Matahari yang sudah separuh tenggelam masih menyorotkan sinar jingga pekat di langit.
Kerjaan mereka sudah selesai hari ini, tapi alih-alih pulang, Inara dan Doyoung memutuskan untuk duduk sebentar di rerumputan taman di tepi sungai Han sambil memakan beberapa cemilan.
Mereka baru saja pulang dari perpustakaan, mencari beberapa sumber relevan untuk sebuah penelitian yang sempat tertunda.
Inara sempat tertawa renyah ketika melihat Doyoung terciprat air dari soda kaleng yang dia buka.
Fakta lainnya adalah ketika beberapa hari yang lalu ketika mereka mencoba untuk menyembuhkan phobia Doyoung.
Ternyata tidak semudah itu, Doyoung langsung berkeringat hebat dan gemetar.
Akhirnya mereka memutuskan untuk melakukannya secara perlahan, dimulai dari membiasakan Doyoung bergaul didekat perempuan, tapi hanya Inara dan Janis saja.
Walaupun dia masih berusaha untuk melawan phobianya, Inara tetap menjaga jaraknya bersama Doyoung.
"Makasih sudah membantuku hari ini," kata Doyoung.
"Iya kak," jawab Inara.
Di sisi lain, Inara menyadari bahwa Dreamies yang sedari tadi mengintai mereka dari balik rerumputan yang entah bagaimana tidak disadari oleh Doyoung, padahal mereka sudah mengikuti sejak awal mereka pergi dari kampus.
"Jadi, kapan kau mau menceritakan cerita leluhur kita yang saling membunuh?"
Inara tidak begitu ingin memberitahu hal ini kepada Doyoung.
Karena dia pikir, jika dia menceritakan semuanya, kemungkinan hanya akan ada 2.
Antara Doyoung akan percaya padanya, atau Doyoung malah menganggap dia gila saja karena merangkai cerita seperti itu.
Doyoung memperhatikan raut wajah Inara yang terlihat bimbang, dia kemudian tersenyum.
"Yah.. Kalau itu terlalu aneh sih, lupakan saja. Aku hanya penasaran."
Inara berkata dengan hati-hati,
"Sepertinya.. Butuh waktu? Aku belum tau bagaimana cara untuk menceritakannya ke kakak."
Doyoung mengangguk dan tersenyum.
"Oke," katanya.
Hampir menyebabkan Inara kena serangan jantung, tiba-tiba Doyoung mengulurkan tangannya dan mengambil helai daun yang menempel di rambutnya dan merapikan sedikit poni Inara yang berantakan karena tertiup angin.
Inara mengerjap-ngerjap sedangkan Doyoung tersenyum dan berkata dengan enteng, "Yasudah, mau pulang?"
Dreamies yang melihat Doyoung melakukan itu langsung keluar dari persembunyian mereka.
"Heh! Aku sudah melihatmu daritadi, tapi ini sudah melewati batas ya!" kata Jisung sambil mengerucutkan bibirnya, seperti anak kecil yang marah karena tidak dibelikan permen.
Doyoung belum sempat berkata apa-apa, Chenle, Renjun dan Jaemin sudah mengomel.
"Katanya phobia perempuan? Kenapa bisa nyentuh Inara Nuna?!"
"Jangan mencari kesempatan kah ya wahai raja jahat."
"Kalau bukan karena Nuna, aku sudah menjadikanmu BBQ ya, Doyoung!"
Sementara Jeno memicingkan matanya mengisyaratkan bahwa dia juga ingin mengomel, tapi sepertinya dia hanya menggerutu dalam hati. (Ngomel mah ngomel aja Jen, jangan ditahan nanti empedunya ngilu).
Rentetan omelan mereka bersaut-sautan, Doyoung hanya bisa menatap mereka satu persatu dengan bingung.
Inara hanya bisa menggeleng-geleng, sambil berkata dalam hati,
![](https://img.wattpad.com/cover/187129041-288-k368833.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Five Luck [NCT Dream FF]
FantasyWarisan dari kedua orangtuanya membuat seorang gadis bernama Inara ini kebingungan. Tinggal bersama dengan 3 Vampire dan 2 Werewolf merubah total kehidupannya. Bagaimanakah ia akan bertahan? Baca selengkapnya di fan fiction ini!