Jungkook pusing tujuh keliling, pulang dari Kanada. Apartemennya dipenuhi keluarga Jaehyun yang sedang berkunjung. Dengan segala tingkah manis mereka yang membuat Jungkook bertanya-tanya. Itu benar mereka?
Karena sejauh Jungkook bersama Jaehyun. Keluarganya tak pernah datang berkunjung. Biasanya Jaehyun yang mengajak Jungkook menemui orang tuanya. Hari ini, bukan hanya ayah dan ibu Jaehyun. Sepupu dan ipar juga ada di sana. Menyambut Jungkook dengan gembira.
Jungkook tersenyum, tidak tulus karena ia memang tidak menyukai keluarga itu. Ia tersenyum sekadar formalitas saja sebagai tuan rumah yang menemui tamunya.
"Kapan kalian pindah?" Perempuan paruh baya bertangan keriput, dengan alis menukik tajam dan bibir dipoles gincu tebal bertanya pada Jungkook yang baru saja duduk di sofa.
"Pindah kemana?" Jungkook menoleh tak mengerti, sementara Jaehyun sedang asyik berbincang dengan ayahnya di sofa seberang.
"Katanya Jaehyun akan membeli apartemen yang lebih bagus dari ini." Saat mengatakan itu, mata perempuan itu menelisik sudut ruang tamu, seakan ini adalah tempat penampungan.
"Apartemen baru?" Jungkook terkejut total, ia menoleh lagi pada Jaehyun yang masih saja berkelakar soal harga saham.
"Kalian juga akan membeli mobil baru, kan?" Kini ipar Jungkook juga ikut bertanya, perihal mobil baru.
Soal apartemen baru saja Jungkook tidak tahu, ia malah dikejutkan oleh pertanyaan lain tentang masalah mobil. Untuk pertanyaan ini, beruntung sekali Jaehyun menoleh di saat yang tepat, sehingga Jungkook bisa memberinya isyarat untuk menjelaskan.
"Begini, appa, amma ... Jungkook baru saja menang banyak di Kanada. Itu potensi yang bagus untuk ke depannya. Aku berencana membeli apartemen baru dan mobil baru menyusul setelahnya."
Jungkook menganga.
"Akhirnya, menantuku berguna juga," sahut ibu Jaehyun yang membuat Jungkook rasanya ingin muntah.
"Untuk hari ini, mari kita rayakan dengan pesta kecil-kecilan. Oke?" Jaehyun berdiri memberi sambutan, yang dibalas dengan riuh kegembiraan di sana.
Sementara Jungkook hanya bisa mengusap dada.
.
.Setelah pesta kecil dadakan yang membuat Jungkook harus memasak banyak, tertidur hingga siang. Membuka mata saat suaminya sudah berangkat kerja.
Jungkook menggerutu pelan, seluruh badannya pegal-pegal. Bahkan rasanya mag-nya kambuh. Asam lambungnya mungkin naik karena kelelahan.
Beberapa kali ia berlari ke wastafel, karena isi dalam perutnya seperti bergejolak. Tapi yang keluar hanya cairan bening. Jungkook lupa, jika semalam ia tak makan apa-apa. Setelah memasak. Ia langsung tidur pulas di kamar.
Ada banyak pesan dari Taehyung, saat ia membuka layar ponselnya. Rupanya ada rapat siang ini bersama manajer mereka. Tanda tangan surat kuasa dan penyerahan surat obligasi.
Jungkook memilih mengambil keuntungan dari transaksinya kemarin. Bukan berupa uang tunai atau saldo rekening. Ia lebih suka memutar lagi labanya. Surat-surat itu akan bertumbuh lebih cepat dari sekadar saham.
Jungkook mungkin terlalu banyak berpikir. Karena itu kepalanya terasa pening. Ia ingat ada paracetamol di dalam kotak P3K. Segera setelah makan bubur instan, ia menelan satu pil dengan air hangat. Lalu bergegas untuk bersiap menuju kantor Taehyung.
Tapi apa yang terjadi? Jungkook malah memuntahkan paracetamol itu kembali bersama dengan buburnya. Membuat Jungkook semakin pusing rasanya. Tapi Jungkook tetap harus bersiap. Ini adalah rapat penting yang akan menentukan masa depannya. Maka ia langsung saja turun untuk mencari klinik terdekat.
.
.Jungkook tahu bukan saatnya untuk berteriak di pinggir jalan. Saat ia baru saja keluar dari rumah praktek tenaga kesehatan yang paling dekat dari tempatnya dan murah pula biayanya.
Ia bisa saja tak percaya, saat petugas kesehatan itu mendiagnosa Jungkook hamil muda. Hei, itu gila! Jaehyun bahkan sudah divonis mandul selamanya. Mana mungkin Jungkook bisa hamil. Dengan siapa?
Jangan-jangan ... Jungkook bergumam pada dirinya sendiri. Meremat kertas hasil pemeriksaan tadi.
Setengah berlari, Jungkook memasuki lobi kantor Taehyung. Rupanya manajer Taehyung sudah menunggunya di depan ruang rapat. Perempuan yang tempo hari menerima telepon dari Jungkook.
Tanpa basa-basi, Jungkook langsung dipersilakan masuk dan duduk dalam ruangan dengan kursi melingkar. Sementara Taehyung bersandar di kursi putar sambil menunggu semua orang berkumpul.
Jungkook berdebar bukan tanpa alasan saat Taehyung memperkenalkannya sebagai investor baru. Selain karena ini pertama kalinya ia tampil di depan orang-orang penting. Fakta bahwa ia hamil, dan kemungkinan ia mengandung anak Kim Taehyung. Membuat Jungkook diliputi kecemasan sekaligus perasaan berbunga yang menyeruak di sela rasa cemasnya.
Jungkook berdiri memperkenalkan diri, berbicara singkat. Sebelum akhirnya Taehyung mengambil alih. Lalu menjelaskan rencana-rencananya ke depan.
Setelah satu setengah jam presentasi dan adu argumentasi. Rapat ditutup oleh manajer Taehyung dengan hasil yang cukup memuaskan. Sepanjang penjelasan, Jungkook mengaktifkan rekaman ponselnya. Agar nanti ia bisa mempelajari itu semua di rumahnya.
Satu persatu anggota rapat meninggalkan ruangan. Menyisakan Jungkook, Taehyung, manajernya dan seorang pria bertubuh mungil tapi berotot yang sejak tadi melirik Jungkook beberapa kali.
"Jungkook, kau harus ikut manajerku untuk belajar lebih lanjut!" ucap Taehyung.
Jungkook mengangguk dan bangun dari kursinya. Mengikuti langkah sang manajer keluar.
Belum sampai masuk ke dalam lift, Jungkook teringat akan ponsel yang ia tinggalkan di atas meja. Ia lupa membawanya dan juga lupa untuk mematikan mode rekamnya. Jungkook meminta waktu sebentar pada sang manajer untuk kembali ke ruangan.
Ia tidak berniat menguping pembicaraan. Tapi ia bisa mendengar namanya dan nama Jaehyun tengah diperbincangkan.
Jungkook berdiri sejenak, sebelum mengetuk pintu. Rasanya Taehyung hari ini tak seperti Taehyung kemarin yang ada di Kanada. Apa karena ini di tempat kerja, atau karena ada pria bermarga Park itu di sampingnya. Pada intinya Taehyung tak lagi melihat Jungkook seperti orang spesial. Ia memperlakukan Jungkook layaknya karyawan biasa. Bukan orang yang sudah berbagi ranjang bersama.
Jungkook agak kecewa. Tapi pesan Taehyung setelahnya. Membuat Jungkook kembali tersenyum.
[Kita tidak bisa terlalu jelas menunjukkan hubungan kita di tempat kerja. Bagaimanapun, kau masih istri Jaehyun. Aku tidak mau karirmu yang baru saja dimulai. Rusak oleh kecerobohanku]
[Peluk jauh dariku. Kita akan bercinta lagi lebih panas dari sebelumnya di rumahmu nanti]
Jungkook tertawa, membaca pesan Taehyung dari yang kedua. Betapa konyol dan nekadnya ide itu. Tapi boleh juga dicoba. Akan sangat menantang bercinta dengan teman suami kita. Saat suami kita tertidur pulas.
TBC
Kalian bisa baca ff ini versi tamat di pdf
Bisa hubungi 082121168476
KAMU SEDANG MEMBACA
Toxic Friend (Tamat Di Pdf)
FanficReuni teman sesama SMA yang harusnya jadi ajang pertemuan dan mengenang masa-masa remaja, malah menjadi malapetaka. Saat Taehyung yang mabuk malah menggauli istri dari sahabatnya. Parahnya, setelah kejadian itu. Taehyung makin candu. Hingga membuat...