Gimje

108 27 8
                                        

Seorang pelayanan dari Cafe Bread Coffee menyediakan pesanan kami.

Aku bertemu dengan EJ dini hari, kami sudah lama tidak nongkrong di cafe tercinta dulu.

Sudah lama tidak bertemu, rasanya sangat canggung. Seharusnya begitu, tapi hari ini, bertemu dengan orang yang pernah ku sukai, aku tidak begitu takut ataupun cemas. Tapi aku tetap akan menyembunyikan perasaan ku yang sebenarnya.

EJ selalu memesan kopi hitam dengan roti cinnamon roll kesukaannya. Sedangkan aku, teh hangat dengan roti yang paling murah, roti mentega.

"Kamu masih komunikasi sama Liliana dan Mashiro, Kai?" Tanya EJ

"Tidak, aku tidak punya waktu buat chatan sama mereka"

"Begitukah? Kalau sama Lex?"

"Ya, tiap hari ia chat aku. Terakhir kali dia bilang bahwa ada teror datang ke rumah"

"Apa dia bilang apa yang di teror?"

"Tidak. Dia mengatakan akan baik baik saja dan menyuruhku tetap berhati-hati"

EJ tidak ingin melanjutkan topik tersebut, ia tidak sabar untuk hari Gimje tiba.

"Aku mau ajak kamu ke suatu tempat.. "

"Kemana?"

"Nanti kamu juga tau.. "

Berangkatlah mereka ke sebuah toko yang pernah di kunjungi sama Nicholas dan Lex. EJ terlihat akrab dengan pemilik toko tersebut, tapi tidak denganku. Justru sebelumnya aku pernah bertemu dengan pemilik toko perhiasan tersebut.

Pemilik toko ini bernama, Raymond. Ia melihatku seperti ini mengatakan 'Hai kamu yang kemarin', ternyata

"Tuan Eui Joo kali ini datang tidak sendirian ya? Apa dia pacarmu?"

"Haha, bukan, Paman. Aku ingin lihat gelang itu"

Raymond menuruti permintaan EJ, dia mengambil gelang termewah

"Honeystar, nama gelangnya. Ini akan manis di tangan pacarmu"

"Belum jadi pacar, Paman" EJ berbisik.

EJ mengambil tanganku, ia memakaikannya padaku. Raymond sangat tau akan ada dialog yang dalam, ia memilih untuk bersih bersih saja.

"Aku akan serius, Kai.. "

"A-Apa?"

"Gelang ini akan jadi antara iya atau tidak"

EJ bertingkah seperti pangeran, dia menurunkan badannya seperti akan melamarku jadi pacarnya.

"Eui Joo.." Aku sedikit kaget dengan tingkahnya EJ yang tiba tiba

"Apakah kamu mau jadi pacarku?"

Pertanyaan itu sudah sangat sulit bagiku. Aku tidak tau harus mengatakan apa padanya.

"Kamu tidak perlu menjawabnya sekarang, gelang ini akan tetap ada ditanganmu jika kamu setuju. Jika tidak, kamu bisa melepaskannya"

Suasana menjadi serius, tapi di rusak karena kedatangan pembeli.

EJ langsung bayar gelangnya, tapi Raymond mengatakan, "Dia belum menjawabnya kan? Nanti saja bayarnya"

Jadi, kami kembali ke dalam mobil. Disanalah, rasa canggung yang seharusnya tidak ada lagi padaku, kini menjadi jadi.

"Aku dengar kamu takut jika aku menganggapmu sebagai adik perempuan ku, saat itu memang benar. Tapi cinta itu tumbuh ketika kamu menghilang, aku benar benar memikirkanmu. Aku juga sudah menentang aturan keluargaku, aku akan menjadi diriku yang ku mau"

A Blind Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang