Makan Malam Bersama Suami Pertama

70 5 0
                                    

Tak terasa, waktu berlalu begitu cepat ketika ia membaca lembar demi lembar dokumen. Mentari yang sebelumnya mengangkasa di langit biru, kini berganti oleh rembulan berselimutkan awan. Bintang-bintang tampak hilang dari langit.

Suasana ruang kerja Esmeralda pun tampak semakin sunyi. Hanya ada suara helaan napas yang lolos dari bibirnya. Berapa kali pun ia membuka ulang dokumen-dokumen itu, tak ada laporan tentang kesatria yang dikirim untuk mengganggu wilayah Duke Olean.

“Sudah pasti dia mengurusi militernya sendiri,” gumam Esmeralda, tersenyum remeh.

Dia kembali melirik tumpukan-tumpukan dokumen yang telah ia baca. Setidaknya, ia mendapatkan beberapa informasi penting.

Tok-tok-tok! Suara ketukan pada pintu menggema. Fokus Esmeralda pun langsung pecah. Ia menoleh ke arah pintu dan berkata, “Masuk!”

“Selamat malam, Duchess. Saya datang membawa perintah dari Duke untuk membawa Anda ke meja makan. Ada hal penting yang ingin diisampaikan oleh Duke,” ujar sang Pelayan dengan sopan, begitu ia masuk dan berdiri di depan meja Esmeralda.

Alis Esmeralda pun terangkat sebelah. Tangannya mengepal di balik gaun mewahnya sambil berpikir, “Apa lagi yang ingin dilakukan Bajingan itu?”

Berbanding terbalik dengan isi hatinya yang penuh kebencian. Esmeralda tersenyum hangat dan bangkit dari kursinya. Mau bagaimanapun, ia tak boleh menunjukkan kebencian.

“Ini belum saatnya,” batin Esmeralda.

Diiringi oleh pelayan tadi, Esmeralda tiba di ruang makan. Suasana terasa begitu senyap, hanya ada suara langkah kaki menggema di ruang makan tersebut.

“Kau sudah datang, Istriku,” ujar Duke Eldrino, tersenyum sambil meletakkan dagunya di atas punggung tangan.

Seandainya Esmeralda masih belum mengetahui apa-apa tentang perselingkuhan pria itu. Ia pasti akan membalas dengan senyum lembut, penuh cinta dan ketulusan seperti wanita bodoh.

“Yah, mau bagaimanapun. Aku masih harus bersikap normal,” batin Esmeralda, mengepalkan tangannya dengan amarah. Meskipun ia berpikir seperti itu, tetap saja terasa sulit untuk dilakukan. Seakan-akan pengkhianatan Duke Eldrino menggores jantungnya dengan besi panas dan tajam.

“Ya.” Esmeralda membalas singkat, memaksakan senyum lembut senatural mungkin.

“Bagaimana perjalananmu ke Ibukota? Apakah itu menyenangkan?” Duke Eldrino kembali menyahut. Kali ini, pria itu mengalihkan pandangannya pada hidangan steak yang tersedia di atas piringnya.

Suara denting sendok dan piring menggema sejenak, sebelum Esmeralda mengangguk lalu berkata, “Ya, aku membeli beberapa gaun dan perhiasan baru dari Ibukota. Semuanya akan tiba besok.”

Untung saja Esmeralda telah menyediakan dua kereta sebelum ia berangkat ke Duchy Tervacana. Satu ia pakai untuk pergi ke Duchy Tervacana, satu lagi pergi ke Ibukota untuk mengambil design-design gaun pesanan Esmeralda.

“Seharusnya, dia tak akan curiga,” batin Esmeralda, mencuri pandang ke arah Eldrino.

“Berapa banyak yang kauhabiskan?” Eldrino seketika berhenti mengunyah. Garpu dan pisau yang ia pakai untuk menikmati daging, langsung dihempas ke atas piring. Trang! Suara piring, garpu dan pisau beradu. Gema suaranya begitu keras, membuat para pelayan yang berdiri di luar pintu tersentak.

Suami SimpananTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang