. Sinar mataharinya membuatku mataku kesakitan." Mark segera menepis segala lamunan dalam kepalanya, "aku akan menutup tirainya untukmu dan membiarkanmu istirahat. Kau bisa memanggilku jika membutuhkanku."

Mark membantu Haechan untuk tidur dengan nyaman, menyalakan pendingin ruangan dan memberikan lelaki itu selimut supaya merasa lebih nyaman.

"Apakah kau ingin aku mengunci pintunya?" Tanya Mark.

"Kenapa?"

"Aku hanya ingin kau merasa nyaman dan aman. Kau tahu, supaya kau bisa mendengarku jika aku membuka pintu. Dan kau bisa berteriak jika membutuhkan bantuanku." Mark menjelaskan.

"Bagaimana jika aku ingin keluar?" Ia bertanya lagi, sedikit was-was.

"Kau hanya tinggal memanggil namaku, dan aku akan membukakan pintunya untukmu."

"Tapi kenapa kau melakukannya, Mark?"

Mark mengangkat bahunya, ia juga merasa bingung. "Entahlah, aku pikir kau merasa belum sepenuhnya percaya padaku. Aku tidak ingin kau terkejut ketika aku membuka pintu kamarmu."

Haechan tersenyum simpul, "aku baik-baik saja, Mark. Dan aku mempercayaimu. Tapi aku akan mengikuti saranmu."

"Baiklah," ucap Mark. "Selamat tidur." Mark mengecup puncak kepala Haechan tanpa bisa ia cegah, tubuhnya secara otomatis melakukannya, dan ia tahu ia tidak menyesalinya setelah melakukan hal itu. Hanya merasa sedikit malu.

"Maafkan aku." Ujar Mark dengan suara sedikit kikuk.

"Apanya?" Tetapi Haechan sepertinya tidak terlalu paham.

My AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang