Bab 14

594 55 7
                                    

Haechan memekik senang sambil mengacungkan ponsel barunya di udara. Renjun membalas pesannya dan ia bilang mereka bisa bertemu dan bermain.

"Mark!" Haechan berlari menuruni setiap anak tangga dengan wajah senang untuk menemui manusia kesayangannya itu.

"Mark!" Panggilnya lagi. Ia melihat pria itu sedang berdiri di depan kompor di dapurnya. Harum kuah ramyeon menyeruak dan memenuhi lubang hidung Haechan.

"Iyaa, aku mendengarmu, Haechan-ah." Mark membalikkan tubuhnya ke arah Haechan sambil memegang sumpitnya. "Kau harus lebih berhati-hati. Jangan berteriak ataupun berlarian di dalam rumah. Kau hanya diizinkan berteriak jika terluka atau menemukan kecoak di rumah."

Haechan bergidik ngeri mendengar kalimat terakhir Mark. Pengalaman kecoak terbang dan hinggap diwajahnya masih menjadi mimpi buruknya. Dan Haechan berteriak sekuat tenaga seolah tidak ada hari esok hingga membunuh kecoak itu karena teriakannya.

"Jadi, ada apa? Kau terlihat senang." Mark menghentikan imajinasi Haechan yang mulai kemana-mana.

"Oh," lelaki malaikat itu tersadar. "Aku mau menunjukkan ini." Haechan mengacungkan ponselnya ke arah Mark. "Renjun membalas pesanku dan ia bilang ia akan mengunjungiku sore ini bersama tunangannya."

Mark tersenyum sambil mengusap kepala Haechan. "Kau rupanya benar-benar menyukai Renjun." Ia menilai. "Bagaimana jika kita makan terlebih dahulu dan kau mandi, supaya kau bisa menunggu Renjun dengan tenang setelah itu."

Haechan mengangguk dan menuruti perkataan Mark. Berlari kecil menuju ruang makan sambil bersenandung memegang ponselnya seolah benda itu adalah nyawanya yang paling berharga.

"Kau tidak bosan 'kan jika harus makan ramyeon sedikit lebih sering?" Tanya Mark, ia memberikan mangkuk kecilnya pada lelaki itu. "Dan ingat peraturan baru kita saat di meja makan."

Haechan mengangguk dan meletakkan ponselnya di meja, "aku tidak keberatan, Mark. Ramyeon buatanmu sangat enak. Kau sangat pintar memasak. Sekarang perutku bisa menoleransi rasa pedas lebih baik." Jawab Haechan.

Mark terkekeh pelan. Hanya ramyeon yang bisa ia masakㅡdan mungkin mendidihkan airㅡbahkan ia tidak bisa memasak telur dengan benar. "Terima kasih pujiannya, Haechan. Ini seharga dengan ramyeon yang kita makan siang ini."

Haechan memakan ramyeonnya dengan khidmat, bahkan bisa menirukan bagaiamana kebanyakan orang memakannya, menyeruput dengan mulutnya tanpa tersedak kuah panas dan pedas itu. "Seseorang di internet mengatakan kita harus memuji hal baik yang dilakukan oleh pasangan kita. Terutama dalam hal memasak."

Mark hampir tersedak kaget, tetapi ia tidak heran. Lelaki malaikat itu akhir-akhir ini mempercayai internet lebih dari ia mempercayai Mark. Semua pertanyaan yang sebelumnya tidak pernah terjawab oleh Mark, kini bisa Haechan temukan jawaban itu dengan mudah.

"Aku tidak tahu apakah aku tersanjung atau tersinggung. Apakah pujian itu benar-benar datang dari hatimu?" Mark cemberut pura-pura marah.

"Tentu saja," Haechan tertawa. "Aku hanya belajar cara melakukannya, bukannya belajar untuk berbohong."

Sekarang Mark yang tertawa. "Baiklah, terima kasih jika begitu. Aku senang mendengarnya."

Haechan mengedikkan bahunya tidak peduli, dan ia melanjutkan makannya tanpa mengatakan apapun lagi setelah itu.

"Pelan-pelan, bae." Ucap Mark ketika melihat Haechan makan dengan sedikit terburu-buru.

Hal itu sontak membuat Haechan kaget. Sepertinya ia juga sedang melamun. "Bae?" Ulang Haechan, sepertinya hanya kata itu yang bisa ditangkap oleh Haechan.

My AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang