Kuliah jam terakhir di kampus hari ini berakhir. Jam menunjukkan pukul 18.00 dan hari pun mulai gelap. Titin, mahasiswi semester 4 fakultas Ekonomi dengan rambut sebahu berwarna brunette berjalan meninggalkan kampus menuju halte di depan kampus. Sesampainya di halte, Titin merasa agar kurang nyaman. Mata para cowok penjual rokok dan tukang parkir melototi dirinya seolah ingin menelanjanginya.Tersadarlah Titin bahwa hari itu dia memakai pakaian seksi andalannya. Hari ini, dia memakai kaos putih lengan pendek dengan belahan rendah bertuliskan “WANT THESE?” sehingga toketnya yang berukuran 36C seolah hendak melompat keluar. Ini karena hari itu Titin menggunakan BH ukuran 36B sehingga payudaranya lebih menonjol. Apalagi, kulit Titin memang putih mulus. Ditambah lagi Titin mengenakan rok jeans mini hari itu, mempertontonkan kaki jenjang dan paha mulus Titin yang memang tinggi bak model, sekitar 175 cm.
“Buset! Baru sadar gue kalau hari ini gue pake seragam seksi gue demi menghadapi ujiannya si Sihombing! Biar dia enggak konsen tadi!” pikir Titin.
Biasanya, apabila Titin harus naik angkot, dia harus menggunakan kaos atau kemeja yang lebih tertutup dan celana panjang jeans demi menghindari tatapan dan ulah usil cowok-cowok di jalan. Siang tadi, Titin ke kampus datang menumpang mobil temannya, Angel. Tapi, si Angel sudah pulang duluan karena hari ini jam kuliahnya lebih sedikit.
Titin tambah salah tingkah karena cowok-cowok di halte tersebut mulai agak berani memandangi belahan toketnya yang menonjol lebih dekat lagi.
“Najis! Berani amat sih nih cowok-cowok melototin toket gue!” batin si Titin lagi.
Titin menggunakan bukunya untuk menutupi dadanya. Tetapi, mereka malah mengalihkan pandangan mesumnya ke pantat Titin yang memang bulat sekal dan menonjol. Makin salah tingkahlah si Titin. Mau balik ke kampus, pasti sudah gelap dan orang sudah pada pulang. Mau tetap di halte nungguin angkot, suasananya makin gerah saja. Apalagi, kalau naik bus yang pasti penuh sesak jam segini, Titin tidak berani membayangkan tangan-tangan usil yang akan cari-cari kesempatan untuk menjamahi tubuhnya. Sudah kepikiran untuk naik taksi sih, tapi uangnya tidak ada. Jam segini di kos juga kosong. Mau pinjam uang sama siapa juga bingung. Titin mencoba alternatif terakhir dengan menelpon Albert, cowoknya, atau si Angel atau Dessy, teman-temannya yang punya mobil. Eh, sialnya ponsel mereka pada sibuk dan tidak bisa dihubungi!
“Buset, sial banget sih gue hari ini.”
Tidak hanya berhenti di situ. Celetukan mesum cowok-cowok di halte pun dimulai.
“Neng, susunya mau jatuh tuh! Abang pegangin ya? Kasihan, pasti eneng keberatan… Hehe…”
Anjrit! Memerah lah muka si Titin. Dipelototin si tukang ojek yang berani komentar. Eh, dianya malah balas makin melototin toket si Titin. Makin jengah lah si Titin!