Bab 13

690 59 12
                                    

Haechan mengikuti Mark yang berjalan dengan langkah pelan menuju tempat parkir. Pria itu tidak melepaskan tangannya sama sekali dan memegangnya dengan erat seolah takut Haechan akan hilang jika ia melepaskannya sedetik saja.

Haechan, untungnya tidak terlalu mengalami kesulitan yang berarti setelah mereka bercinta dengan gila-gilaan sebelumnya. Itu adalah memori paling indah bagi keduanya. Walaupun mereka tidak saling membicarakannya, tetapi masing-masing tahu dari cara mereka saling berbagi tatapan.

"Aku akan merindukan Renjun." Cicit Haechan tiba-tiba. Bibir lelaki itu melengkung ke bawah.

Mark yang duduk di bangku kemudi terkekeh pelan. "Jadi kalian sudah akrab? Kukira kau tidak menyukainya atau semacamnya." Ujarnya.

"Kenapa kau berpikir seperti itu?" Haechan mengalihkan seluruh perhatiannya dari jalanan menuju Mark.

"Eh, bukan begitu maksudku. Kupikir kau akan kesulitan bersosialisasi. Dan kulihat juga kemarin kau dengan Renjun terlihat agak.. tegang." Jawab Mark dengan tawa canggung, mencoba merangkai kalimatnya dengan benar supaya Haechan bisa mengerti.

"Maksudnya?" Tanya Haechan dengan bingung.

"Lupakan. Aku hanya berpikiran jelek saja. Dan itu kurang pantas. Maafkan aku." Mark meringis.

Haechan mengedikkan bahunya tidak peduli. "Tidak apa. Renjun memang mengatakan hal yang membuatku kaget. Tapi kau tidak perlu khawatir. Ini adalah rahasia di antara kita." Lelaki malaikat itu tersenyum tipis menggoda Mark.

"Rahasia?" Gurau Mark, "jadi karena kau memiliki teman baru sekarang kau juga memiliki rahasia dariku?" Tanya Mark pura-pura kecewa.

Haechan membalasnya dengan tawanya yang indah. Tidak heran, ia adalah seorang malaikat.

"Aku merasa tidak nyaman menggunakan baju basah ini." Ujar Haechan tiba-tiba. Ia memegang kerah bajunya sambil mengerucutkan bibir. Dan Mark juga merasa tidak nyaman, tentu saja.

Mereka tidak sempat melakukan sesuatu pada baju mereka. Untungnya semua barang Mark dan Haechan yang sempat ditinggalkannya di kolam renang masih ada dan dalam kondisi aman, hanya saja bajunya.. berbau sedikit apek dan basah. Sebenarnya tidak sulit untuknya membeli baju baru atau apapun itu, tetapi pikiran Mark ada di mana-mana kemarin. Dan baik ia maupun Haechan tidak memiliki pilihan lain selain memakai kembali kaos basah dan celana kain mereka. Sementara jas dan kemejanya ia simpan di dalam sebuah kantung plastik di jok belakang mobil.

"Mungkin sebaiknya kita membeli baju terlebih dahulu." Ujar Mark. "Aku tahu mall bagus di sekitar sini."

"Mall? Baju baru? Yeay." Haechan berteriak di kursinya dengan senang. Yup, kombinasi itu adalah hal terbaik bagi lelaki malaikat itu.

Mark menepikan mobilnya setelah ia berkendara kurang dari tiga puluh detik dan memasuki sebuah pelataran parkir mall. Karena penghangat ataupun AC di dalam mobil tidak membuat pakaian mereka nyaman dipakai, akhirnya ia dan Haechan berkendara sambil membuka jendela mobilnya. Sedikit tidak nyaman, tetapi Haechan menyukai bagaimana angin alami yang menerpa wajahnya dari jendela mobil.

"Orang lain berpakaian bagus hari ini. Sementara aku seperti gelandangan." Ucap Haechan, ia berbisik namun tetap sampai ke telinga Mark.

Pria itu tertawa. "Bagaimana kau belajar berkata seperti itu?" Tanyanya. "Gelandangan? Bukankah itu kata baru?" Mark menatap Haechan heran.

Haechan menanggapi pertanyaan Mark dengan antusias. "Aku melihatnya dari drama, Mark. Dan aku tahu arti gelandangan itu apa."

"Baiklah, baiklah, tuan tampan. Kau memang pintar." Ujar Mark sambil menggandeng lengan Haechan memasuki mall tersebut.

My AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang