Janji

23 2 10
                                    

Sebelum baca jangan lupa vote, komen, and share! Selamat membaca!

Hari kedua pendakian Gunung Rinjani. Para pendaki telah bangun dan beraktivitas kembali. "Pukul berapa ini?" tanya Yama yang baru keluar tenda. Langit gelap dan udara dingin langsung menyambut wajah tampan miliknya.

"Pukul satu pagi Mas." Sang pemandu sedang menyiapkan sarapan bagi serombongan manusia yang dipandunya. Zakira membantu menggoreng telur dadar saat Nisa keluar dari tenda. "Selamat pagi Nis." Zakira menyapa Nisa seramah seperti mereka pertama kali bertemu,  Zakira bersikap seperti tak ada apapun yang terjadi diantara mereka. Bahkan soal percakapan kemarin malam.

Ranu menyusul dengan keluar dari tenda disusul Nil yang masih menguap. "Dingin juga ya, kalau naik gunung. Lebih dingin dari Kota Bandung," ujar Nil.

"Bandung jangan disama-samain sama Pelawangan. Ini di ketinggian 1.000 mdpl."

"Sebenarnya kita berada jauh lebih tinggi daripada itu. Kita di ketinggian 2.400 mdpl, Nis." Nil tertawa terbahak-bahak saat Zakira mengatakannya, sementara Nisa merengut tak suka.

"Sudah ayo minun kopi dulu." Sapta membawa beberapa cangkir kopi dalam baki. "Itu pakai gula Bang?" tanya Ranu.

"Pake Mas. Mas Ranu gak suka gula?"

"Saya lebih suka kopi tanpa gula."

"Dia itu memang suka sesuatu yang pahit, untuk melengkapi hidupnya yang memang sudah pahit," Nil ikut menimpali.

"Heh, tutup mulutmu."

"Minum ini."

Secangkir teh telah ada dihadapan Ranu. Teh buatan tangan Zakira. "Apa ini pakai gula?" tanya Ranu.

"Apa aku akan memberikan sesuatu yang tidak kau sukai?"

Ranu mengambil secangkir teh hangat kemudian menyeruputnya. "Za, selama tiga tahun terakhir kamu kemana saja?" tanya Sang Pemandu. Para pendaki itu tengah duduk melingkar menghadap api unggun. "Nis, ambil teh ini," ujar Zakira sambil membagikan sisa teh yang ia buat untuk Ranu sebelumnya.

"Ah, sebenarnya aku gak kemana-mana. Cuma sibuk kuliah saja Bang."

"Wow. Kamu kuliah?" timpal Nil.

"Iya. Ini tahun terakhirku. Bulan depan aku wisuda."

"Oh iya. Soal wisudaku. Karena kita sudah menjadi teman, apa kalian mau datang?" lanjut Zakira.

"Sebenarnya hanya kamu yang menganggap kita semua berteman, kami tidak."

"Nis! Lo kenapa sih? Zakira itu teman kita sekarang. Apa salahnya sih kalau dia ngundang kita ke acara wisudanya?" Nil yang menjawab.

"Ya, terus saja bela dia. Kamu juga suka sama dia 'kan?"

"Jangan lupa. Sehebat apapun karakter pengganti tak akan pernah bisa menggantikan tokoh utama."

Setelah mengatakannya Nisa pergi menuju tenda di bawah tatapan yang lain. "Dia itu kenapa sih?"

"Mungkin Nisa kecapean." Kali ini Yama yang menjawab. Yang lainnya masih duduk mengelilingi api unggun untuk sarapan. Sang Pemandu membagikan jatah sarapan masing-masing, tinggal tersisa jatah milik Nisa karena pemiliknya memang tak keluar tenda.

"Nis! Sarapan nih, kalau lo gak keluar gue abisin!"

"Ran, lo yang bujuk dia. Biasanya kalau lo yang bujuk dia langsung luluh," ujar Yama.

"Kenapa gue? Lo aja."

"Biar aku saja yang bujuk."

"Sini Bang, makanannya." Sang pemandu memberikan sepiring nasi pada Zakira. Tenda itu sunyi tak ada suara apapun, hanya ada tubuh mungil Nisa yang meringkuk memejamkan mata. "Nis, aku tahu kamu pura-pura tidur."

"Keluar. Biarkan aku sendiri." Zakira tak menyerah, memilih langsung masuk ke dalam tenda. "Sarapan dulu Nis."

"Aku gak lapar." Zakira berinisiatif membuka sleeping bag yang menyembunyikan tubuh mungil Nisa. "Ayolah, Bang Sapta sudah repot-repot membuatnya untukmu."

"Aku bilang aku tidak lapar!" Piring nasi hampir terjatuh dari tangan Zakira, beruntung ia lincah segera menahannya.

"Kalau kamu tidak lapar tidak apa-apa. Tapi jangan siksa dirimu."

"Tahu apa kamu soal aku."

"Nis, aku janji tidak akan menjadi Kiran kedua untuk Ranu. Aku janji hanya akan menjadi Zakira, aku janji."

Setelah mengatakannya Zakira meletakan piring nasi di samping Nisa kemudian keluar dari tenda.

"Bagaimana dia?" tanya Yama.

"Dia akan makan."

#paradenulisbukusolo30harirahmanpublisher #tim7paradenulisbukusolo

Ada Apa Di Puncak 3726 MdplTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang