Bapak dan Hazwan saling melemparkan tatapan. Bapak berjalan mendekati Hazwan namun, dia berjalan mundur.
Air matanya turun tanda kesal.Dia berbalik lalu berlari menghindari bapak. Bapak menutup matanya dan berjalan sedikit cepat untuk mengejar Hazwan.
Saat Hazwan berlari, dia tidak sengaja menabrak seorang dokter muda dan itu adalah kak Mahen. Dia menatap kak Mahen sejenak.
"Kak Mahen juga tau?"
Hazwan lanjut berlari keluar dari Rumah sakit.
"Hazwan!" panggil Mahen."Nak Mahen...hah...hah... Hazwan," ujar bapak terengah-engah lalu menunjuk Hazwan yang berlari keluar. Mahen menatap Hazwan lalu berlari mengejar Hazwan.
"HAZWAN!" teriak Mahen. Hazwan tetap berlari. Dia ingin pulang, dia tidak percaya.
Bapak, selalu tersenyum hangat saat Hazwan pulang.
Bapak, selalu tertawa terbahak-bahak saat Hazwan mengomel.Kenapa?
Kenapa harus bohong?
Kenapa bapak bilang kalo bapak gapapa?Langit mulai mendung, lari Hazwan semakin memelan. Badannya lemas, dia tidak dapat menahan air matanya. Dia terduduk di pinggir jalan.
Sakit hati.
"Hazwan..." gumam kak Mahen. Hazwan memegang dadanya, rasanya sangat sakit.
Pikiran buruk menyerangnya terus menerus.
"Hazwan..."Kak Mahen berjalan mendekati Hazwan, setelahnya dia berjongkok dan menatap Hazwan.
"Berapa lama?" tanya Hazwan.
Suara gemuruh seakan-akan menjadi suara yang mengiringi percakapan mereka."Jangan nangis," ucap Kak Mahen.
Hazwan menundukkan kepalanya, dia terisak. "Lo... Lo tau?" tanya Hazwan. Kak Mahen mengangguk.
"Maaf."
Dia memegang dadanya, kenapa sangat nyeri? Kenyataan dan semuanya tadi, dia harap hanya mimpi.
Mahen membantu Hazwan berdiri dan membawanya berteduh, "Gue mau pulang," Hazwan mengatakannya dengan tatapan kosong. Mahen menatap Hazwan dan melihat ke arah hujan yang deras."Hazwan."
Hazwan membuang mukanya, dia seperti anak kecil sekarang. "Bawa gue pulang bang atau gue balik sendiri. Gue... gue pingin pulang."
"Tunggu hujan reda, gue bawa Lo pulang."
***
Jay yang baru saja mengobati sang putra menatap putranya dengan tatapan tajam, "Eh ayah," sapa Jaka.
"Apa kabar?" tanya Jaka.
Seluruh suster dan juga dokter menyeringai takut saat pemuda tersebut meringis pada Dokter Jay.
"Sus ambilkan gunting lagi, saya buka saja lukanya," ucap Jay. Jaka membelalakkan matanya.
"Ayah ayah ayah, jangannn. Sakit yah."Jay menghela nafasnya, "Kamu nanti wajib jelasin ke bunda dan ayah di rumah," ucap Jay menunjuk sang putra dengan guntingnya.
Jaka mengangguk ngeri.Saat itulah bapak masuk ke dalam IGD dan berjalan cepat ke arah Jay, sambil memegang dadanya dia menyandarkan dirinya pada dinding.
"Hazwan..." ucap bapak.Jaka menatap sang ayah, dia lupa.
"Hazwan disini?" Tanya Jay pada sang putra. Jaka mengangguk. Jay menghela nafasnya, apa yang harus dia lakukan saat ini. Dia merogoh kantongnya dan menelpon Mahen, sayang ponselnya hanya berdering menandakan sang pemilik dapat dihubungi namun Mahen tidak dapat mendengarnya.
"Mahen sudah kejar Hazwan tapi Hazwan lari. Dia pergi dari RS... Hah.. Jay... Sesak nafasku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Bapak
FanfictionBapak adalah seorang cinta pertama bagi anaknya. Bukan hanya cinta pertama namun sebagai pahlawan bagi anaknya juga. "Pak, bapak." Panggilan tersebut terdengar lucu saat seorang anak menyebutkannya dengan nada merengek. "Kamu pingin makan apa nak...