Belajar

1.3K 145 9
                                    

Tuan Bill sudah pulang ke mansionnya, berbaring di kamar, tanpa selang infus lagi. Dia sudah pulih, tinggal beristirahat agar lebih sehat.

Grace ada di sampingnya, duduk dekat pembaringan menyuapi ayahnya. Mereka sama-sama menoleh ke arah pintu saat Taehyung masuk bersama Jungkook.

Tuan Bill menengok, lalu tersenyum melihat siapa yang datang. Garis keriput di pipinya terlihat jelas sekarang. Rambutnya juga mulai memutih, tinggal menunggu waktu semua rambutnya jadi uban.

Sementara Grace punya rambut tebal dan hitam sepunggung, garis senyum yang menarik dan pandangan yang lembut. Tapi melihat Jungkook matanya berubah, sudutnya meruncing. Ada perasaan tak suka pada kehadiran pemuda itu.

Beda halnya dengan Bill yang langsung menegakkan badan, bersandar pada dipan. Lalu melambai pada Taehyung yang segera mendekat.

Taehyung memeluk Bill sebentar, lalu beralih mencium pipi Grace tepat di saat Jungkook melihat keduanya. Jungkook mengalihkan pandangan ke jendela, melihat ujung daun mapel yang bergerak diterpa angin.

"Dia adik perempuanmu?" tanya Bill, menunjuk Jungkook.

"Oh, dia-" Taehyung menarik lengan Jungkook mendekat.

"Pemuda ini Jungkook, saudara jauhku, dia laki-laki." Taehyung berbohong soal saudara. Tidak mungkin bukan, ia katakan sebenarnya bahwa Jungkook adalah istri Jaehyun dan mereka baru kenal seminggu.

"Oh, maaf aku kira dia perempuan, karena wajahnya sangat cantik," sahut Grace dari samping yang langsung tersenyum lebar.

"Dia sangat manis dan dingin, persis seperti es krim," puji Bill yang membuat Jungkook merona.

Tidak ada yang menyangkal kecantikan Jungkook. Meski memiliki tubuh berotot di balik bajunya. Dengan wajah kecil, senyum manis dan rambut yang diikat seperti gadis. Siapapun akan susah menebak apakah dia pria atau wanita, karena parasnya yang melebihi kecantikan kaum hawa.

Jungkook lebih banyak diam, karena selain dia orang asing di antara mereka. Jungkook juga tidak pandai bercerita, ia hanya menjadi pendengar setia yang menyimak obrolan keluarga kecil itu tentang saham hotel yang mengalami kenaikan sejak Taehyung datang. Lalu turun kembali beberapa bulan ini, karena Bill yang jatuh sakit.

Bill tidak bisa menangani bisnisnya karena usianya yang sudah senja, sementara Grace masih berstatus mahasiswa. Ia tidak mungkin meninggalkan Oxford begitu saja. Dari pembicaraan itu, jelas mereka ingin Taehyung yang nenjalankan bisnis hotel milik Bill.

Taehyung menoleh pada Jungkook yang mematung di sofa yang jauh dari pembaringan. Sejak Grace tahu jika Jungkook adalah seorang pria, pandangannya menjadi lembut dan itu cukup membuat Taehyung, tanpa ragu menghampiri Jungkook untuk membawanya dalam perbincangan.

"Saudaraku ini akan bekerjasama denganku segera. Aku akan membuat jaringan yang kuat berskala internasional. Akan mudah mengembalikan kejayaan hotelmu, jika aku berhasil dengan itu."

"Aku percaya pada Taehyung dia tidak mungkin salah memilih rekan bisnis," ucap Bill, berkata pada Jungkook. Menyentuh lengan pemuda itu dengan lembut. Pandangan matanya teduh, seperti seorang ayah yang sedang menasehati putranya.

Jungkook sudah lama merindukan hal itu, ia benar-benar rindu sosok seorang ayah dalam hidupnya. Ia pikir dengan memilih Jaehyun-bukan perempuan-ia bisa berlindung padanya. Nyatanya Jaehyun yang berlindung di balik punggung Jungkook.

.
.

Taehyung banyak menghabiskan waktu mengajari Jungkook, bersama Bill yang kini mendapat semangat kembali untuk cepat pulih dan bergabung dengan semangat muda mereka.

Taehyung bersyukur dengan kesibukannya yang membuat Grace tidak terlalu punya banyak waktu untuk menggodanya.

Angin musim panas merongrong di malam hari menembus kulit yang membuat bulu halus di kulit Taehyung menggigil. Ia merapatkan jaketnya, sementara Jungkook tengah sibuk bercokol dengan diagram latihan yang diberikan Bill.

"Kau tidak ingin masuk ke kamar dan istirahat?" Taehyung bertanya.

"Sebentar lagi." Jungkook tidak pernah setengah-setengah melakukan sesuatu. Seperti pilihan hidup bersama Jaehyun yang merupakan langkah besar, sampai ia rela jauh dari keluarga.

Selain pilihan hidup, terjerumus pada dosa terindah juga tidak setengah-setengah. Lihat saja berapa banyak waktu yang ia habiskan untuk mendesah bersama Taehyung. Berapa kali ia mencapai surga bersamanya. Dan betapa ia begitu gigih untuk terus berada di sampingnya. Meski tidak ada status yang jelas di antara mereka.

Apalagi persoalan bisnis, yang memang sangat ingin ia geluti. Jangankan cuma angin dingin yang menerpa, sentuhan hangat Taehyung di tengkuknya juga ia abaikan.

"Kalau begitu aku masuk dulu!" pamit Taehyung. Memberikan jaketnya untuk digunakan Jungkook.

"Anginnya sangat dingin, aku akan minta Betie membuatkanmu chamomile hangat."

Betie adalah pelayan tetap di keluarga Bill.

Jungkook hanya mengangguk sebagai tanggapan, lalu fokus lagi pada diagram yang membentang. Ia melupakan kesenangan dan tujuan utamanya. Yaitu mengekori Taehyung. Kalkulasi dan perhitungan saham, kiranya lebih menarik daripada berpelukan secara sembunyi-sembunyi di rumah calon istri Taehyung.

Taehyung memasuki kamarnya, menyalakan lampu kamar 20watt yang membuat ruangan itu benderang. Ini sudah seperti kamarnya sendiri, dan ia meminta Jungkook tidur bersamanya alih-alih menyuruhnya tidur di ruang tamu yang sempit.

Ia mendekati lemari besi bercat putih yang pintunya dibuka dengan cara digeser. Beberapa pakaiannya dan pakaian Jungkook ada di sana. Taehyung mencari piyama tidurnya di antara tumpukan baju. Lalu menemukan celana dalam Jungkook yang digulung lucu, lalu tertawa oleh hal kecil itu.

Ia melepas kaosnya melewati kepala, setelah menemukan piyama satin navy yang ia cari tepat berada di sebelah pakaian dalam milik Jungkook.

Taehyung merasakan ada tangan seseorang yang menjalari permukaan dadanya dari belakang. Saat Taehyung berupaya memasukkan satu lengan piyamanya dari samping.

Ia sangat berharap itu adalah tangan Jungkook. Tapi rupanya ia salah, karena jelas terlihat kutex warna nude di atas jari-jari panjang dan lentik. Menandakan itu milik Grace.

"Oh, ayolah ... jangan menggodaku begini!" Taehyung berbalik. Kemudian mencubit pucuk hidup perempuan itu.

Grace tertawa, tapi tidak melepas pelukannya malah semakin mendekap dada Taehyung dengan erat.

"Aku butuh istirahat, Grace!" Taehyung menyentuh lengan Grace yang ada di punggungnya. Perlahan mencoba melepaskan diri dari pelukan gadis itu.

Angin semakin kencang menerpa dahan dan ranting pohon mapel yang bergerak tak tenang. Jungkook agaknya terganggu dengan hal itu. Ia merasa jaket Taehyung masih bisa ditembus oleh angin. Itu membuat ia menggigil dan tidak fokus pada pembelajaran.

Ia memustukan untuk kembali ke kamar. Berbaring di atas ranjang hangat mungkin bisa membuat otaknya bekerja lebih cepat, atau sesuatu yang lain yang akan bangun dengan cepat.

Jungkook menutup laptop, membereskan kertas dan pena di meja. Melewati Bill yang duduk di ruang tengah sambil melihat acara Jimmy Fallon dan tertawa karena kelucuannya.

"Sudah selesai?" Tanyanya saat Jungkook lewat.

"Akan saya lanjutkan di kamar."

Jungkook tidak berpikir tentang sesuatu yang aneh atau hal mengejutkan apa yang akan ia terima saat ia membuka pintu kamar yang akan ia tempati dengan Taehyung sementara.

Di dekat lemari tinggi dengan cermin separuh badan. Dua anak manusia sedang berangkulan, dan salah satunya bertelanjang dada.

Katakan saja bahwa itu kebetulan, tapi astaga. Pria dan wanita di dalam kamar berdua dan si pria tidak memakai atasan itu bukan kebetulan. Itu adalah suatu rencana untuk menghabiskan malam bersama, dan Jungkook merasa ia hanyalah pengganggu di antara mereka.

"Maaf, sepertinya aku masuk di saat yang tidak tepat," ucapnya meyesal.









TBC




Diskon pembelian pdf untuk hari ini adalah 5℅ untuk best seller dan 10℅ untuk pdf lain
Silakan hubungi nomor ini 088801129597

Promo berakhir 21-04-2024 tepat pukul 21.00 WIB

Toxic Friend (Tamat Di Pdf) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang