Bab 16

505 48 3
                                    

Haechan jatuh sakit. Semua rencananya untuk melarikan diri dari Mark gagal. Bahkan ia sekarang sangat ketakutan untuk pergi dari sisi pria itu barang sejengkal saja.

Mereka berdua sudah kembali ke vila. Tetapi kedua orang tua Mark juga ada di sini untuk menemani mereka. Ayah memberikan bantuan dengan memberi cairan infusan untuk Haechan. Lelaki malaikat itu tidak mengira jika sebuah jarum kecil bisa menyakiti seluruh tangannya. Walaupun tak bisa dipungkiri juga sedikit membuatnya bertenaga.

"Mark.." Haechan meringik dengan suara lemahnya. Ia hampir menangis karena tidak bisa menemukan pria itu di kamarnya.

"Mark, kau di mana?" Haechan berusaha bangkit dari tempat tidurnya dan mencari Mark sambil terisak.

"Mark, aku takut. Jangan tinggalkan aku sendirian." Kedua kaki Haechan sayangnya tidak bisa menyangga tubuhnya. Ia terjatuh dengan ke lantai cukup keras. Kakinya terasa lemas dan sekujur tubuhnya terasa sakit.

"Ya tuhan, Haechan." Pintu kamarnya terbuka dengan lebar dan keras menampilkan Mark dengan wajah khawatirnya. Ia langsung berlari menghampiri lelaki malaikat itu dan membantunya kembali ke tempat tidur.

"Ayah!" Mark berteriak memanggil sang ayah ketika ia melihat jarum infus yang tertancap dilengan Haechan kini terlepas dan darah lelaki itu mengotori sprei putihnya.

Ayah berlari tergopoh menghampiri putranya dan Haechan ketika mendengar suara Mark yang berteriak dengan keras. "Apa? Ada apa?" Paniknya.

"Ayah, tolong. Tangan Haechan. Infusnya lepas." Mark masih berteriak. "Ia juga terlihat semakin sakit, yah. Apa yang terjadi?" Mark sudah hampir menangis.

"Ayah akan membantunya, kau jangan khawatir, nak."

Ayah kemudian memasang kembali jarum infusnya pada tangan Haechan dengan sangat hati-hati karena lelaki itu terlihat sangat kesakitan dan ketakutan. Memeriksa suhu tubuhnya yang ternyata cukup tinggi, dan juga berkeringat cukup banyak. Lelaki malaikat itu kelihatan menggigil.

"Ayah, apa yang terjadi pada Haechan?" Tanya Mark, ia tidak bisa berhenti merasa cemas melihat Haechan yang terus merintih.

"Haechan sepertinya demam. Ayah akan memberinya obat. Pastikan dia minum banyak air putih. Tetapi sebaiknya dia dibawa ke rumah sakit." Jawab ayah.

"Aku tidak mau ke rumah sakit, Mark. Aku mau bersamamu di sini." Lirih Haechan.

Mark memegang tangan lelaki itu dan mengangguk padanya. "Aku tidak akan membawamu ke rumah sakit. Tetapi kau harus sembuh."

Ayah yang melihat keintiman itu merasa malu sendiri. Putranya telah dewasa dan bertanggung jawab. Mark memang pria yang baik dan lembut, ia juga sangat penyayang. Ayah berharap Haechan cepat sembuh karena ia juga tidak ingin melihat putra semata wayangnya sedih.

"Ayah akan meninggalkan kalian sendiri. Mark jaga Haechan, oke?"

Mark mengangguk pada ayah. "Terima kasih, yah." Gumamnya.

"Terima kasih, ayah." Haechan berbisik disela rintihannya.

Ayah mengangguk sambil tersenyum kemudian meninggalkan mereka dan menutup pintu di belakangnya.

"Kau terlihat sangat pucat dan lemas, Chanie. Kau yakin akan tinggal di rumah saja?" Mark bertanya, kondisi Haechan yang tidak seperti biasanya membuat Mark takut. Lelaki itu tidak pernah sakit sebelumnya.

Mark takut jika sesuatu yang buruk terjadi padanya. Mark tahu sayap Haechan tidak baik-baik saja bahkan lukanya semakin parah.

"Tapi kau tahu, Mark. Aku tidak bisa pergi ke rumah sakit. Bagaimana jika mereka mengetahui makhluk apa sebenarnya diriku? Bagaimana jika orang jahat itu kembali menemukanku?" Lelaki malaikat itu meneteskan air matanya.

My AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang