Rania menyeruput segelas es teh kampul dengan tergesa. Sensasi dingi menyegarkan langsung menyambut kerongkongannya. Layaknya oase di padang pasir, segelas es teh kampul ini mampu memadamkan gejolak emosi Rania akibat ulah Awan. "Apa-apaan, hih." ucapnya seraya bersungut-sungut.
Saat mata kuliah Endokrinologi berlangsung, ia jadi kena semprot habis-habisan oleh Awan. Semua berawal dari Aryan yang mencantumkan namanya dalam pembukaan presentasi. Rania jadi di cecar oleh Awan selama presentasi berlangsung. Setiap mahasiswa yang bertanya, Rania beralih menjadi penjawab pertanyaan mereka. Alasanya 'karena kalian pacaran, jadi harus tolong-menolong'.
Tolong-menolong matamu!
Meski memang status dirinya dan Aryan adalah pacaran, tapi dari awal mereka sudah berkomitmen untuk 'pacaran bohongan'. Bisa dibilang fifty fifty. Embel-embelnya saja yang pacaran, aslinya saling mencari keuntungan. Namun di posisi ini, sepertinya hanya Rania yang mendapat keuntungan.
Rania nggak jadi iba sama Awan. Sialan memang. Ia sudah berbaik hati mengkhawatirkan kondisi Awan yang nampak tak sehat hari ini pun ia juga sudah bertekad untuk membelikan obat untuknya, tapi malah lelaki itu meng-counter dirinya. Kalau ini disandingkan dengan game online, mungkin Awan unggul 4 poin dari Rania.
Sial, sial, sial.
Tak hanya itu, setelah membuat Rania panas dingin dengan pertanyaan teman-temannya, dengan tak berperikemahasiswaan, Awan meminta dirinya untuk meresume sesi presentasi dan diskusi tadi. Mana selama presentasi dan diskusi ia cuma ngang-ngong-ngang-ngong, alias nggak paham. Apa kabar dirinya dan otak ceteknya yang harus meresume 150 menit sesi kuliah tadi. Ah, rasanya Rania ingin menyumpahi Awan.
"Udah bikin belum? Sampai mana?" Rania mendongak. Satu-satunya teman wanita yang akrab dengannya itu bertanya.
Rania nyengir, "Resume materinya aja baru setengah, Na," jawabnya sembari menggigit sedotan.
"Mau aku bantuin nggak? Kapan sih datelinenya? Siang ini ya?"
Rania mengangguk lesu, "Sialan emang. Pak Awan nggak punya hati." keluhnya.
"Hush! Mulutnya dijaga. Beliau dosen loh,"
Rania memberengut kesal, kalah berdebat. Dosen macam Awan memang bikin naik pitam. Tipe dosen macam dewa, tak mau salah, tak mau tergugat, dan semuanya harus sesuai kemauannya. Sikapnya selalu membuat Rania mampu mengabsen seluruh isi kebun binatang.
"Ni," Rania berdehem pelan. Otak dan matanya masih fokus pada layar laptop di hadapannya.
"Aku mau nanya, tapi jawab jujur, ya?" Rania mengangguk tak peduli, mengambil es jeruk lalu menyeruputnya banyak-banyak.
"Kamu ada sesuatu sama Pak Awan, ya?"
"Uhuk-uhuk," gadis itu tersedak es jeruknya. Sensasi pengar segera menguasai merasuk hingga telinganya sakit. Matanya mengedar, mencari sesuatu untuk meredakan rasa sakitnya.
"Uhuk uhuk," tenggorokannya masih gatal setelah menandaskan es jeruknya. Ia baru teringat kalau es jeruk ini penyebab ia tersedak, tapi malah meminumnya untuk meredakan sakit.
"Nih," Ana menyodorkan tisu, ingus Rania sudah meleleh hingga bibir. "Jorok banget, ih." komentarnya.
Rania mengeluarkan jurus bombastic side eye-nya. "Lambemu dijaga," selorohnya pedas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Awan
Любовные романыDosen - Mahasiswa Series 2 Humor - romance - teen fiction. Menjadi mahasiswa tingkat akhir dengan segala tanggung jawab akhir yang harus di selesaikan membiat Rania buntu. Tak hanya itu, skripsinya yang sudah lama ia kerjakan terus mendapat penolaka...