Bab 19

518 43 4
                                    

Mark berlari menuju vila untuk mencari Haechan. Ia tidak bisa berpisah dengan lelaki malaikat itu walau hanya sedetik saja. Apalagi dalam keadaan lelaki malaikat itu yang sedang tidak baik-baik saja.

Setelah mengurus beberapa halㅡyang menyangkut polisi dan orang tuanya, juga Lucas dan Renjunㅡakhirnya ia bisa pulang untuk menemui lelaki yang paling dicintainya itu. Dan untungnya hal itu tidak lama, karena ia dan Lucas syukurnya baik-baik saja, bahkan mereka tidak memiliki luka berarti walaupun ditodong dengan senjata api dan melompat ke dalam air dari ketinggian lebih dari dua puluh meter ke dalam bendungan.

Mark membuka pintu kamar Haechan cukup kasar. Dan ia bisa melihat Haechan tengah tertidur pulas di atas tempat tidurnya. Wajahnya terlihat pucat. Dadanya naik turun dengan teratur, matanya terpejam rapat, selain beberapa memar diwajahnya, lelaki malaikat itu terlihat cantik dan terlihat cukup damai dengan posisi tidurnya yang menyamping ke arah pintu.

Mark merasa ragu untuk menghampiri lelaki itu. Karena sang malaikat bahkan tidak terbangun ketika Mark membuka pintunya dengan keras. Mungkin ia begitu kelelahan, dan mungkin ia juga masih kesakitan.

Mark harus menahan rasa rindunya, dan ia harus membiarkan Haechan untuk beristirahat.

Mark akhirnya memutuskan untuk kembali ke bawah. Mungkin ia butuh minum. Mungkin ia perlu menjernihkan pikirannya dan beristirahat.

Namun, langkah Mark terhenti ketika membuka pintu karena suara erangan pelan dari Haechan.

"M-Markie?" Suara serak Haechan membuat Mark kembali berjalan ke arah tempat tidur lelaki itu.

"Haechan? Sayang, kau sudah bangun?" Mark mengusap rambut lepek Haechan yang masih terasa harum.

Haechan tersenyum lemah, dan ia berusaha bangkit dari posisi tidurnya. "Aku bisa mencium baumu." Katanya. "Aku sangat merindukanmu."

Mark tersenyum penuh rasa syukur. "Kau bisa mencium aroma parfumku?" Kekehnya. Ia menghirup bau tubuhnya sendiri yang terasa seperti bau kolam ikan dan pembuangan sampahㅡewh, ternyata ia baru menyadarinya. Mungkin untuk itulah Haechan terbangun.

"Aku juga sangat merindukanmu, omong-omong." Akunya.

"T-terima kasih karena telah menolongku, Mark. Akuㅡaku sangat takut..." lelaki itu melemparkan tubuhnya pada pelukan Mark dan membuatnya lengah serta hampir saja terjerembab ke lantai jika ia tidak memiliki refleks yang bagus.

"Tunggu, sayang. Badanku bau." Mark berusaha mendorong tubuh lelaki malaikat itu menjauh darinya.

"Kau tidak menyukaiku lagi?" Haechan memasang wajah sedihnya, bibirnya bergetar dan ia sudah hampir menangis.

"T-tidak, bukan seperti itu, sayang." Sangkal Mark.

"Kau memanggilku sayang, tetapi tidak ingin kupeluk." Bibir Haechan melengkung ke bawah dan air mata berjatuhan dari sudut matanya.

"H-hei, bukan begitu maksudku, Haechannie.. aku habis berenang di bendungan yang kotor. Aku berbau amis seperti ikan dan sampah." Jujurnya, walaupun ia merasa konyol saat ini.

"Tapi aku tidak mencium bau busuk ataupun bau aneh itu." Sergah Haechan. "Kau memiliki aroma dirimu. Seperti yang biasanya. Kau sangat harum dan nyaman, aku sangat menyukainya." Sambungnya.

Well, Mark sepertinya benar-benar meremehkan Haechan, lelaki malaikat itu memang tergila-gila padanya. Untungnya, walaupun Mark menemukan hidung Haechan yang tidak biasa, ia tetap bersyukur. Karena setidaknya hidungnya kebal dari bau-bauan aneh dan tidak sedap.

Mark lalu kembali memeluk Haechan. "Kau harus tahu apa yang kualami malam ini." Seru Mark, "demi menyelamatkanmu."

Haechan mendongak dalam pelukan Mark untuk menatap pria itu. "Apa yang telah kau lakukan?"

My AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang