Ingatan Masa Lalu

38 4 8
                                    

Sebelum membaca jangan lupa vote, komen, and share! Selamat membaca!

"Kalau kamu, kenapa naik gunung?" tanya Ranu dengan suara yang gemetar tapi tangannya tetap tertaut di dalam saku jaket. Perempuan itu tertawa sebelum akhirnya menjawab, "Beberapa orang melakukan petualangan untuk merasakan kemenangan, beberapa lagi melakukan petualangan untuk mengingat kenangan, dan beberapa yang lainnya melakukan petualangan untuk memperoleh ketenangan. Tapi itulah petualangan dengan segala marabahaya di dalamnya, mampu mengundang manusia untuk datang, terluka, belajar, dan pulang." setelah mengatakannya gadis itu tersenyum teramat manis.

Hujan sudah reda sejak tadi, kini matahari sempurna berada di atas sana mengganti udara dingin menjadi terik. "Lalu kamu termasuk orang yang mana?"

"Bisa saja seseorang yang ingin merasakan kemenangan atau orang yang ingin mengingat kenangan, atau mungkin aku juga seseorang yang ingin memperoleh ketenangan," balas Zakira.

"Sepertinya kita sudah sampai di pos satu." setelah menempuh perjalanan 3,7 kilometer akhirnya Ranu tiba di pos satu, ia tak menyangka bisa pergi sejauh ini. Sebuah pondok menjadi tempat bernaung dari terik matahari dan derasnya hujan. Beberapa pendaki tampak berhenti, beberapa lagi memilih melanjutkan trakking untuk memangkas waktu perjalanan.
"Kita istirahat dulu," ujar Zakira yang sudah melepaskan genggaman tangannya dari jemari Ranu.

Mereka duduk di salah satu batu besar, Ranu mulai meminum air dari botol miliknya yang sisa setengah. "Kamu mendaki sendirian?" tanya Ranu. Gadis yang sedang menghilangkan dahaganya itu mengangguk. "Ini tahun keempatku."

"Empat tahun kamu mendaki sendirian?" gadis dengan balutan kemeja itu kembali mengangguk. Ranu juga sudah melipat jas hujannya dan memasukannya ke dalam carrier. "Airmu habis?" tanya Zakira.
"Sini, dekatkan botolmu." dengan bingung Ranu menyodorkan botolnya dan Zakira dengan perlahan menuangkan air ke dalam botol milik Ranu. "Eh ini?"

"Tidak apa-apa."

"Tapi airmu akan habis."

"Di depan kita bisa mengambil air lagi. Tak apa minum saja," balas Zakira.

Sekali lagi Ranu seperti mengalami dejavu, Kiran juga sering melakukan ini padanya, membagi apapun yang ia punya dengan senang hati. Benarkah dia bukan Kiran?

Sepanjang mata memandang yang terlihat hanya rumput tanpa ada sebatangpun pohon, jika cuaca sedang cerah bisa di bayangkan akan seberapa terik matahari membakar kulit, bahkan jika ditimbang mungkin keringat yang dikeluarkan bisa mencapai lima ratus mililiter tetes keringat.

"Ran!" tampak empat orang yang amat ia kenal tengah berjalan menuju kearahnya. Yama, Nil, Nisa, dan Sapta.

"Kok kalian bisa ada disini?"

"Emang kenapa? Lo gak mau ketemu sama kita?"

"Bukan. Tapi ... kalian ngapain disini."

"Kiran." lirih Nisa. Yang lain ikut memandang gadis yang kini ikut berdiri di belakang Ranu. Semuanya tampak terkejut kecuali Sapta, "Eh apa kabar Za?"

"Baik Bang."

"Kalian saling kenal?" tanya Nil. Keduanya mengangguk, hanya Yama dan Nisa yang masih termagu tak percaya. Ranu yang melihat ekspresi mereka berujar, "Ini bukan Kiran, namanya Zakira." keduanya masih tetap tak percaya ada orang yang sangat mirip dengan Kiran.

"Siapa?"

"Zakira." jawab Ranu. Nil mulai mengenalkan diri, meski aneh berkenalan dengan seseorang yang mirip dengan orang yang sudah meninggal.

"Gue Nil, temennya Ranu," ucap Nil sambil mengulurkan tangan.

"Zakira."

"Kamu ...." Zakira tampak memerhatikan wajah Yama dengan seksama. "Sepertinya kita pernah bertemu." kalimat itu membuat semua orang yang ada disana menatap Yama begitu juga Sapta sang pemandu.

"Aku ingat, kita bertemu empat tahun lalu. Dan kamu terlihat kaget saat melihatku seperti melihat hantu." Yama bergeming, sementara yang lainnya terus menatap menunggu penjelasan.

#paradenulisbukusolo39harirahmanpublisher #tim7paradenulisbukusolo

Ada Apa Di Puncak 3726 MdplTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang