06. Bapak mana?

26 6 0
                                    

Pintu kamar mandi terbuka dan terlihat Hazwan yang tengah terduduk di WC duduk. Jaka jazel dan Rendi menatap Hazwan dengan tatapan iba, rasa bersalah juga menyelimuti Jaka.

"Ka," panggil jazel. Jaka mengepalkan tangannya lalu menepuk bahu Hazwan. "Wan," panggilnya.

Hazwan mengatur napasnya lalu menatap ke arah Jaka, "Apa? lo mau gue berantem ama mereka yang gue aja kagak tau mereka siapa?!" Ucap Hazwan ketus. Jaka membelalakkan matanya. "Kalo ini urusan gue, gue ga akan bawa bawa kalian dalam urusan gue," jelasnya. Jaka menghela napasnya lalu berjongkok depan Hazwan dan memposisikan tubuhnya sejajar dengan Hazwan.

"Maaf tiba-tiba mereka harus nyerang lo secara verbal, gue janji gue bakalan balas ucapan mereka dengan setimpal. Lo cukup tunggu mereka tunduk depan lo, jazel sama Rendi."

Jazel dan Rendi saling menatap satu sama lain, "Ka, lo jangan ambil langkah sebesar itu," pinta Rendi namun tekad Jaka sudah bulat. Dia tersenyum ke arah ketiga temannya lalu membantu Hazwan untuk berdiri.
"Kalo salah satu dari kita disakiti, maka yang nyakitin kita harus ngerasain sakit lebih dari kita. Lebih," ucap Jaka. Mereka berempat saling bertatapan.

"Kalian buat gue jadi ketua dan kalian adalah tanggung jawab gue. Kalian teman gue yang lebih dari teman. Kalian aman sama gue."

Jaka menatap lurus ke arah depan lalu menatap seluruh teman ya dengan tatapan tajam, "Kalian besok di markas akan nerima hadiah besar."

***

Hazwan melemparkan tasnya di sofa lalu membuka ponselnya, bapak hari ini ada jadwal pekerjaan dengan om Jay di luar kota. Entah sampai kapan bapak akan melakukan pekerjaan di luar kota kali ini. Jaka sudah mengajaknya untuk tinggal bersama namun Hazwan menolaknya dengan alasan Jaka selalu mengorok.

"Kak Mahen?"

Panggilan masuk dari kak Mahen membuatnya harus mengangkat telepon tersebut.

"Lo dimana?"

"Baru nyampe rumah, kenapa bang?"

"Keluar bentar, gue bawa makanan buat lo. Bunda minta ke rumah tapi lo nolak jadi bunda kirimin makan."

"Harusnya gausah bang, gue bisa masak sendiri," tolaknya tidak enak. Terdengar gumaman dari Mahen.

"Yaudah kalo gitu gue bawa pulang aja."

"BENTAR BANG INI BARU PAKEK SANDAL!"

Hazwan berlari ke arah depan rumah dan menemui Mahen yang menunggu di dalam mobil.
"Ini dari om Jo," ucap kak Mahen memberikan makanan tersebut. Hazwan mengintip ke dalam mobil lalu menatap kak Mahen.

"Bapak? Bapak kemana?" tanyanya, kak Mahen termenung. Diam...

Hazwan menunggu jawaban tersebut, "bang?"

"Om Jo urusannya agak lama, gue baru balik nganterin papa sama om Jo buat kerjaan."
"Oohhh...."

Hazwan mengangguk lalu berpamitan untuk masuk ke dalam rumah, sedangkan kak Mahen masih terdiam di mobil enggan menyalakan mesin mobil.
Dia melihat ke arah ponselnya.
____________________________________

Papa: jagain Hazwan, om jo baru masuk ruang rawat inap.
____________________________________

Kak Mahen menghela napasnya,
sampai kapan mereka akan seperti ini? Sampai kapan akan menutupi masalah ini? Sampai kapan Hazwan harus dibohongi?

Dear Bapak Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang