Hesitate

1.8K 207 11
                                    

Sejak pagi Jeno sudah mengirimnya pesan agar malam nanti pergi kencan dengannya, Renjun mengiyakan dan pagi itu ia berangkat dari rumahnya menuju tempat yang Jeno sebutkan. Sudah beberapa hari ini Renjun memang tak bertemu kedua dominannya, ia sibuk mencari tempat tinggal baru untuknya. Sekalian banyak menghabiskan waktu dengan Aretha karena ia pikir kalau nanti setelah ia pindah lagi ia akan jarang bertemu Aretha dan Agatha.

Sebelum menemui Jeno, Renjun mengunjungi apartemen Jaemin untuk melihat dominan itu sekalian mengecek tanaman yang ia tinggalkan beberapa hari ini.

"Jaemin?" Renjun memanggilnya, namun tak ada sahutan.

Bahkan saat Renjun mengelilingi apartemennya pun ia tak menemukan Jaemin, sepertinya ia sedang keluar.

Seteleh mengecek tanamannya, juga menyiramnya. Renjun menunggu kepulangan Jaemin sambil memberaihkan tubuhnya, tapi bahkan sampai ia selesai mandi dan mengenakan pakaian pun Jaemin belum juga pulang. Karena waktu yang sudah hampir sore, Renjun pun kembali keluar untuk segera menemui Jeno.

Jeno mengajaknya bertemu di sebuah restoran, tepat saat Renjun sampai di depan bangunan itu Jeno pun turun dari mobilnya. Renjun mengulas senyum lebar melihat kekasihnya itu, langkah ia bawa mendekat lalu bahunya dirangkul Jeno dengan tepat.

"Kapan kau akan benar pindah kemari lagi, aku jadi cukup sulit menemuimu." Ujar Jeno sambil membawa langkah mereka untuk masuk ke dalam restoran.

"Nanti saja." Renjun memang tak memberitau rencananya untuk segera pindah dan apa yang ia lakukan akhir-akhir ini untuk mencari tempat tinggal.

"Kalau kau mau aku akan mulai mengisi apartemenku saja, agar kau bisa tinggal disana." Ini yang selalu membuat Renjun tak ingin mengatakan rencananya itu, Jeno mengatakan agar Renjun menggunakan apartemennya saja padahal dominan itu saja sangat jarang berada disana.

Disaat Renjun menolaknya dengan alasan itu, Jeno selalu menyebutkan rumah keluarganya untuk dijadikan tempat pulang untuk Renjun.

Sementara Renjun sendiri bahkan belum pernah bertemu lagi dengan nyonya Lee ataupun Tuan Lee setelah ia dan Jeno kembali bersama, setelah ia dan Jaemin memiliki hubungan. Pertemuan terakhirnya dengan nyonya Lee tetaplah saat wanita itu memintanya pergi.

Permintaan itu masih begitu membekas dalam benak Renjun, membuatnya sekarang agak takut untuk bertemu wanita itu.

"Hari ini bagaimana?" Jeno menanyakan itu padanya saat keduanya tengah menikmati makanan mereka.

Renjun mengingat apa saja yang ia lakukan hari ini, tak ada apapun. Ia hanya melewati perjalanan menuju kemari, kemudian ke apartemen Jaemin lalu menemui Jeno.

"Hanya seperti itu. Mengecek tanamanku, lalu menemuimu." Jawab Renjun.

Jeno tersenyum mendengarnya. Setelah mereka menghabiskan makanannya Jeno mengajak Renjun untuk jalan-jalan diluar, menghabiskan hari yang cerah meski matahari sudah menghilang.

Keduanya menuju sebuah taman yang tak jauh dari tempat parkir mobil Jeno, keduanya berjalan bersisian.

"Ayo ke rumah." Ajak Jeno.

Renjun menoleh sebentar, sebelum kembali mengalihkan tatapannya ke depan.

"Kau sudah lama tinggal di apartemen Jaemin, lagi pula minggu depan ia akan ke London lagi."

Mendengar ucapan Jeno, Renjun menghentikan langkahnya. "Jaemin akan ke London lagi minggu depan?" Ia mengulang ucapan Jeno dengan nada bertanya.

Jeno mengangguk, Renjun belum tau soal rencana keberangkatan Jaemin itu. Sebelumnya ia hanya mendengar Jaemin yang mengatakan akan pergi lagi, tapi tak tau jelasnya kapan.

"Kau mungkin akan kesepian selama aku di kantor, jadi lebih baik di rumah mama." Jeno menggenggam tangan Renjun.

Kali ini keduanya berdiri berhadapan, Renjun menatap mata Jeno. "Jeno, aku belum pernah bertemu mama Jeno lagi."

"Iya, karena itu juga aku mengajakmu ke rumah." Jeno sangat tau kalau Renjun memang belum pernah bertemu dengan orangtuanya lagi, bahkan anak itu terkesan tak pernah menyinggung soal keluarganya setiap mereka berbicara. Dan menurut Jaemin pun sama, Renjun seolah menghindari setiap pembahasan soal itu.

"Aku pikir kau hanya tak suka aku terus di apartemen Jaemin." Kata Renjun sambil mengalihkan tatapannya.

"Itu juga." Ucap Jeno dengan suara yang nyaris tak terdengar. Saat Renjun bertanya apa, Jeno hanya menggelengkan kepalanya kemudian berujar.

"Hanya saja menurutku lebih baik di rumah mama."

Tangan Jeno yang tadinya menggenggam tangan Renjun, kini beralih menyentuh pinggang Renjun. "Aku juga tak bisa leluasa dekat denganmu kalau di apartemen Jaemin."

Jeno menarik pinggang Renjun lebih dekat dengannya, lalu menunduk untuk menyembunyikan wajahnya pada ceruk leher Renjun.

Renjun melenguh saat merasakan Jeno mengecup belakang telinganya diikuti jilatan sensual. "Ayo di rumah mama."

Remasan pelan Jeno pada pinggang Renjun kini mulai berubah jadi usapan yang maju ke bagian bawah. Renjun mulai merinding dengan usapan Jeno yang membuatnya semakin maju merapatkan tubuhnya pada Jeno.

Sadar dengan apa yang tengah Jeno lakukan, Renjun pun meremas lengan Jeno sambil berujar pelan menahan desahan. "Kita pergi ke hotel saja."

"Benar tak mau ke rumah?" Jeno menjauhkan wajahnya dari leher Renjun, dan menatap wajah yang terlihat sudah memerah.

"Iya." Jawab Renjun.

Jeno pun mengangguk, dan tak mengatakan apapun lagi. Melihat keterdiaman Jeno, Renjun merasa tak enak hati dengan itu. Takut Jeno berpikir ia memiliki ketidak sukaan pada mama dari dominan itu.

"Jangan dulu bertemu mama Jeno ya?" Renjun mendongak menatap Jeno, Jeno tersenyum dan kembali mengangguk.

"Aku—masih segan untuk menemuinya." Lirih Renjun.



" Lirih Renjun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Forgetting You ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang