20. Infer

1.6K 240 46
                                    

"Kau sudah rapih pagi sekali." Jeno tau betul jadwal biasa Renjun pergi, dan ini menurutnya terlalu pagi dari jadwal biasa submisif itu.

"Aku ada keperluan sebentar sebelum ke apotek." Jawab Renjun, ia melirik Jeno sekilas sebelum menyimpan cangkir minum milik Jeno di atas meja.

Hubungan mereka sekarang memiliki ketegangan yang tak menyenangkan, itu terjadi antara mereka setelah kejadian kemarin malam saat Jaemin yang dengan nekat mengusap wajah Renjun di hadapan Jeno.

"Kemana?" Tanya Jeno kaku, tapi ia ingin tau akan kemana Renjun pergi.

Ada helaan napas kasar yang keluar dari mulut Renjun. "Aku bukan bertemu Jaemin."

Jeno mengangkat halisnya, padahal ia hanya penasaran atas keberangkatan pagi Renjun. Tak ada curiga soal Renjun yang akan menemui Jaemin. "Iya jadi kemana?" Tanya Jeno kukuh.

"Apa sekarang aku tak boleh memiliki privasi? Aku harus memberitau segalanya tanpa terkecuali?" Tanya Renjun dengan pandangan lelah.

Mendengar hal itu Jeno jelas kebingungan, sekarang disini yang sedang sensitif itu dirinya atau Renjun? Kenapa sekarang semuanya terasa begitu mudah dijadikan masalah, hal-hal yang biasanya tak begitu mengganggu sekarang bisa langsung membuatnya gusar.

"Bukankah dulu kau bilang kita harus tetap menetapkan batasan meskipun kita sepasang kekasih?" Tanya Renjun.

Jeno tak mau memperpanjang masalah, disaat akhir-akhir ini emosinya sedang tak stabil. Ia bisa berakhir bertengkar hebat dengan Renjun nantinya, sementara sekarang hubungan mereka sedang di batas kehancuran. Jeno tak mau membuat langkah kecilnya yang justru sebuah kecerobohan akan membuat ia dan Renjun saling kehilangan. Maka ia sekarang hanya akan mencoba mengalah dari emosi Renjun sebisanya.

"Ya, pergilah. Hati-hati."

Malamnya Jeno menjemput Renjun saat tadi submisifnya mengatakan ia sudah selesai, tadinya ia pikir saat Renjun mengatakan ada urusan dan tak ingin Jeno antar tadi pagi karena memang menginginkan waktu untuk berjarak dengan Jeno

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malamnya Jeno menjemput Renjun saat tadi submisifnya mengatakan ia sudah selesai, tadinya ia pikir saat Renjun mengatakan ada urusan dan tak ingin Jeno antar tadi pagi karena memang menginginkan waktu untuk berjarak dengan Jeno. Jeno sudah berpikir kalau Renjun tak akan meminta dijemput juga. Tapi ternyata dugaannya salah, Renjun bukan sedang menginginkan waktu tanpanya. Karena Renjun bahkan tadi saat ditelpon ia membahas tiket menonton film, dan mengatakan ingin pergi kalau mereka luang nanti.

Jeno turun dari mobilnya, hendak menunggu Renjun yang sepertinya masih membenahi barang bawaannya. Tapi begitu menginjakkan kakinya di luar, ia mendapati mobil yang ia kenal ada disana. Saat Jeno mendekatinya ternyata memang Jaemin disana, tengah membawa sesuatu dari jok belakang mobilnya.

"Apa yang kau lakukan disini?!" Jeno tak bisa menahan agar nada suaranya terdengar normal, sekarang suaranya nyata sekali penuh dengan kekesalan. Apalagi saat mendengar jawaban datar Jaemin.

"Bertemu orang yang aku cintai, aku sudah lama tak bertemu dengannya." Jaemin berbalik menatap Jeno, dan Jeno melihat apa yang Jaemin bawa, sebuah buket bunga.

"Kembali ke rumah, sebelum aku menghajarmu lagi." Jeno memerintah dengan ancaman nyata.

Tapi memang sepertinya Jaemin tak ada takut-takutnya pada Jeno, ia mengabaikan itu dan malah memanggil Renjun.

"Renjun." Jaemin memanggil Renjun yang berjalan pelan menuju ke arah mereka.

Menurut Jeno, tatapan Renjun sulit dibaca. Yang jelas mata itu bergantian menatapnya juga Jaemin. Begitu Renjun berdiri tepat di sampingnya, Jeno memeluk pinggang Renjun dengan erat. Ia takut tiba-tiba Renjun akan berlari pada Jaemin.

Jaemin menyodorkan buket bunga yang dibawanya tadi pada Renjun, senyum kecilnya terlihat samar.

"Tarik kembali itu." Ujar Jeno.

"Kenapa?" Jaemin kini menatap Jeno dengan senyum tipis. "Renjun menyukai bunga."

"Tapi Renjun tak akan menerima pemberianmu." Jawab Jeno sambil menatap Jaemin tajam.

Jaemin mengangkat halisnya. "Ia akan menerimanya—

Belum selesai Jaemin berbicara Jeno menarik Renjun untuk segera memasuki mobil dan pulang.

Makan malam mereka kali itu terasa lebih sepi, hening yang ada adalah bentuk ketegangan dari hubungan mereka yang semakin tak karuan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Makan malam mereka kali itu terasa lebih sepi, hening yang ada adalah bentuk ketegangan dari hubungan mereka yang semakin tak karuan.

Salah satunya sedang memikirkan cara untuk memulai percakapan, mencoba menekan kekalutan yang dimilikinya.

"Mama bilang, kalian sering bertengkar." Tiba-tiba Renjun berujar seperti itu, membuat Jeno mendongak dengan halis terangkat.

"Aku dan Jaemin?" Tanya Jeno memastikan.

Renjun mengangguk. "Bisa berhenti?"

Jeno menghentikan acara makannya, ia memfokuskan perhatiannya pada Renjun. "Kau juga bisa berhenti membalas cinta Jaemin?" Jeno menantang.

Ada sentakan kecil yang jadi respon Renjun atas ucapan Jeno barusan. "Tapi, Jeno.."

"Aku memintamu berhenti bertengkar dengan Jaemin, kita bukan sedang membahas perasaan salah satu dari kita." Ujar Renjun.

"Tapi itu tergantung pada perasaan salah satu dari kita, lebih tepatnya kau." Jeno membalas ucapan Renjun.

Kalau saja Renjun mau berhenti mencintai Jaemin, mungkin Jeno pun tak akan memiliki kecemburuan terhadap Jaemin sampai harus melayangkan pukulan sebagai bentuk rasa kesal.

"Mama bilang—"

"Aku selesai." Jeno menegak air minum, hendak beranjak dari kursi makan namun Renjun menahannya.

"Dengar dulu aku berbicara." Kata Renjun.

Jeno tak mau mendengar pembahasan Renjun soal pertengkarannya dengan Jaemin, menurutnya itu bukan hal yang penting. "Tidak usah, itu tidak penting."

"Ini penting." Jawab Renjun sambil memberi tatapan memohon, mata berbinarnya sampai membuat Jeno berpikir kalau anak itu nyaris menangis.

Tatapan sendu Renjun diabaikan oleh Jeno.

"Renjun, kau pikir bagaimana bisa aku tidak bertengkar dengan Jaemin sementara ia berusaha keras mengambilmu dariku." Ujar Jeno.

"Kau ini tunanganku. Kau pikir siapa yang tak akan marah dan ingin menendang wajah orang yang ingin merebut tunangannya, hah?" Tanya Jeno, mulai meninggikan suaranya.

Membahas pertengkarannya dengan Jaemin memang hanya membuat emosi marahnya semakin naik, mengingat bagaimana menyebalkannya Jaemin di mata Jeno saat ini.

"Jeno, tapi bertengkar seperti itu hanya membuat mama khawatir. Jadi berhenti saling melakukan kekerasan." Pinta Renjun dengan suara pelan, berusaha membujuk Jeno.

Tapi Jeno mengabaikan itu, dan hanya melengos pergi. "Lebih baik kau cepat tidur."

Forgetting You ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang