02. Bencana

1.4K 69 1
                                    

Saat di jam istirahat Hazel benar-benar bingung kemana Rai membawa Caca pergi, ia tidak suka sendirian pergi ke kantin rasanya akan terasa sepi sudah cukup saat di rumahnya saja ia merasakan kesepian jangan di sekolah, sungguh Hazel sangat dramatis sekali.

“Kenapa lo?“ Tanya Karin menatap Hazel penasaran Karena keningnya berkerut.

“Si Rai bawa Caca kemana sih?“ Tanya Hazel kesal.

“Jangan tanya dia bawa ke WC lalu gitu.“ Ucap Karin dan tahu kemana arah pembicaraannya Hazel langsung memukul kuat punggung Karin.

“Mulut lo pengen gue robek?“ Hazel menatapnya sinis.

“Anjing pukulan lo ga ada duanya sama hulk.“ Karin mengelus punggungnya walaupun tidak sampe tangannya tetapi ia berusaha untuk mengelusnya.

“Ngeselin banget sih lo, cantik gini di samain sama Hulk.“ Ucap Hazel lalu berdiri di samping Sandra yang terdiam, ia selalu diam sedari tadi bingung juga harus bagaimana.

“Ale mau ke kantin nggak?“ Tanga Hazel menatap Sandra yang bingung dengan panggilannya yang berubah.

“Alessandra kan? Gue maunya panggil Ale, ale-ale.“

“Nama orang main lo ganti aja.“ Dengus Karin.

“Suka suka gue, situ siapa ya. Udah yuk Ale kita ke kantin biarin aja Karin disini sendirian.“ Ucap Hazel memeluk lengan Sandra dan membawanya keluar kelas di ikuti oleh Karin.

Ia juga tidak mau sendirian di kelas melihat teman-temannya sudah pergi menuju kantin.

Kedatangan Sandra di kantin membuat mereka heboh banyak sekali yang membicarakannya dari yang bisik-bisik hingga terang-terangan, mereka ini sangat kolot sekali hanya karena murid baru selalu saja begitu.

Mereka mengantri untuk membeli makanan, sangat berisik ketika banyak orang yang meneriaki penjelual agar dengan cepat melayaninya, namun Hazel masih santai menunggu antrian karena ia akan membeli mie ayam kesukaannya dengan es teh manis.

Saat sudah semuanya ia berjalan matanya mencari keberadaan Sandra, lalu kakinya segera melangkah ketika melihat Sandra sudah bersama Karin berserta Rai dan Caca. Ia mendengus melihat Caca dan Rai sudah kembali romantis seperti sedia kala, mereka itu selalu mengumbar umbar keromantisan saja, walaupun di sekolah ini tidak melarangnya tetapi tetap saja ia mereka sangat tertekan berada di area mereka.

“Tiba-tiba udah baikan.“ Ucap Hazel lalu duduk di samping Sandra.

“Kan di kasih ini.“ Ucap Caca memperlihatkan sebuah parfum incaran Caca sejak lama karena parfum ini memang hanya ada beberapa di Indonesia.

“Ihhh mau juga.“ Ucap Hazel merampas parfum Caca lalu mencium wanginya.

“Ini harum tapi,” Hazel menghentikan sejenak ucapannya lalu mengendus ke arah Sandra.

“Parfum Ale lebih wangi, minta dong parfum nya.“ Ucap Hazel memberikan kembali parfum yang ia rampas lalu menatap Sandra dengan memohon.

“Ale siapa?“ Tanya Rai bingung.

“Nih.“ Tunjuk Hazel kepada Sandra.

“Biasa si Hazel memang suka ganti nama orang ya gitu.“ Ucap Karin siapa lagi jika bukan dia yang suka mengangganggu ketenangan Hazel.

“Hmm nanti.“ Ucap Sandra tanpa menatap Hazel yang kini sudah kegirangan, ia menatap Caca dengen senyuman mengejek.

Mereka mengobrol tanpa memperdulikan sekitar, dari tawa nya pun sangat kentara mereka sangat bahagia berbeda dengan Sandra hanya menyimak pembicaraan keempatnya saja menurutnya begitu tidak menarik, dan masih belum terbiasa juga di lingkungan seperti ini.

Dari arah pintu kantin sudah terdengar suara ribut-ribut siapa lagi jika bukan si perusuh sekolah, yang hanya bisa membully anak beasiswa atau memang tidak setara dengannya. Terlihat jika seorang perempuan tengah mencekal lengan perempuan lainnya yang sudah basah kuyup akan air dari cucian piring karena sangat tercium baunya tidak sedap.

“Biang onar berulah lagi.“ Gumam Hazel mendengus tidak suka karena waktu istirahat nya harus melihat Elena, Bella dan Stella membabi buta menendang korban tanpa belas kasihan.

“Siapa?“ Tanya Sandra penasaran, karena sejujurnya selama ini ia belum pernah melihat pembullyan selama hidupnya.

Hazel tidak menjawab, ia berdiri langsung mendekati ke arah mereka. Matanya memicing saat melihat siapa yang menjadi korban, dan ternyata lagi seseorang yang pernah Hazel tolong Minggu kemarin karena di bully ketiganya hanya gara-gara kuah baso yang di pesan Elena jatuh tanpa sengaja.

“Bisa stop nggak?“ Tanya Hazel kepada Elana dengan tatapan bencinya.

Elena terdiam lalu dengan kekuatan penuh ia menonjok dan menginjak perut korban sehingga terbatuk-batuk, Hazel mendorong Elena agar menjauh.

“Lo apa-apaan sih? Bisa ga sih sifat lo itu ilangin? Nggak ada yang kagum sama lo kalau lo nya aja suka ngebully orang kayak gini.“ Ucap Hazel menatap penuh Elena yang sudah terdiam.

“Sengaja biar lo perhatian sama gue.“ Elena menjawabnya, sudah beberapa kali ini memang Elana sangat terlihat mengejar Hazel dan pernah sekali menyuarakan hatinya jika ia menyukai Hazel namun sayangnya Hazel tidak bisa ia tidak ingin berpacaran dengan Elana yang suka membully bahkan menurutnya Elana begitu buruk di matanya.

“Gue udah pernah bilang sama lo, gue gasuka sama orang yang ngebully anak-anak yang nggak memiliki salah, camkan itu.“

“Gue bisa berubah Hazel.“

“Bangun Nara.“ Ucap Hazel mengulurkan tangan kepada Nara yang tergelak tanpa adanya tenaga.

Teman-temannya juga kini sudah berada di samping Hazel menatap Hazel dan Elena yang berargumen, Caca menyentuh lengan Hazel agar meliriknya.

“Lo kalo mau niat bantu, ya bantu bangunin dia gabisa bangun dodol.“ Bisik Caca membuat Hazel menatapnya dengan senyuman bodoh, ia lupa jika Nara itu sudah di bully dan tidak ada tenaga.

Langsung saja ia membantu Nara dengan merangkul kan tangannya ke pundaknya di bantu oleh Caca, mereka berjalan menuju UKS namun siapa sangka dari arah belakang Elena menendang kuat punggung Nara sehingga tubuhnya terhuyung kebelakang dan terlepas dari Hazel dan Caca.

Elena emosi saat Hazel lebih peduli dengan Nara daripada dirinya, terlihat urat-urat lehernya sangat menonjol bahkan dadanya naik turun karena nafas yang tidak beraturan, Hazel membalikkan badan menatap Elana.

Tangannya menarik kencang Elena agar mengikuti langkahnya pergi kemana. Dan saat sampai di rooftop sekolah Hazel menghempaskan tangannya begitu saja.

“Lo kenapa sih Len?“ Tanya Hazel sudah berkaca-kaca, ia sangat merasa bersalah kepada korban-korban yang selama ini menjadi bullyan Elena. Semuanya karena nya gara-gara dekat dengan Hazel pasti akan di bully oleh Elena.

“Gue cuman mau lo.“ Elena prustasi, selama ini ia sudah berusaha sebaik mungkin di hadapan Hazel namun semuanya sia-sia karena Hazel tidak bisa memapresiasinya.

“Gue mau lo jadi milik gue Hazel, gue gamau lo di milikin orang lain!“ Teriak Elena tepat di hadapan Hazel yang sudah menangis.

Hazel memejamkan matanya menahan isakan yang akan keluar, ia menarik nafasnya dalam-dalam lalu kembali menatap Elena yang wajahnya sudah memerah.

“Baiklah, asal berhenti jangan suka nge bully orang lagi Elena gue ngerasa bersalah sama mereka, mereka ga salah apa-apa. Dan kalo ada yang mau ngobrol ataupun berteman sama gue biarin itu hak mereka juga.“ Entah kenapa rasanya berat sekali Hazel berbicara seperti itu, tidak tahu apakah ini adalah hal yang bagus atau tidak tetapi Hazel hanya ingin menembus semua kesalahannya kepada korban-korban Elena.

“Benarkah?“ Tanya Elena dengan mata yang berbinar.

“Iya, jadi stop ya Len.“

Elena tersenyum dan langsung menarik Hazel kedalam pelukannya, ia sangat senang saat Hazel berbicara seperti itu jadi selama ini ia tidak sia-sia kan? Bahkan semua amarah yang tadi sudah di ubun-ubun kini sudah hilang begitu saja.

Bersambung...

Tinggalkan jejak ya guys..

A RELATIONSHIP (G×G)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang