28. Inference

1.6K 241 35
                                    

Perginya Renjun tak bisa sampai sejauh itu, ia hanya bisa pergi ke tempat yang menurutnya cukup nyaman untuk ia tinggali dan tak terlalu dekat dengan keberadaan Jeno dan Jaemin. Renjun keluar dari kota yang sama dengan kedua dominan itu, tanpa memberitau siapapun. Pada kak Mark pun ia hanya sekedar memberitau kepergiannya, tanpa mengatakan detail tempatnya.

Dan Renjun memutuskan tak menggunakan ponselnya dalam waktu dekat, karena memang ia tak menemukan lagi seseorang yang harus ia hubungi selain orang-orang yang mesti ia jauhi saat ini. Jadi tak ada gunanya ia menggunakan ponsel, mungkin nanti ia akan menggunakannya untuk menanyakan kabar kakaknya. Saat ini kak Mark pasti masih memiliki rasa kesal padanya, kemungkinan ia menghubungi Renjun sangat kecil. Bahkan mungkin pesan suara yang kemarin Renjun kirim pun belum dibuka oleh sang kakak, karena sampai pagi tadi Renjun belum mendapat balasan.

Nanti setelah ada jeda ia akan mencoba menanyakan kabar kak Mark, semoga saat ia sudah merindukan kakaknya itu dan ingin mengetahui kabarnya. Kemarahan kak Mark padanya sudah hilang. Renjun tak mau sampai ia benar-benar kehilangan semua orang dari hidupnya, kalau Jeno dan Jaemin harus ia tinggalkan. Kak Mark jangan sampai meninggalkannya.

Kemarin Renjun kesulitan menemukan tempat tinggal yang sesuai kebutuhannya, sampai ia bertemu gadis berambut sebahu yang menyapanya dan mengajaknya berbicara. Lalu membawanya kemari, saat tau Renjun sedang mencari tempat tinggal.

Dulu, Renjun tak kesulitan mencari apartemen sederhana untuk ia tinggali saat keluar dari panti. Karena hidupnya banyak dibantu kak Mark, barulah sekarang ia merasakan kesulitan itu. Termasuk mencari pekerjaan.

Ternyata gadis itu anak dari pemilik tempat tinggal yang Renjun tinggali, tadi pagi ia sempat menyapa Renjun begitu melihat Renjun keluar. Ia juga menawarkan sepeda miliknya untuk Renjun gunakan berjalan-jalan.

Dan sekarang Renjun menggunakan sepedanya menyusuri jalanan yang tak begitu ramai, Renjun pikir jalanan ini menuju ke sebuah perkebunan karena Renjun melihat banyaknya tanah luas yang diisi banyak pepohonan yang penuh dengan bunga. Sampai habis ia melewati lahan bunga itu, Renjun dapat melihat tanah luas juga dan dapat ia lihat beberapa jenis buah yang menghiasi warna hijaunya dedaunan.

Renjun terlalu menikmati pemandangan yang ia lihat, sampai tak sadar sepeda yang ia lajukan dengan pelan itu kini mendekati seorang gadis kecil.

"Aww!"

Mendengar suara kecil yang berasal dari depannya, Renjun terkejut. Ia menghentikan laju sepedanya, menoleh ke depan dan menemukan gadis kecil yang membawa keranjang buah yang kini jatuh berserakan karena si gadis kecil terjatuh.

Renjun segera membantu anak itu. "Kau baik-baik saja?" Tangannya membantu gadis berusia sekitar tujuh tahunan itu berdiri, kemudian melihat kaki dan tangannya. Mengecek bila anak itu terluka karenanya.

Gadis kecil itu hanya menatap Renjun, bahkan sampai Renjun membereskan beberapa buah yang jatuhpun gadis cilik itu masih menatap Renjun.

"Apa ada yang sakit? Katakan saja, nanti aku antar ke dokter." Renjun masih berjongkok di hadapan gadis kecil itu, tangannya menggenggam tangan mungil yang sedikit tertutup sweater.

"Aretha!" Suara seorang gadis yang lebih dewasa terdengar mendekat.

Kemudian gadis kecil itu menoleh, dan berlari mendekati yang memanggilnya tadi. "Kak, maaf tadi jatuh. Buahnya kotor lagi."

"Maaf tadi aku tak sengaja menabraknya, aku mencoba bertanya padanya apa ada yang sakit tapi ia hanya diam." Renjun mendekati gadis yang lebih dewasa itu untuk menjelaskan kejadian tadi.

"Ah, iya. Adikku juga mungkin tak memperhatikan jalan. Ngomong-ngomong, kau ingin memetik buah juga? Sebaiknya cepat, karena sepertinya akan turun hujan dalam waktu dekat." Si kakak mendongak menatap langit, Renjun ikut melihat langit yang memang tak secerah pagi tadi.

Forgetting You ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang