Setelah kejadian tadi sore, Hazwan tidak keluar sama sekali dari kamarnya. Dia menggigit kukunya ketakutan.
"Astaghfirullah," gumamnya. Air matanya tidak mau berhenti, sesekali dia menghapus air matanya lalu menatap pintu.
"Bapak..."
Beberapa saat kemudian terdengar suara pintu diketuk, dia menatap pintu tersebut lalu terlihat kak Mahen yang mendatanginya.
Dia menghapus air matanya cepat cepat lalu menyambut kak Mahen.
"Bang.."Mahen menutup pintu tersebut kembali lalu duduk di samping Hazwan. Dia menatap kamar Hazwan lalu melihat ke arah lawan bicaranya.
"Wan."Hazwan mengangguk, "Tumben kesini bang? Ga belajar Lo?" tanya Hazwan lalu berjalan ke arah meja belajarnya yang jaraknya tidak jauh dari tempat tidurnya.
"Udah selesai," jawab Mahen.Suasana sunyi menyerang, Hazwan menatap tumpukan bukunya yang belum dia tutup dari semalam.
"Lo.""Kamu.."
Mereka berhenti berbicara, sesaat kemudia Hazwan diam, "Mau ngomong apa bang?" tanyanya.
"Kamu sudah makan?" tanya Mahen, Hazwan tidak menjawab. Dia menutup buku-bukunya dan menaruhnya ke tempatnya semula.
"Aku lapar, mau makan?" tanya Mahen lagi.Air mata Hazwan menetes, entah sudah berapa kali Hazwan menangis hari ini.
"Gue ga laper," lirihnya. Mahen menghela nafasnya."Lo jangan..."
"Keluar dari kamar gue."
Mahen mengatupkan bibirnya, Hazwan terisak. Dia tidak ingin berbicara dengan siapapun hari ini, dia tidak ingin bertemu dengan siapapun hari ini. "Wan, gue cuman.."
"Keluar bang. Gue sudah cukup stress... kalo Lo mau ngasih tau hal yang bikin gue sedih mending Lo pergi, lebih baik gue ga tau daripada gue tau."
Mahen mengangguk, dia berdiri dan berjalan ke arah pintu. Sesekali dia menoleh ke belakang dan melihat Hazwan yang tengah menangis di meja belajarnya.
"Semoga om Jo cepat sembuh dan Lo baik baik saja," ucapnya lalu keluar dari kamar Hazwan.Hazwan terisak lalu melemparkan seluruh bukunya, "HAAAAA!!" teriaknya.
Mahen berjalan ke bawah sambil menghapus air matanya yang sempat keluar.
"Gimana Hazwan?" tanya bapak. Mahen duduk di sofa lalu menatap bapak.
"Dia ga mau makan om," ucap Mahen. Bapak menghela nafasnya berat lalu menatap Jay dan istrinya."Lihat? kalian taukan alasanku ga ngomong ke Hazwan?"
Om Jay mengangguk, "Terus gimana Jo?"
"Kasih dia waktu om, beri Hazwan waktu."
Om Jay menatap sang putra lalu mengangguk setuju, "Benar kata Mahen, kasih Hazwan waktu dan bicaralah seperti biasa. Soal idemu tadi, aku akan bantu."
Mahen menatap kedua orang tuanya bingung, "Ide?"
"Ayo kita buat Hazwan bahagia dan mendapatkan seluruh kenangan indah sekarang Mahen."
Mahen melemas, kenapa seperti om Jo yakin jika umurnya tidak akan lama lagi?
"Om Jo..""Umur om sudah tidak akan lama Mahen, Om mau buat anak om bahagia. Kamu mau mewujudkannya? Kita nanti ajak teman teman Hazwan, semua teman-temannya."
"Om pingin dia bahagia," Ucap bapak. Mahen terisak, "Om jangan bicara seperti itu seolah olah om akan pergi... om bisa sembuh."
"Om sudah memutuskan untuk berhenti berobat dan menghabiskan sisa waktu om bersama Hazwan. Dokter yang diresepkan juga lama-lama tidak bekerja dalam tubuh om."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Bapak
FanfictionBapak adalah seorang cinta pertama bagi anaknya. Bukan hanya cinta pertama namun sebagai pahlawan bagi anaknya juga. "Pak, bapak." Panggilan tersebut terdengar lucu saat seorang anak menyebutkannya dengan nada merengek. "Kamu pingin makan apa nak...