6. Remember

2.8K 407 76
                                    

Setelah kejadian pagi itu, Renjun menjadi lebih nyaman berada di sekitar Jaemin. Hubungan mereka juga tidak sekaku sebelumnya, karena Jaemin lebih sering mengajaknya mengobrol lebih dulu.

"Besok aku bertemu kak Mark lagi." Ujar Renjun disaat tubuhnya berada dalam pelukan Jaemin, Renjun duduk diantara kaki Jaemin yang duduk berselonjor, sesekali Jaemin menciumi puncak kepalanya.

Kasih sayang yang Jaemin berikan dapat Renjun rasakan, itu tulus dan nyata. Nyaman dan tenang yang Renjun miliki saat bersama Jaemin juga membuatnya semakin ingin mengingat lebih banyak hal soal mereka, ingin tau bagaimana manisnya hubungan mereka sebelum ini. Karena sekarang saja Renjun merasa begitu bahagia, apalagi mungkin dulu disaat ia dengan ingatan utuh tentang bagaimana pertemuan pertama mereka dan keseharian mereka.

"Besok jadi pertemuanmu yang kelima?"

Renjun mengangguk membenarkan. Tangannya menggenggam tangan Jaemin yang tak terdapat aksesoris apapun, sementara Renjun memiliki sebuah cincin yang melingkar di jari manisnya.

"Ingatanmu belum bertambah lagi?"

Kali ini Renjun menggelengkan kepalanya. "Tapi akhir-akhir ini aku sering bermimpi pergi ke taman, bagaimana kalau kita pergi besok Jaemin setelah aku bertemu kak Mark?"

"Taman? Di mimpimu kau melakukan apa?" Tanya Jaemin.

"Aku tak menemukan kita, aku hanya mendapat gambaran tamannya dan itu sangat jelas." Lalu Renjun mengatakan dugaannya soal dimana letak taman itu, dan Jaemin tersenyum begitu mendengarnya.

Dan setelahnya Renjun merasakan pelukan Jaemin padanya mengerat. "Kalau tidak besok bagaimana?" Tanyanya dengan suara pelan.

"Kau ada urusan?" Renjun balik bertanya.

"Tidak, hanya saja aku belum ingin pergi kesana." Jawab Jaemin, dan Renjun pun tak memaksa.

"Sebentar." Jaemin beranjak untuk mengambil ponselnya saat mendengar suara dering ponsel tanda panggilan masuk, menjawabnya dan berbicara beberapa saat. Lalu tak lama kemudian ia mengambil laptopnya untuk bekerja di meja yang tak jauh dari tempat mereka berpelukan tadi.

"Jaemin, tidak perlu pergi untuk mengurus pekerjaanmu?" Renjun bertanya takutnya Jaemin sengaja tak pergi dari rumahnkarena tak mau meninggalkannya, padahal Renjun tak keberatan ditinggal sendiri.

Jaemin menoleh. "Setiap aku kembali kemari, aku seperti ini." Ia menunjuk laptopnya.

"Huh?" Renjun agak bingung mendengar kata 'kembali kemari' yang Jaemin sebutkan.

"Tidak, lanjutkan makanmu." Tapi Jaemin menolak menjelaskan.

Beberapa saat kemudian, disaat Jaemin fokus dengan pekerjaannya. Ponselnya kembali berbunyi, dan kali ini Jaemin tak begitu mengubrisnya sampai Renjun menegurnya.

"Ini dari papa, Jaemin." Kata Renjun setelah melihat siapa yang menelpon Jaemin.

Dan dengan itu Jaemin langsung menoleh, kemudian mengangkat panggilan itu. "Kenapa, pa?"

Setelah mendengar beberapa kalimat, Jaemin beranjak dari posisinya dan berjalan menuju kamar. Seolah apa yang ia bicarakan tak boleh Renjun ketahui.

Dan begitu keluar dari kamar, Jaemin menatapnya lembut. Lalu kembali duduk di sampingnya, mengulas senyum padanya. Renjun pun balas tersenyum, walau bingung kenapa terasa ada yang janggal dari senyum Jaemin itu.

"Besok, ayo pergi ke taman." Ujar Jaemin tiba-tiba.

"Kau bilang belum mau pergi." Bahkan belum ada setengah jam Jaemin mengatakan itu, tapi tiba-tiba berubah pikiran.

Forgetting You ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang