15. Berlibur yang jauh [END]

23 2 1
                                    

Bapak mengetuk pintu kamar Hazwan, tidak ada balasan dari kamar tersebut. Malam sudah larut tetapi Hazwan belum juga keluar dari kamar.
Setelah kejadian tersebut, bapak tidak berani mendatangi Hazwan.

"Nak..."

Tidak ada balasan.

"Buka pintunya, bapak bawain kamu makan."

Masih belum ada balasan. Bapak menatap makanan tersebut lalu menghela nafasnya.
Dia berbalik untuk kembali ke arah dapur.

Sebelum melangkah, bapak mendengar suara pintu terbuka. Hazwan berdiri di ambang pintu dan menatap bapak.
"Pak."

Bapak menoleh lalu tersenyum, "Anak bapak butuh apa?"

Hazwan mendongakkan kepalanya dan menatap bapak.
"Hazwan butuh bapak.."

Suara dari jangkrik menjadi pemecah kekosongan di rumah tersebut.
"Hazwan cuman butuh bapak, Hazwan ga butuh lainnya."
Hazwan menutup matanya, "Hazwan sadar... Hazwan salah. Hazwan sudah bentak bapak."

Dia menggigit bibir bawahnya, "Hazwan sadar, Hazwan salah. Maaf pak.."

Bapak menepuk pucuk kepala Hazwan, "Bapak juga minta maaf ya."

"Hazwan ga pernah mau ditinggal bapak."

"Bapak juga ga pernah mau ninggalin kamu."

Hazwan mengangguk. Dia menatap bapak nanar.
"Terus selama-lamanya sama Hazwan ya pak. Hazwan ga mau bapak pergi."

"Doain bapak ya nak."

***

Malam itu, mungkin malam yang akan Hazwan ingat terus menerus. Malam itu, Hazwan berbicara dengan bapak dengan waktu yang sangat lama.

Minggu ujian telah selesai, Hazwan sudah diterima di Universitas Indonesia berkat nilai nilainya selama sekolah SMA. Mungkin ini adalah buah dari doa dan jerih payahnya.

Sore ini, Hazwan membuat teh hangat untuk dirinya dan bapak.
Dia berencana untuk merundingkan tempat kos yang akan ia tinggali selama berkuliah.

"Pak!" panggil Hazwan. Bapak yang saat itu sedang menyapu halaman karena banyaknya daun kering menoleh.

Bapak hanya tersenyum dan melanjutkan kegiatannya menyapu. Hazwan menaruh teh tersebut dan berjalan menghampiri bapak.
"Bapak... Bapak dari kemarin sudah bersihin halaman. Bapak ga capek?"

Bapak menggelengkan kepala, lalu menaruh sapu tersebut.
"Besok banyak tamu."

Hazwan mengerutkan dahinya.
"Tamu?"

Bapak mengangguk, "Besok tamunya banyak, bapak ga bisa nemenin kamu."

"Siapa? Tamunya bapak?"

Bapak mengangguk, "Banyak, besok om Jay suruh bantuin ya."
Hazwan mengangguk, "Bapak mau kemana?"

Bapak mengendikkan bahunya, "Pergi."

"Kemana?"

"Jauh..."

Hazwan memeluk bapak lembut, namun pelukannya terasa menjadi erat.
"Maafin Hazwan ya pak."

"Maafin Hazwan soalnya... Hazwan belum bisa jadi anak yang baik buat bapak."

Bapak mengangguk, "Hazwan jaga diri ya nak, jangan nakal ya."

Dear Bapak Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang