Bab 21

687 37 5
                                    

Lima tahun kemudian.

[]

Mark menghembuskan napasnya dengan pelan sambil menatap ke langit yang berwarna biru cerah. Ini adalah minggu terakhir musim panas, cuaca masih sedikit cerah namun udaranya sudah mulai sejuk.

Mark merebahkan tubuhnya di atas rumput basah di halaman belakang vilanya. Setelah beberapa tahun, akhirnya ia bisa berdamai dengan dirinya dan bisa kembali ke sini tanpa merasa terbebani.

Mark menutup matanya sesaat. Sepertinya matahari sebentar lagi akan tenggelam. Pepohonan terlihat bergerak tertiup angin, dengan dedaunannya yang mulai menguning karena akan menyambut musim gugur.

Kandang tupai yang pernah Mark buat bersama sang ayah kini dipenuhi kacang-kacangan dan makanan si tupai, Mark yang memberi mereka makan dan juga menamainya. Ia memang tidak terlalu menyukai hewan-hewan itu, dan tidak berniat memeliharanya, namun Mark pikir tidak berlebihan jika ia memiliki mereka sebagai temannya di sini.

Lagipula tupai-tupai itu juga mengingatkannya pada Haechan. Si lelaki malaikat menyukai hewan, dan Mark ingat betapa antusiasnya sang kekasih ketika Mark memberitahu jika ia membuat kandang tupai di halaman belakang vilanya.

Walaupun kenangan itu hampir tak tersisa, Mark tetap mengingatnya, dan ia menyimpannya dengan baik di dalam hatinya.

Mark akhirnya bangkit untuk memberikan tupai itu tambahan makanan, "sepertinya kalian sangat senang berada di sini. Dan karena sebentar lagi musim dingin dan kalian akan berhibernasi, aku akan berbaik hati untuk membantu kalian mengumpulkan makanan." Gumama Mark sambil menaruh sebuah wadah berisi makanan untuk para tupai itu.

Sore beranjak cukup cepat, Mark memutuskan untuk masuk ke dalam dan menyiapkan makan malam untuk dirinya sendiri.

Mark menutup pintu di belakangnya, ia menghela napasnya dengan berat dan melamun untuk beberapa saat. Suasana vila begitu tenang, sinar mentari sore menembus melewati jendela-jendela besar itu membuat ruang tengah vila diselimuti cahaya berwarna jingga yang indah.

Ini adalah minggu terakhir musim panas. Mark sengaja mengambil cuti untuk rehat dari pekerjaannya yang membuatnya penat. Sebagai seorang komposer serta penulis lagu, Mark tidak kesulitan bekerja di mana saja atau pun cuti kapan saja, dan itu adalah sebuah keuntungan. Lagipula, ini akhir musim liburan dan Mark memiliki alasan.

Mark tidak tahu berapa lama ia berdiri di sana, karena ruang tengah itu kian menggelap. Matahari sudah hampir menghilang di ujung cakrawala, meninggalkan Mark di sana dalam sepi dan sendirian.

Mark menghembuskan napasnya dengan pelan, menahan rasa nyeri yang tiba-tiba menghampiri dadanya. Ia berjalan untuk menutup semua tirai jendela itu, dan menyalakan semua lampunya. Mark lalu menaiki anak tangga menuju lantai dua untuk melakukan hal yang sama.

Setelah melakukan tugas kecilnya, Mark berdiri di depan pintu kamar yang dulunya menjadi kamar Haechan. Ia membuka pintu itu perlahan, dan angin sejuk menyambutnya, membuat Mark terpaku di sana.

Mark menatap ke dalam kamar itu. Kamarnya masih sama seperti yang ia ingat terakhir kali saat Haechan meninggalkannya lima tahun yang lalu. Karena Mark selalu meminta pada sang ibu untuk melakukannya.

Pada awalnya sang ibu menyetujui permintaan itu. Membiarkan apa pun yang sang putra inginkan. Kemudian lama kelamaan ia bertanya-tanya, mengapa Mark melakukannya. Sampai pada akhirnya ibu benar-benar tidak tahu apa yang Mark rencanakan. Untuk apa sang putra memiliki permintaan itu.

Karena ibunya, ayahnya, pamannya, melupakan keberadaan Haechan. Kenangan mengenai sang lelaki malaikat terhapus dalam ingatan mereka. Bahkan Lucas, Jeno dan Jaemin, dan si penyihir Chris pun, melupakan keberadaan Haechan yang dulu pernah ada. Seakan lelaki malaikat itu tak pernah datang dalam kehidupan mereka.

My AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang