Hari hari berlalu, Hazwan yang tengah merasakan pusingnya menjadi siswa kelas 12 akan berakhir dalam hitungan beberapa Minggu lagi.
"Bro, muncak?" Ajak Jaka. Hazwan berdecak.
"Coba kalo mau ngomong dipikirin dulu, dipikirin tanggalnya, dipikirin gimana berangkatnya..."Jazel tertawa lalu meletakkan gitarnya sembarangan, "Khawatir ga jadi gue," jawabnya.
"Ren, muncak yok," Jaka kini mengajak Rendi.
"Abis wisuda ntar gue ke rumah nenek, mana bisa gue muncak."
"Duh, ga solid lu pada. Gue pingin muncak, muncak muncak muncakkkk!!" Jaka berteriak tidak jelas.
"Nah nah tantrum. Wan, pegangin kakinya gue tangan nih, ren pukul perut."
Jazel berdiri bersiap mengambil ancang ancang untuk menarik Jaka.
"Aelah lu pada, zel ayo sama gue muncak."Jazel mendengus, "Berangkat sendiri lo, gue mau ke Bogor ntar ke rumah nenek gue juga."
"Tck bangsat!"
Hazwan terkekeh, "Kasian ga punya nenek."
"Gue colok ya mata lo."
***
Di sisi lain, bapak bertemu dengan Jay untuk membicarakan pengobatan yang kan bapak lakukan setelah ini.
"HB kamu sering turun Jo," ujar Jay.Bapak yang tubuhnya makin mengurus menghela nafas, "Tinggal ngitung hari yakan?"
"Jangan patah semangat gitu lah, masih bisa tambah darah, masih bisa pengobatan lainnya. Jangan patah semangat terus ga mau berobat lagi."
Bapak terkekeh, "Semangat mulu Jay."
"Semua orang harus punya semangat Jo, Gue semangat buat nyembuhin lo jadi... Lo juga harus semangat buat sembuh."
Bapak tersenyum, dia tidak pernah melihat Jay menjadi bijak seperti ini.
"Abis ini anak anak mau selesai ujian, mau ngerayain bareng Jay?"
Jay mengangguk setuju, sudah lama mereka tidak berlibur bersama. Terakhir hanya ke taman bermain dan setelah itu bapak drop dan anak anak mereka sibuk dengan ujiannya.
"Jo, sebelum berangkat minum obat dan bawa segala obat obatanmu buat jaga jaga."
Bapak mengangguk, dia tidak ingin hal buruk menimpanya dan juga membuat suasana berlibur mereka menjadi buruk karena keadaannya.
"Kita kemana Jo."Bapak tersenyum, "Nanti aku kasih tau kamu Jay."
***
Langit menjadi gelap. Suara jangkrik bersautan terkadang suara suara hewan lain mengisi sepinya malam di rumah bapak dan Hazwan.
Bapak yang sudah tidak kuat untuk berdiri terlalu lama memilih untuk membuatkan makanan yang simpel untuk Hazwan. Bukan Hazwan tidak bisa memasak, tetapi... Bapak hanya ingin memasakkan Hazwan makanan yang enak karena bapak tidak tau kapan dia akan pergi dan Hazwan tidak dapat memakan masakan buatan bapak.
"Pak, bapak duduk aja."
Bapak menggelengkan kepalanya, "Masak mie bapak juga bisa."
Hazwan menghela nafas, " Bapak lagi sakit loh," ujarnya lalu mengambil gunting yang berada di tangan bapak. Tangan bapak semakin keriput, seperti tidak ada isinya.
Batin Hazwan berkecamuk saat melihatnya. Dia menuntun bapak untuk duduk dan menunggu Hazwan memasak."Kamu kelas berapa nak sekarang?" tanya bapak. Hazwan termenung sebentar, bapak lupa?
"Kenapa pak?" tanya Hazwan. Bapak menggelengkan kepalanya, "Bapak cuman tanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Bapak
FanfictionBapak adalah seorang cinta pertama bagi anaknya. Bukan hanya cinta pertama namun sebagai pahlawan bagi anaknya juga. "Pak, bapak." Panggilan tersebut terdengar lucu saat seorang anak menyebutkannya dengan nada merengek. "Kamu pingin makan apa nak...