Warisan dari kedua orangtuanya membuat seorang gadis bernama Inara ini kebingungan. Tinggal bersama dengan 3 Vampire dan 2 Werewolf merubah total kehidupannya. Bagaimanakah ia akan bertahan? Baca selengkapnya di fan fiction ini!
Siang itu Inara duduk berhadapan dengan dosen pembimbingnya di ruang kelas.
"Inara, saya tidak tahu apa yang terjadi padamu akhir-akhir ini. Tapi jumlah kehadiran serta nilai tugas-tugasmu banyak yang kosong. Kamu sadar kan kalau sebentar lagi akan ada ujian akhir semester?"
Inara hanya bisa mengulum bibirnya, DIA LUPA TOTAL KALAU DIA MASIH PUNYA TANGGUNG JAWAB SEBAGAI SEORANG MAHASISWA!
"Maaf bu, saya tidak bisa menjelaskan apa yang terjadi. Tapi apakah saya masih bisa memperbaiki kehadiran serta nilai-nilai saya yang kosong?" Tanya Inara harap-harap cemas.
Dosen pembimbingnya menghembuskan nafas, kemudian dia mengeluarkan sebuah buku tebal, "Ini, jurnal divisi kita yang berisi artikel-artikel penelitian tentang sejarah serta budaya dalam masyarakat. Kamu baca beberapa artikel saja, kira-kira 10 artikel cukup. Buat rangkuman apa saja yang sudah kamu dapatkan dari artikel-artikel tersebut dan berikan kepada saya hasilnya ya. Saya beri waktu sampai minggu depan."
Inara tercengang mendengar perkataan dosennya.
"Waktunya hanya 1 minggu?"
"Iya, ujian akhir akan diadakan 2 minggu lagi kan? Cepat selesaikan tugasmu dan belajar untuk ujian akhir."
Tanpa menunggu balasan Inara, dosen pembimbingnya pergi keluar kelas. Rasanya nyawa Inara juga ikut keluar dari tubuhnya.
🌙_____.
Inara berjalan gontai masuk ke dalam rumah, Dreamies yang sedang bermain Uno Stacko di ruang tengah langsung memperhatikan Inara.
"Nuna, ayo ikut main!" Seru Jisung.
Inara menggeleng-geleng, "Aku.. Punya banyak tugas yang harus diselesaikan minggu ini," jawabnya sambil masuk ke dalam kamarnya.
Jisung sebenarnya masih mau bertanya-tanya tapi ditahan oleh Renjun.
Jaemin serta Chenle langsung ikut masuk ke dalam kamar Inara yang memang pintunya masih terbuka.
"Tugas apa, Nuna? Perlu dibantu?" tanya Jaemin menawarkan.
Inara sempat tergiur mendengar tawaran Jaemin, tapi mengingat dia juga selama ini sudah lama tidak belajar..
"Tidak apa-apa, lagipula aku bisa sekalian belajar untuk ujian akhir."
"Eyy," kata Chenle, "Nuna yakin?"
Inara memicingkan mata menatap Chenle yang memasang wajah meledek.
"Eyy, kau meremehkanku ya?" jawab Inara.
Chenle mengangkat kedua bahunya dan terkekeh.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jaemin menepuk pundak Chenle dan kembali menatap Inara, "Kalau begitu, panggil saja kami kalau butuh bantuan yaa Nuna, aku akan buatkan minuman dan cemilan dulu biar Nuna semangat belajarnya."