Part 21

17 7 3
                                    

[USAHAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA BIAR GAK KETINGGALAN]

Typo tandai!!

HAPPY READING

Zia merebahkan tubuhnya, menatap langit-langit kamar nya yang berplafon white color. Hari ini dirinya di buat bingung dengan setiap tindakan nya sendiri, salah satunya memberi nomor nya ke Davi.

Mengingat hal itu, Zia meraih Ponselnya yang berada di atas laci samping King size nya itu, belum ada notice dari nomor baru.

Ting..

Baru saja ponselnya hendak ia taruh kembali ke tempat nya, suara notice terdengar di Indra pendengaran nya.

62+xxxx
Ini Aku, Davi..
Gimana? Kamu bisa enggak?

Zia membaca pesan WhatsApp yang di kirim Davi, pikirannya Sekarang tertuju pada sang kakak yang sedang berada di rumah, nanti ia harus ijin seperti apa?

Menghela nafasnya, baiklah, ia tau sekarang. Jarinya mengotak-atik keyboard ponselnya itu, membalas pesan Davi.

Iyah,  gue bisa..
Lo kirim aja alamat nya, gak usah jemput!

Setelah membalas pesan Davi, Zia buru buru mengganti pakaian sehari harinya itu, menjadi rok lepis selutut  dan kaos lengan pendek berwarna putih di balut kemeja kotak kotaknya, memakai sedikit Liptin tanpa memakai bedak apapun di wajahnya.

Oke, Zia meraih ponselnya ke nakas dan segera bergegas  keluar dan turun ke bawah setelah melihat lokasi yang di kirim oleh Davi.

Matanya menangkap sosok kakaknya yang sedang duduk di sofa ruang tamu, asik membaca majalah.

Dengan sedikit ragu, kakinya melangkah mendekati sang kakak. Sadar akan kedatangan Zia, Adrage menoleh heran pada sang adik. "Rapih? Mau kemana?" Tanya Adrage, membenarkan Duduknya senyaman mungkin sambil menatap adiknya Itu.

"A-anu, Zia mau kerja kelompok sama teman boleh?" tanya Zia, sangat ragu.

"Kerja kelompok? Sama siapa siapa?" tanya Adrage, Lagi.

Zia hening, dirinya harus memutar otak sekarang juga, "temen sekelas kak, kakak gak mungkin tahu lah, dan lagian tenang aja ada Akkash juga, dia satu kelompok sama Zia" jawab Zia, begitu mantap sekali melibatkan cowok menyebalkan seperti Akkash. Ingat, ia hanya terpaksa.

Adrage terdiam sebentar, membuat jantung Zia berdegup kencang, ia takut tak di ijinkan oleh kakaknya itu.

"Boleh kan?" tanya Zia, penuh harap sekali.

Adrage Tersenyum, "jangan larut malam, ingat, kamu perempuan Zia" jawab Adrage, yang tak ingin terlalu mengekang adiknya itu.

Zia tersenyum, "Terima kasih kak, kalau begitu Zia pamit, Assalamuallaikum" ucap Zia, menyakini sang kakak lalu bergegas pergi keluar. Untung ia sudah memesan taxi. Untuk Perihal membawa Akkash, dalam rencana perijinannya ia tak peduli, biarkan saja cowok itu sesekali ia kerjai.

Di sisi lain, Seorang Remaja dengan Levis hitam, juga kaos putih lengan pendeknya dan di balut dengan jaket kebanggaan nya, Davi duduk di atas motor, sambil sesekali mengecek ponselnya. Pukul 19.20, sudah dua puluh menitan ia menunggu tapi gadis yang di tunggu nya masih belum datang juga.

"Apa gak jadi yah?" batinnya, menatap layar ponselnya itu lagi.

Kedatangan taxi, tepat di depannya di sampingnya, Davi mengantongi kembali ponselnya, menyadari kedatangan Zia. Gadis itu sangat cantik, natural.

"Terima kasih, pak" ucap Zia, melambaikan tangan pada sopir taxi tersebut, yang pergi setelah mengklakson mobilnya, sebagai tanda membalas lambaian tangan pelanggannya. Zia berbalik, dengan tersenyum tipis, "Maaf lama" ucap Zia, pada Davi.

ZIA & DAVITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang