Bab 8

659 73 7
                                    

Mark sesekali mencuri pandang ke arah Haechan yang tengah tertidur di sebelahnya, lelaki malaikat itu sepertinya sangat kelelahan. Ia tidak mendapatkan waktu tidur yang cukup karena, well.. begitulah.

Beberapa saat yang lalu, ibu menelpon Mark untuk makan malam di rumah, setelah satu minggu kepergiannya, ibu tentu saja merindukan Mark dan ingin bertemu dengan putra semata wayangnya itu. Mark tidak bisa menolak, lagipula ia juga merindukan masakan ibunya.

Setelah berkendara hampir dua jam, akhirnya ia bisa sampai di rumahnya. Paman Mark begitu semangat melihat keponakannya pulang sampai ia harus menunggunya di depan rumah dan menyambut pria itu.

"K-kau akhirnya pulang, Mark. P-paman merindukanmu." Paman memberikan pelukan yang bisa mematahkan tulang rusuknya untuk Mark.

Mark tersenyum dengan hangat membalas pelukan pamannya. "Terima kasih, paman. Lihat, aku membawa temanku." Haechan mengikuti Mark dari belakang dengan wajahnya yang agak bengkak karena ia tidur cukup lama, memberikan lambaian pelan pada pamannya Mark dan memasang wajah antusias.

"H-hai, aku pamannya M-Mark. Senang bertemu denganmu, anak muda." Paman memberikan pelukan yang sama untuk Haechan yang membuat lelaki itu meringis kesakitan. Mark hanya bisa tertawa melihat interaksi itu.

Sebelumnya, Mark telah memberitahu Haechan jika ia akan membawanya pulang ke rumah orang tuanya dan mengenalkan Haechan pada keluarganya. Lelaki malaikat itu tidak bisa lebih antusias lagi dari ini, ia menyukai ide akan bertemu dengan manusia-manusia baik sejenis dengan Mark.

"Halo sayang.." ibu membuka pintu dan memeluk putra kesayangannya ketika ia melihat Mark yang berjalan ke arahnya, lalu bergantian dengan Haechan. Ibu tentu saja mengetahui situasi lelaki malaikat ituㅡlelaki yang putranya tabrak pada hari pertama perjalanannya menuju vilaㅡdan dengan senang hati wanita dewasa itu mempersilakannya untuk menjadi tamu istimewa di rumahnya.

"Ibu terasa harum. Dan sangat cantik." Haechan memuji, membuat ibu tertawa malu-malu.

"Oh, nak. Belajar dari mana kau merayu wanita tua seperti itu?" Canda ibu sambil mengibaskan tangannya.

Mark merasa panik karena Haechan tidak sedang menggodanya, melainkan berkata jujur. Perkataan ibu bisa mengundang pertanyaan bagi Haechan dan akan membuat semuanya menjadi runyam.

"Meㅡ"

"Ibu memang cantik, aku yang mengajarinya, bu." Sela Mark, lalu ia menarik Haechan dan ibunya supaya masuk ke dalam rumah. "Aku merasa lelah, bu. Bolehkah kami beristirahat sebentar?" Mark setengah memohon pada ibunya, padahal ibu ingin sekali mengobrol dengan Haechan.

Dengan berat hati, ibu hanya bisa mengangguk dan mempersilakan putranya dan temannya untuk beristirahat.

"Merayu?" Haechan membuka pembicaraan begitu mereka masuk ke dalam kamar.

"Yeah, cara lain untuk bercanda." Mark menjawab dengan perasaan malas. Ia kehabisan kata-katanya untuk menjawab setiap pertanyaan Haechan. Lelaki itu seperti seorang siswa yang bertanya pada Mark dan mengharapkan pria itu seperti kamus berjalan.

"Apakah kau lelah?" Tanya Mark.

Haechan menggeleng, sepertinya lelaki itu memiliki stamina yang bagus. Ia masih bisa melompat, tertawa, dan berlari dengan cukup baik walaupun telah melakukan perjalanan yang cukup jauh dan melelahkan. Tapi Mark seharusnya tidak heran, karena yang lelaki malaikat itu lakukan adalah tidur sepanjang perjalanan mereka.

"Kalau begitu mandilah. Kita akan makan malam setelah ini." Perintah Mark.

"Tapi aku tidak memiliki baju lain." Ujar Haechan dengan wajah sedihnya.

My AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang