Bapak menundukkan kepalanya, Hazwan terisak.
"Bener pak? Bapak... beneran?" tanyanya sambil menangis.Bapak menggelengkan kepalanya, "Engga nak, kak Mahen ngelantur. Udah jangan nangis nak," ujar bapak. Hazwan bukannya berhenti menangis semakin kencang saat bapak ikut terisak.
"Bapak mau pergi pak? Jangan pak."
Bapak menggelengkan kepalanya, "Engga nak."Hazwan menggeleng, "Hazwan janji ga Nakal lagi, Hazwan janji akan nurut ke bapak. Hazwan janji pak. Bapak percayakan?"
Bapak mengangguk, "Iya nak... Udah nak jangan nangis."
Sore itu, di bawah hujan deras dan petir di sebuah rumah sederhana tangisan kesedihan terdengar. Bapak mengusap punggung sang anak sedangkan Hazwan menangis meminta supaya bapak tidak pergi.
***
Hari esoknya, Hazwan menghampiri bapak dan membawakan makanan ke kamar bapak. Bapak yang baru saja bangun menatap sang putra yang telah membawa nampan dengan penuh makanan.
"Kamu yang masak nak?" tanya bapak, Hazwan menganggukkan kepalanya."Mulai sekarang bapak ga boleh ke dapur, bapak cukup istirahat dan minum obat. Olahraga juga."
Bapak tersenyum hangat lalu mengangguk.
"Hazwan, kamu sekolah kurang berapa bulan?" tanya bapak. Hazwan menghitung..."tiga sampai Empat, kenapa pak?"
Bapak menggeleng, "Engga, cuman ngingetin. Belajar kamu, sholat kamu."
Hazwan meringis, "Itu mah gausah ngingetin bapak. Aku udah pinter pak."Bapak tersenyum hangat lalu membiarkan sang putra untuk berangkat sekolah, setelah Hazwan pergi bapak menghela nafasnya, sesekali bapak merasa mual dan ingin muntah namun bapak tahan.
"Efek obat..."
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Di sekolah, Hazwan melihat ketiga temannya yang menatapnya dengan tatapan sedih. Hazwan menatap mereka bingung.
"Wan," Rendi bangkit dan memeluk Hazwan tiba tiba. jazel membuang mukanya lalu ikut berdiri dan memeluk Hazwan."Sabar ya wan, kita sebagai temen lo akan selalu nemenin lo. Jangan sedih."
Hazwan merasakan kehangatan dalam pelukan ketiga temannya, tanpa sadar dia terisak, dia mengeratkan pelukannya.
"Jangan tinggalin gue sendiri."Jaka tersenyum hangat, "Mana bisa kita ninggalin beruang pendek macam lo," ujarnya. Hazwan terkikik, "Yang pendek tuh Rendi bukan gue."
Rendi mendengus, "Gue lagi yang kena loh, gue diem anjing!" ucap Rendi lalu memeluk Hazwan kembali. Sambil berbisik pada Hazwan dia juga menepuk punggungnya dengan perlahan.
"Jangan pernah sedih, gue yakin om Jo bisa sembuh."Hazwan mengangguk, "Iya, Bapak bisa sembuh."
Jaka mengusap bahu temannya, "Lo sedih gue juga sedih, jangan sedih makannya."
"Jangan pernah ninggalin gue sendiri ya, gue ga mau sendiri. Gue takut sendiri."
***
"Obatku yang kemarin disini yakan?" bapak mengambil obatnya di nakas, dengan perlahan dia membuka obat obatan ya tersebut. Semakin lama obatnya semakin banyak.
Bapak menatap obat tersebut lalu menghela nafasnya. Ucapan Hazwan seperti kaset di kepalanya, terulang terus menerus.
"Hazwan..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Bapak
FanfictionBapak adalah seorang cinta pertama bagi anaknya. Bukan hanya cinta pertama namun sebagai pahlawan bagi anaknya juga. "Pak, bapak." Panggilan tersebut terdengar lucu saat seorang anak menyebutkannya dengan nada merengek. "Kamu pingin makan apa nak...