23. Hollow

1.5K 263 112
                                    

Jaemin mencoba menemui Renjun setelah melihat mamanya melengos pergi ke kamar, ia jelas memikirkan bagaimana keadaan Renjun sekarang. Mendengar cerita mamanya tadi, Jaemin benar dibuat tak menyangka atas langkah yang diambil mamanya. Pasalnya, Jaemin tau betul bagaimana sang mama yang langsung iba saat tau kalau Renjun berasal dari panti. Bahkan mamanya begitu senang saat akhirnya Renjun mau memanggilnya mama setelah cukup lama anak itu menolak.

Lalu sekarang mamanya dengan tega menyuruh Renjun menjauhi keluarganya? Apa mamanya sadar apa yang sedang dilakukannya itu? Renjun mungkin akan merasa dibuang lagi, setelah jelas-jelas alasan ia berada di panti pun karena dibuang orangtuanya.

"Kalau kau hendak menemui Renjun, lebih baik kau masuk ke kamarmu Jaemin." Jeno tak mau kalau nanti saat Jaemin mendatangi apartemen Renjun, submisif itu sudah mau keluar—tidak seperti tadi saat Jeno datang. Jadi Jeno akan menghalangi usaha Jaemin untuk menemui Renjun, karena ia jelas akan iri kalau Jaemin lebih bisa menemui Renjun dari pada dirinya.

Jaemin mengabaikan suara Jeno, ia tetap melanjutkan langkahnya menuju pintu keluar. "Ia pasti tak mau berbicara denganmu, kan? Kau memukulnya. Memangnya ada orang yang mengaku mencintainya, malah memukulnya seperti tadi? Renjun mungkin sekarang ragu atas perasaanmu. Karena itulah ia juga berani mengembalikan cincin tunangan kalian."

"Jaemin!" Jeno sampai bangkit dari kursi, merasakan kekesalan yang memenuhi dirinya.

Wanita yang baru beberapa menit berada di dalam kamar kebetulan hendak menemui kepala pelayan untuk tak membiarkan kedua putranya sampai keluar dari rumah. Kini melihat Jeno dan Jaemin yang terlihat akan terlibat lagi perkelahian, segera menegur mereka.

"Kalian bertengkar lagi, mama tak akan segan mendatangi Renjun lagi untuk memakinya karena pertengkaran kalian ini." Ancaman mamanya mampu menghentikan keduanya.

Jeno tak mau membuat Renjun mendapat ucapan kasar dari mamanya, dan Jaemin pun tak ingin sampai Renjun menerima sakit hati lagi dari mamanya.

Keesokan harinya Renjun mendapat telpon dari mama Lee bersaudara, Renjun menerimanya dengan dada yang berdebar takut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keesokan harinya Renjun mendapat telpon dari mama Lee bersaudara, Renjun menerimanya dengan dada yang berdebar takut. Ternyata wanita itu mengajaknya bertemu, Renjun yang memang tengah berada di kamar reflek menatap cermin. Pipinya memiliki satu lebam, dan Renjun merasa ini akan cukup memalukan kalau terlihat oleh nyonya Lee. Atau justru ia akan mendapati wanita itu benar sudah tak peduli lagi padanya, bahkan saat melihat bekas pukulan itu.

Akhirnya Renjun memutuskan memakai masker untuk menutupi lebam di pipinya itu. Berpikir kalau pertemuannya dengan wanita itu akan singkat, meski Renjun pun belum tau tujuan mereka bertemu itu untuk apa. Hanya saja Renjun sudah menyiapkan diri untuk kembali dimarahi.

"Renjun? Aku nyaris tak mengenalimu." Mama Lee terkejut saat Renjun mengetuk jendela mobilnya, sementara sejak tadi ia celingukan mencari keberadaan Renjun dari dalam mobil yang diparkir di dekat taman.

"Masuklah." Wanita itu memilih untuk mengajak Renjun berbicara di dalam mobil, seolah tak mau mencari tempat yang lebih nyaman lagi untuk berbicara lebih lama.

Renjun pun merasa kalau mama Lee memang tak mau berlama-lama dengannya. Yang Renjun rasakan begitu ia duduk di samping wanita itu, adalah rasa takut, segan. Renjun sudah tak berani menatap wajah wanita itu, ia sedikit menunduk dan siap mendengarkan apapun yang akan disampaikan padanya. Entah itu bentakan atau pukulan sekalipun, seperti yang Jeno berikan padanya kemarin.

"Terimakasih mau melepas Jeno, tapi mengembalikan cincinnya ini berlebihan Renjun. Jeno membelinya untukmu." Suara wanita itu sekarang terdengar tak sekeras tempo hari saat membentaknya karena tak tegas pada perasaannya sendiri juga oranglain.

Mama dari Jaemin dan Jeno kini mencoba meraih tangan Renjun, hendak mengembalikan cincin yang sempat melingkar di jari Renjun beberapa waktu. Tapi anak itu menahan tangannya, tak mau menerima lagi benda itu.

"Aku yang ingin mengembalikannya." Kata Renjun sambil menggeleng pelan.

Nyonya Lee menghela napasnya, kemudian menatap sosok yang sudah lama seperti bagian dari keluarganya yang sebenarnya. Ia sebenarnya sakit hati harus melakukan hal ini, tapi ia jauh lebih sakit hati melihat ketidak akuran yang ada antara kedua putranya. Ia ingin anak-anaknya tetap akrab satu sama lain, tetap memiliki hubungan harmonis khas sebuah keluarga.

"Sekali lagi terimakasih sudah mengambil keputusan ini, setidaknya setelah ini mama akan mencoba membuat hubungan mereka akur kembali." Meskipun rasanya akan sedikit sulit mengingat kedua putranya sudah terlanjur saling memberi benci satu sama lain, tapi mungkin dengan tak adanya Renjun diantara salah satu dari keduanya bisa membuat mereka mulai bisa akur lagi.

Sementara Renjun hanya mengangguk mendengar ucapan tulus yang disuarakan mama, ketulusan yang terdengar jelas itu justru sekarang menyakiti Renjun. Membuat hatinya merasakan nyeri.

Tapi ia pun mengerti kalau ini adalah keinginan paling tulus yang dimiliki seorang ibu untuk anak-anaknya.

"Renjun, terimakasih beberapa tahun ini mau bersama Jeno dan menjadi pasangannya. Terimakasih karena pernah jadi anak mama." Tangannya kini benar-benar menggenggam tangan Renjun.

"Dan tolong, tetap jauhi Jeno juga Jaemin. Jangan menemui mereka lagi, jika kau tak ingin keluarga mama hancur dan hubungan Jeno Jaemin semakin buruk." Lanjutan ucapan mama membuat Renjun tetap sakit walau ia sudah pernah mendengar kalimat serupa.

Nyonya Lee merasakan tangan Renjun yang berubah dingin, ia pun meremasnya pelan dan mengusap-usap jemari Renjun dengan lembut. Mencoba membuat Renjun agar sedikit merasa lebih baik.

"Temukan oranglain yang bisa mencintaimu lebih dari Jeno dan Jaemin mencintaimu. Temukan orang yang bisa kau cintai tanpa harus membuat masalah bagi oranglain."

Semua ucapan mama Lee keluar dengan suara yang bukan berupa bentakan, tapi setiap kalimatnya cukup membuat Renjun tersinggung dan sakit hati.

"Iya." Jawab Renjun dengan suara berbisik, takut kalau ia justru menangis terisak menyadari ia benar-benar dilepas  oleh keluarga Jeno.

Sekarang yang Renjun rasakan, begitu kosong, hampa. Ia kehilangan semuanya, kekasihnya, temannya, orang-orang yang ia sayangi, juga keluarga—yang sebelumnya memang tak pernah ia miliki.

"Apa aku harus pergi jauh dari sini untuk mencegah pertemuan dengan Jeno dan Jaemin?" Cicit Renjun sambil memandang tangannya yang digenggam hangat oleh mama.

"Kalau perlu, lakukan." Jawab nyonya Lee.

Dengan itu Renjun merasa benar-benar diusir, merasa kalau ia benar-benar sumber masalah yang harus menyingkir dan pergi.

Renjun mengangguk. "Iya."

"Semoga kau menemukan bahagia yang lain." Mama Lee mengusap kepala Renjun lembut, mengatakan harapan baik untuk Renjun.

Forgetting You ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang