Robert seperti tahu apa yang berkecamuk dalam diri dan memek Titin. Walaupun Titin bilang dia tidak horny lagi, nafasnya yang memburu dan putingnya yang semakin ngaceng mengatakan hal lain. Robert menghentikan mobilnya mendadak di pinggir jalan bersemak yang memang sangat sepi, dan tangannya langsung bergerak ke setelan kursi Titin. Tempat itu seperti sebuah tanah yang luas milik seseorang yang dijual dan tidak laku-laku. Tempatnya juga sedikit tertutup dari jalan raya. Alhasil, Robert merasa aman untuk mengerjai si Titin di sini.Tangan Robert langsung menekan kursi Titin agar tertidur. Titin yang masih memakai seatbelt langsung ikut terlentang bersama kursi.
“EEHHHHHH… APA-APAAN LO, BERT?” teriak Titin kebingungan dengan tingkah Robert tiba-tiba.
Tidak peduli teriakan Titin, tangan kiri Robert langsung meremas toket Titin lagi, sedangkan tangan kanannya langsung meremas memek Titin.
“OOOHHHHH!” lenguh Titin keras karena tidak menyangka memeknya yang semakin gatel dan berkedut-kedut keras akan langsung merasakan gesekan bahkan remasan dari tangan Robert.
Titin sudah tidak bisa menahan dirinya lagi dari rangsangan-rangsangan lihai dari tangan Robert. Akibatnya, Titin langsung orgasme untuk kedua kalinya. Robert tidak tinggal diam. Ketika badan Titin masih mengejang-ngejang, jari-jarinya menggesek-gesek permukaan celana dalam Titin kuat-kuat. Akibatnya, gelombang orgasme Titin terjadi terus-menerus.
“Oouuuhh… Aghhhh… Ouhhhhhhhhhh… Robert…” teriak Titin makin keras karena kenikmatan mendadak yang menyerang seluruh selangkangan dan tubuhnya.
Kedua tangan Titin semakin kuat meremas jok. Matanya terpejam erat-erat dan urat-urat leher menonjol akibat kenikmatan yang melandanya. Ketika gelombang orgasme mulai berlalu, Titin mulai membuka matanya dan mengatur pernafasannya. Rasanya jengah banget karena keluar begitu hebatnya di depan si Robert.
“Asem! Kenapa gue keluar sampe kaya gitu, sih? Kan si Roberti bisa ke-GR-an!” katanya maah-marah dalam hati. “Bikin sebel aja! Tapi, emang enak banget! Udah semingguan gue ga ngentot!”
Saat Titin masih menikmati rasa nikmat yang masih tersisa, Robert sudah bergerak di atas Titin, mengangkat kaos Titin serta menurunkan BH-nya kekecilan sehingga toket Titin yang bulat besar terpampang jelas di depan hidung Robert.
Tersenyum puas dan napsu banget melihat Titin yang tampil telanjang dada di depannya, Robert berucap, “Gilaa.. Toket lo Tin! Gede banget! Montok banget lagi! Harus gue puas-puasin ngenyotinnya malem ini!”
Robert langsung menyergap kedua toket Titin yang putingnya masih mengacung tegak. Mulutnya mengenyot toket yang sebelah kanan, sambil tangan kanannya meremas-remas dan memilin-milin puting yang sebelah kiri. Dihisap-hisapnya puting si Titin. Lidah Robert juga piawai menjilat-jilat dan memainkan kedua puting Titin. Gigitan-gigitan kecil dipadu remasan-remasan gemas jemari Robert membuat Titin terpekik.