Bab 9

682 69 9
                                    

Mark membaca sebuah pesan yang dikirim oleh temannya dengan wajah serius.

"Apa yang sedang kau lakukan, Mark?" Haechan mengejutkan Mark hingga membuat pria itu terperanjat kaget. Tapi Haechan tidak peduli dan tetap merangkak dan duduk dipangkuan Mark dengan penasaran ikut melihat ponsel yang sedang dipegangnya.

"Temanku akan bertunangan." Jawab Mark sambil menggesekkan bakal janggutnya pada kening Haechan karena ia mendongak menatap Mark, lelaki malaikat itu tertawa seperti bayi dengan melodi yang sangat indah mengalun ditelinga Mark. Membuat jantungnya yang malang berdebar tak karuan.

"Bertunangan?" Seperti biasa, ada ribuan kata baru yang tidak dipahami kamus malaikatnya Haechan.

"Well, mereka berjanji untuk menikah, saling bertukar cincin, blablabla. Kau tahu menikah?" Mark bertanya.

"Woah, aku tahu menikah. Aku pernah melihat seorang manusia menikah beberapa waktu yang lalu. Mereka perempuan dan laki-laki, aku melihatnya dari atas langit." Jawab Haechan dengan nada menggebu.

"Kau pernah melihat sebuah pernikahan?" Mark tak kalah takjub dengan pernyataan Haechan.

Haechan mengangguk dan bergerak-gerak di atas pangkuang Mark seolah hal itu tidak membawa masalah bagi pria di bawahnya. Mark harus menahan erangannya dan mendengarkan Haechan dengan seksama. "Aku melihatnya, dan melihat kelahiran seorang bayi setelahnya. Bayi laki-laki yang sehat dan sempurna lahir di akhir musim panas yang cerah." Ujarnya.

Mark mengusap kepala Haechan dengan sayang, "kau bisa mengingat hal itu? Kapan tepat kejadiannya?" Mark semakin penasaran dengan cerita lelaki malaikat itu.

"Tiba-tiba saja ingatan itu datang ke kepalaku, aku tidak tahu bagaimana, kata pernikahan sangat familiar. Dan aku tidak ingat kapan, aku tidak ingat tepatnya kejadian itu. Aku hanya ingat pernikahan perempuan dan laki-laki itu lalu dikaruniai seorang anak laki-laki setelahnya." Haechan menjawabnya dengan murung, menyadari jika informasi itu mungkin saja tidak terlalu berguna.

"Bayi laki-laki itu sangat diberkati. Ia memiliki takdir yang indah." Tambah si lelaki malaikat.

"Tidak apa, Haechan." Mark menenangkan. "Jika satu atau dua ingatan mulai mendatangi kepalamu, mungkin ingatan lainnya juga akan datang. Mungkin itu pertanda bagus, kau hanya perlu bersabar saja."

Haechan mendesah kecewa, ia menyandarkan kepala kecilnya pada bahu Mark dengan nyaman dan penuh kepercayaan. "Mungkin," ulangnya. "Tapi Mark, bagaimana caraku kembali? Aku terkadang bermimpi pulang. Tapi sayapku bahkan belum sembuh dan malah semakin parah." Bibir Haechan melengkung ke bawah dan air mata mulai menggenang dipelupuk matanya.

Mark sedikit bingung mendengar hal itu. Walaupun baru mengenal lelaki malaikat itu hampir dua minggu, tetapi ia sudah merasakan ikatan yang begitu kuat dengan Haechan. Mendengarnya ingin pulang, membuat perasaan aneh muncul dalam diri Mark dan rasa mual naik ke atas tenggorokannya.

"Pulang?" Tanpa ia sadari suaranya bergetar, Mark harus berdeham untuk membuatnya kembali stabil. Perasaan takut mulai menguasainya.

"Iya, Mark. Aku terkadang merindukan teman-teman sebangsaku. Apakah aku dicari oleh keluargaku, apakah dulu kehidupanku juga sepertimu, memiliki ibu dan ayah? Bagaimana jika mereka merindukanku dan mencariku?"

Well, rasanya sangat sakit tak tertahankan dan Mark rasanya semakin ingin menangis. Mereka terlalu lama menghabiskan waktu bersama dan Mark rasanya telah terikat dengan lelaki malaikat itu, ia tidak bisa membayangkan Haechan pergi darinya. Tidak seperti sekarang yang tiba-tiba begini.

"Kuharap kau akan ditemukan jika memang keluargamu mencarimu," ujar Mark dengan suara seraknya.

"Terima kasih, Mark. Aku mencintaimu." Haechan memeluk pria itu, dan tiba-tiba tubuhnya berjengit membuat Mark yang merasakannya juga kaget. "Tapi bagaimana jika aku merindukanmu nantinya? Memikirkannya saja membuat seluruh tubuhku sakit. Mark, aku tidak ingin berpisah denganmu. Bagaimana ini?"

My AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang