Wiwin dan Ririn menurut saja, berbaring di kasur dan mengangkang. Belahan memek mereka agak terbuka tetapi hanya sedikit, tidak terlihat bagian dalamnya, dan juga tidak terlihat lubang vaginanya. Aku terpaksa membelek kedua bibir luarnya sehingga terlihat bagian dalam memek perawan mereka yang berwarna pink. Lubangnya kelihatan kecil dan kuncup di atas, menutup itilnya. Memek Ririn bibir dalamnya agak mencuat keluar sedikit, sedangkan memek Wiwin terlihat lebih rapi, tidak ada daging keluar di antara lipatan memeknya. Ketika aku berusaha menguak lebih lebar Ririn mengeluh sakit.
Aku pun mendekatkan hidungku ke memek si Wiwin. Perlahan-lahan, kucium belahan memeknya. Tidak tercium bau pesing, malah tercium bau wangi sabun. Mungkin, mereka baru mandi saat datang ke kamarku. Aku pun mencari posisi itil Wiwin lalu aku gesek-gesek dengan tanganku. Wiwin kegelian dan berusaha menghentikan gerakan tanganku.
“Jangan ah, Bang…” ucapnya manja. “Geli…”
Aku turuti kemauannya, tetapi aku minta dia melakukan sendiri ke bagian itilnya. Wiwin menuruti dan mengucel-ucel itilnya. Sementara itu, aku bermain di itil Ririn. Dia pun mengeluh kegelian. Sama seperti Wiwin, aku minta Ririn mengucel-ucel itilnya sendiri.
Wiwin terlihat sesekali mengejang—mungkin karena geli atau karena nikmat. Aku berusaha menciumi tetek Wiwin. Dia tertawa kegelian dan berusaha mendorong kepalaku untuk menjauhi kepalaku. Aku berpindah ke Ririn, dan dia juga sama saja kegelian.
“Jangan ah, Bang…” ucap si Ririn manja.
“Iya, lho… Geli, Bang…” lanjut si Wiwin.
Akhirnya, aku meremas pelan dan memainkan pentil susu mereka berdua pelan-pelan. Dijamah susunya sambil memainkan itil mereka sendiri, napas mereka mulai memburu.
“Enak enggak kalian dimainin susunya sambil gesek-gesek itil?” tanyaku sambil meloco kemaluanku sendiri.
Keduanya mengangguk sambil sesekali bergerak menggelinjang. Kusingkirkan tangan Wiwin lalu tanganku menggantikan posisi tangannya. Ada daging agak mengeras lalu kumainkan. Kini, Wiwin tidak kegelian, malah menggeliat-geliat seperti cacing kepanasan. Dia mulai terangsang. Aku raba ke lubang vaginanya, dan ada cairan lendir sedikit keluar dari lubangnya. Jari telunjukku pun aku coba masukkan lebih dalam. Sayangnya, hanya bisa sebatas seruas jari saja. Selebihnya, Wiwin merasa sakit. Hal yang sama kulakukan ke Ririn. Dia pun hanya bisa dimasuki seruas jari.
Aku penasaran ingin menjilat memek mereka berdua. Aku bilang bahwa aku ingin menjilat memek mereka.
Bukannya menolak, Wiwin malah mengatakan. “Ayo dong, Bang… Aku pengen coba kayak yang di video Mbak Lesti…”
{ SENSOR }
( UNTUK MEMBACA CERITA LENGKAP TANPA SENSOR, SILAKAN MEMBACA DI KARYAKARSA.COM/READING4HEALING ATAU MEMBELI VERSI PDF DI WHAT'SAPP 0813-3838-3995 / TELEGRAM: READING4HEALING )