Bayar Ongkos dengan Tubuh (2)

8.3K 13 0
                                    

Ilustrasi: Robert

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ilustrasi: Robert

Tiba-tiba, sebuah sedan BMW hitam berhenti tepat di depan Titin. Jendelanya terbuka dan nongolah seraut wajah koko-koko tampan berambut cepak menyeringai. Si Robert! Dia cowok fakultas Ekonomi satu tahun di atas Titin. Robert berkulit putih seperti pria Korea dan berbadan tinggi nan berotot, sekitar 185 cm. Dia hobi ke gym sehingga bisep dan trisepnya besar serta dadanya bidang. Pakaiannya juga terkenal selalu modis karena dia memang dari keluarga kaya. Dia selalu memakai kemeja yang keren dan celana jeans yang terlihat mahal. Wajahnya yang tampan dan uang keluarganya membuat dia mudah bergonta-ganti pacar dengan cewek-cewek paling seksi di kampus. Apalagi si Robert orangnya sangat ramah dan pandai memikat hati orang. Titin juga sangat akrab dengan Robert karena mereka berdua memiliki selera humor yang sama. Meskipun usia Robert lebih tua satu tahun, Titin langsung memanggilnya namanya langsung karena merasa sudah dekat. Biarpun mereka sangat cocok satu sama lain dan Robert juga kebetulan tampan dan kaya, Titin tahu Robert ini cuma suka main-main dan seks dari para pacarnya. Alhasil, Titin males menjalin hubungan serius dengan Robert meskipun Robert pernah terang-terangan flirting pada dirinya waktu awal mereka kenal.

“Tin, jualan ya elo disini?” goda si Robert padanya.

“Sialan lo, Bert!” jawab si Titin sebal. “Gue ga ada tumpangan neh. Terpaksa deh gue nunggu bus! Bert, anter gue ke kos ya!”

Titin sebenarnya enggan ikut bersama si Robert karena dia tidak mau memberi mixed signal ke Robert. Tapi, melihat kondisi sekarang ini, paling baik memang naik mobil si Robert. 

Sayangnya, si Robert malah bilang, “Wah, sorry Tin! Gue harus pergi jemput nyokap gue. Arahnya beda sama kosan elo.”

“Bert, please, anter gue ya! Ntar gue traktir deh elo!” rajuk Titin memohon. 

Sambil nyengir mesum, Robert berucap, “Wah kalau ada bayarannya sih gue bisa pertimbangin.”

“Iya deh, ntar gue bayar!” jawab Titin asal ucap.

Dia pikir yang penting dia bisa pergi segera dari halte tersebut. 

“Hehe… Sip deh,” kata Robert sambil membuka pintu untuk Titin. 

Titin masuk ke dalam mobil Robert, diiringi oleh pandangan sebal para cowok-cowok di halte yang kehilangan pemandangan gratis. Mobil Robert mulai menembus kemacetan ibu kota.

“Buset dah lo, Tin!” ucap si Robert sambil memandangi pemapilan Titin. “Seksi amat lo hari ini!”

“Gue sengaja pake seragam seksi andalan gue karena hari ini ada ujian lisannya si Sihombing, Akuntansi Biaya. Biar dia ga konsen dan kasih gue nilai bagus. Hehe.” jawab Titin sambil cengengesan.

“Gila lo! Gue biarin bentar lagi di sana, elo pasti udah dientotin sama tuh abang-abang di halte. Haha,” balas Robert ngasal tetapi ada benarnya.

“Sialan lo!” maki Titin sambil memukul lengan Robert. “Enak aja lo kalau ngomong, Bert!”

Sambil melirik penuh nafsu ke Titin, Robert pun berucap, “Tin, bayaran tumpangan ini elo bayar sekarang aja, ya!”

“Eh, gue bawa duit cuma dikit, Bert. Kapan-kapan deh gue bayarin bensin lo!” balas Titin memelas. 

“Sapa yang minta diduitin bensin, Non!” jawab Robert cepat-cepat. 

“Terus lo mau apa?” tanya Titin bingung. “Traktir makan?”

“Ga…” ucap Robert misterius. “Ga perlu keluar duit kok… Tenang aja deh sama gue!”

Semakin bingung lah si Titin. Sambil menggerak-gerakan tangan kirinya, si Robert berkata, “Cukup lo puasin tangan kiri gue ini dengan megangin toket lo aja dah. Nepsong banget gue liatnya!”

Seringai mesum Robert menghiasi wajahnya. 

CERITA PENDEK ( ONE - SHOT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang