10. Take or Leave it

111 12 2
                                    

"Kemana anak itu sekarang?"

"Maaf tuan, kami kehilangan jejak Jungkook tepat setelah dia keluar dari sebuah toko marbel."

Jimin memijat pangkal kepalanya yang tiba-tiba-tiba terasa pening. "Untuk apa anak itu berada disana?"

"Maaf, saya tidak tahu. Kami akan segara mencarinya kembali!"

"Tidak usah, biarkan saja."

"Eh?"

"Daripada Jungkook, aku lebih mengkhawatirkan nasib penjahat itu."

Lalu sambungan telepon itu terputus secara sepihak oleh Jimin. Bawahannya itu menatap rekan disampingnya yang menatapnya dengan raut wajah kebingungan, sama sepertinya.

Mereka berdua lantas mengedikkan bahunya acuh, "Yasudah, kita kembali ke markas saja."






















Pemukiman kumuh adalah tempat yang paling jarang Jungkook datangi. Terakhir kali dia berada ditempat yang tak terawat seperti ini adalah saat menjadi relawan ketika dirinya kuliah dahulu. Meneliti sungai yang merupakan sumber air utama salah satu desa, dimana mereka semua mendapat informasi bahwa seluruh warga perkampungan tersebut tiba-tiba terserang sakit perut mendadak.

Setelah ditelurusi, bahkan sampai melakukan pengecekan ketinggian air dan uji lab, ternyata sumber air tersebut juga menjadi salah satu tempat mencuci dan juga membuang air besar warga.

Bodoh sekali mereka menggunakan air yang sama untuk minum tanpa melakukan penyaringan terlebih dahulu. Daripada bersimpati, Jungkook merasa puas melihat kebodohan yang mereka buat sendiri.

"Wah, jarang sekali tempat kumuh seperti ini kedatangan sosok cantik sepertimu."

Jungkook menghentikan langkahnya ketika sekumpulan preman mengepung dirinya dari berbagai arah.

"Wah, kebetulan sekali." Jungkook lalu mengeluarkan sebuah foto dari saku mantelnya, dia lalu mengangkat foto itu tinggi-tinggi dan mengarahkannya pada para preman itu satu persatu.

"Ada yang mengenal pria ini?"

Salah satu preman itu berdecih, "Untuk apa kau mencari pria bajingan sepertinya?"

"Oh!" Jungkook menutup mulutnya tak percaya. "Jadi kalian bukan bajingan sepertinya?"

Semua preman tersebut tertawa, totalnya ada sepuluh orang. Jika bukan Jungkook, orang lain mungkin akan lebih memilih untuk pergi. Sebab tawa yang mereka keluarkan terdengar seperti melodi kematian daripada pengantar tidur.

Salah satu preman lain menyaut dengan sedikit agak keras. "Yah, setidaknya kami tidak meniduri anak sendiri, apalagi masih dibawah umur."

Preman disampingnya mengangguk setuju lantas memandang Jungkook lapar. "Tapi tentu kami tidak pernah menyia-nyiakan mangsa sepertimu. Tertarik untuk bermain dengan kami?"

"A-pa?" Jungkook terdiam, mencerna perkataan pertama pria itu. "Ulangi perkataanmu."

"Mau tidur dengan kami? Oh, tentu kau harus." Semua preman itu lantas tertawa, merasa senang mendapatkan mangsa layaknya berlian seperti Jungkook.

"Cih, dasar bodoh! Maksudku ulang perkataan awalmu!"

"Berani sekali kau membentak ketua!" Ujar salah satu pria yang berdiri tepat disamping orang yang mereka sebut ketua.

Ketua tersebut lalu mengangkat sebelah tangannya, menyuruh para anak buahnya untuk diam.

"Maksud kau tentang pria itu yang menyetubuhi anaknya sendiri?"

BADA || TAEKOOKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang