Jalanan Seoul menjadi sangat padat pukul dua siang. Jungkook menggerutu di dalam taxi, karena lupa untuk membeli minuman. Sementara rasa haus tengah mencekiknya.
Ia juga tak sempat untuk menemui Taehyung lagi. Setelah tadi berkeliling kantor sambil mendengar penjelasan Lena, sang manajer perempuan yang tingginya menyamai Jungkook.
Taehyung lebih sibuk dari yang dipikirkan Jungkook. Pria itu, ada rapat lanjutan selepas pembahasan internal tadi. Jungkook tak sempat memberitahunya perihal kehamilan ini.
Jungkook juga bingung bagaimana cara menyampaikannya. Di lain sisi Jungkook punya suami, pria pertama yang seharusnya bertanggung jawab atas hidupnya. Tapi Jaehyun bukan penanam benih yang ada di perut Jungkook. Investor sebenarnya adalah Taehyung, pria asing yang sudah punya calon tetap dalam hidupnya. Seorang wanita berkebangsaan kanada.
Pikiran itu semakin berkecamuk. Terus terang Jaehyun akan berang kemungkinan akan mengusir Jungkook. Jika tahu istrinya itu tengah mengandung benih dari lelaki lain. Jungkook juga tidak mungkin tiba-tiba meminta pertanggung jawaban Taehyung begitu saja tanpa adanya bukti yang jelas jika itu adalah hasil dari investasi sperma Taehyung selama ini.
Jungkook bagai di ambang tebing curam dan di belakangnya ada ancaman hewan buas yang siap menerkam. Jika memilih maju, makan tubuh Jungkook akan jatuh ke dasar menghantam bebatuan. Jika memilih mundur, maka tubuhnya juga akan terkoyak oleh taring hewan buas itu.
Keduanya sama-sama memiliki resiko. Tapi Jungkook tetap harus memilih antara dua pilihan berbahaya itu.
Sesampainya di apartemen, Jungkook langsung merebahkan dirinya di kasur. Kepalanya terasa berat, dan untuk satu hal yang tidak ia mengerti. Moodnya tiba-tiba kacau. Ia merasa sedih dan terus menitikkan air mata. Mengingat jalur kehidupannya yang selama ini jauh dari kata sempurna.
Hidup jauh dari keluarga, menikah di usia muda tanpa memiliki apa-apa, hanya karena Jaehyun menjadi pria satu-satunya yang menerima Jungkook. Kemudian kesialan lain-entahlah ini kesialan atau keberuntungan-saat ia hamil oleh teman dari suaminya.
Jungkook tertawa, dadanya sesak oleh perasaan kacau. Ia butuh seseorang di sampingnya, selain Jaehyun tentu saja. Butuh Taehyung dan butuh pengakuannya. Seperti yang ia sampaikan di Kanada tempo hari. Seperti cincin yang melekat di jari Jungkook tentang kesungguhan hubungan mereka.
Untuk saat ini, Jungkook lebih memilih untuk menyembunyikan semua. Ia belum siap untuk ledakan besar dalam hidupnya. Tak cukup kuat untuk berpisah dari Jaehyun. Lebih tidak kuat lagi, jika Taehyung menolak kehamilannya.
.
.Detik bergulir jadi menit, menit bergulir jadi jam, jam berdetak jadi hari, hari berjalan jadi minggu dan bulan. Kini kehamilan Jungkook memasuki usia 2 bulan. Tubuhnya tetap seperti biasa, tapi perutnya makin berisi.
Celana denimnya tak muat lagi, dengan terpaksa ia membeli celana kain dengan karet di pinggang untuk menutupi.
Menutupi semua dari Jaehyun dan dari orang lain. Ia tak ingin kehamilannya jadi penghalangnya untuk melakukan sesuatu.
Jungkook semakin aktif dalam bursa saham. Dengan begitu ia mulai melupakan fakta bahwa ia sedang lari dari perasaannya yang begitu merindu Taehyung.
Karena dua minggu ini Taehyung bertolak ke Kanada menemui Bill yang sepertinya, penyakit Bill mulai semakin parah.
Lalu setelahnya seperti yang Jungkook duga sejak awal. Taehyung harus menikahi Grace sebagai balas budi. Atau katakan itu memang sudah takdir mereka. Kemudian nasib Jungkook bagaimana?
Hanya sekadar investasi, lalu ditinggal pergi?
Jungkook bisa saja mengutarakan pada Taehyung tentang kehamilannya. Tapi sore ini sepulang ia bertemu Lena untuk serah terima surat obligasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Toxic Friend (Tamat Di Pdf)
FanfictionReuni teman sesama SMA yang harusnya jadi ajang pertemuan dan mengenang masa-masa remaja, malah menjadi malapetaka. Saat Taehyung yang mabuk malah menggauli istri dari sahabatnya. Parahnya, setelah kejadian itu. Taehyung makin candu. Hingga membuat...