8. Place

2.5K 333 37
                                    

"Dokter mengatakan kondisinya sudah membaik, tapi seminggu lagi akan ada pemeriksaan lagi untuk Jeno."

Jaemin mendengarkan ucapan sang papa tentang bagaimana kondisi Jeno, dan Jaemin hanya bisa mengangguk. "Kalau bahunya masih bermasalah, apa Jeno tak akan pulang tadinya?"

Karena, Jaemin akan mengakui kalau ia sedikit berharap Jeno tak diperbolehkan pulang lebih awal. Agar waktu yang ia miliki untuk merengkuh  Renjun semaunya bisa sedikit lebih lama. Jaemin ingin jadi jahat sebentar.

Tempo hari saat Jaemin tak menyetujui ajakan Renjun untuk pergi ke taman, itu karena ia masih ingin menikmati pelukan Renjun. Ia masih menyukai kebohongannya pada Renjun, walaupun memang ia tak bisa disebut berbohong juga karena ia tak pernah mengatakan apapun soal mereka. Bahkan saat Renjun bertanya apa Jaemin kekasihnya, Jaemin tak mengiyakan namun Renjun menciumnya. Jaemin tentu tak akan menolak ciuman itu, ciuman dari orang yang cinta adalah apa yang ia damba. Maka ia menerima dan membalas ciumannya dengan senang hati.

Lalu saat Jaemin masih ingin menikmati waktu singatnya dengan Renjun tapi hari itu papanya menghubunginya dan mengatakan kalau Jeno akan pulang lebih awal karena ia ingin segera bertemu Renjun. Dan disanalah Jaemin merasa akan segera kehilangan hal yang memang bukan miliknya.

Tapi sebenarnya ia sudah bisa menduga kalaupun Renjun tak mengingat Jeno, anak itu pasti punya insting kuat tentang cintanya.

Buktinya segala potongan ingatan yang pernah Renjun ceritakan padanya, semuanya bukanlah kejadian yang Jaemin dan Renjun lewati berdua. Dengan itu sudah bisa dipastikan kalau Renjun hanya mengingat kejadian dan waktu yang ia nikmati dengan Jeno. Hanya saja, Renjun terlalu cepat menarik kesimpulan dengan menyangka kalau sosok samar di bayangannya saat itu adalah Jaemin. Padahal yang sebenarnya ada di kepala Renjun saat itu adalah Jeno.

Dan alasan Jaemin akhirnya menyetujui ajakan Renjun ke taman adalah karena ia tau, kalau mungkin ia tak akan bisa menemukan lagi waktu dimana ia bisa melihat Renjun yang menatapnya persis seperti saat ia menatap Jeno. Jaemin ingin ditatap penuh kasih sayang juga oleh Renjun.

Tapi setelah dipikir lagi ia jadi ingin Renjun mulai mengingat Jeno lebih awal, karena Jaemin pun memiliki ketakutan kalau nanti Renjun malah bersikap seperti sekarang disaat mereka ada di hadapan Jeno. Membayangkan Renjun yang tak segan memeluknya di hadapan Jeno, membuat Jaemin takut sendiri.

Mengenai ingatan Renjun, Ingatan Renjun ternyata memang hanya berfokus pada Jeno. Buktinya saat Jaemin menyebut nama Jeno sekali di taman hari itu, Renjun perlahan mendapat nyaris seluruh ingatannya. Dan Jaemin hanya bisa tersenyum miris, arena sejelas itu ia mendapati kenyataan yang tak bisa ia sangkal.

Jeno tetaplah yang Renjun butuhkan.

Jaemin tak akan pernah bisa mengambil sebagian kecil pun tempat yang dimiliki Jeno pada hati Renjun.

"Ya, itu satu-satunya alasan ia tak pulang sebelumnya. Kau tau sendiri Jaemin, kalau sejak sadar di hari kedua pasca kecelakaannya Jeno langsung ingin pulang untuk melihat Renjun. Ia akan nekat pulang, kalau tidak kita ancam."

Mendengar itu lagi-lagi Jaemin mengangguk, bagaimana ia bisa lupa soal Jeno yang sering menghubungi papa untuk minta dibolehkan pulang. Tapi papa mengancam akan memberi lebih banyak informasi pada Renjun yang bisa membuatnya kesakitan, barulah Jeno menurut tetap melanjutkan pengobatannya di luar negeri saat itu. Dengan syarata pulihkan Renjun tanpa kesakitan, itu oermintaan Jeno.

Dan ini juga menampar Jaemin dengan nyata, bahwa sosok Renjun begitu penting bagi Jeno.

Jaemin tak sampai hati membiarkan kakak kembarnya itu tau soal perasaannya pada tunangannya.

Jeno memastikan mereka tak terlalu memaksa Renjun agar cepat mengingat segalanya, Jeno menghubungi kak Mark dan memintanya berbicara soal keharusan mereka menyembunyikan dulu beberapa hal dan memberi informasi sedikit demi sedikit pada Renju  Dan dengan patuhnya juga Jaemin pun menuruti permintaan sang kakak kala itu untuk menemui dokter Mark bahkan di hari hujan sekalipun.

Karena apa yang hendak ia bahaspun hal yang menyangkut Renjun, lelaki yang Jaemin cintai begitu besar sampai ia tak pernah berpikir bisa membiarkan cintanya beralih pada oranglain. Renjunlah pemilik perasaannya.

"Berarti aku tak perlu repot lagi sembunyi-sembunyi berdiskusi dengan kak Mark soal Renjun, ia sudah ingat semuanya." Ujar Jaemin pelan, ada kesedihan yang tersirat dalam ucapannya.

Sedih karena dengan ingatan utuhnya itu, Renjun tak akan mungkin mau tinggal dengannya lagi. Apalagi dengan Jeno yang juga kembali.

Kemarin benar-benar waktu yang singkat. Pikir Jaemin.

"Aku akan ke depan." Jaemin ingin melihat bagaimana luka yang Jeno miliki itu, karena setelah kecelakaan pun Jaemin belum pernah melihat jelas. Jeno yang baru membuka mata kala itu, langsung menyuruhnya menjaga Renjun saat tau Renjun tak ditemani siapapun—karena memang tak memiliki siapapun. Jadi tak ada waktu untuk Jaemin melihat jelas kondisi sang kakak.

Saat Jaemin sampai di ruang tengah, ternyata Renjun masih disana. Ditempat yang memang seharusnya, pelukan Jeno.

Renjun tak melirik Jaemin sama sekali, bahkan saat Jaemin mengajak Jeno berbicara pun Renjun masih betah dalam posisinya. Dengan pandangan yang jelas menghindarinya.

Melihat hal itu, ada perasaan kesal yang muncul pada diri Jaemin. Jaemin tak suka Renjun yang mengabaikannya, karena dulu pun Renjun tak keberatan berteman dengannya bahkan setelah tau perasaannya lalu kenapa sekarang seperti ini?



 Jaemin tak suka Renjun yang mengabaikannya, karena dulu pun Renjun tak keberatan berteman dengannya bahkan setelah tau perasaannya lalu kenapa sekarang seperti ini?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.








___________

Maaf ya dikit aja updatenya, dan boleh ya aku tanya. Part ini pada ngerti gak maksud tulisannya?

*nulisnya sambil nahan ngantuk soalnya

Forgetting You ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang