" Lis kamu jahat banget masak pacar sendiri di hukum". Ucap Andre yang mengatakan Lisa bahwa ada Fahri di antara mereka dengan keringat bercucuran turun dari wajah nya.
Siang ini kelima anggota inti Scorpio sedang di hukum. Mereka hormat kepada bendera di saat matahari sedang terik-teriknya. Kulit putih mereka menjadi memerah karena terkena sengatan matahari yang cukup panas hingga membuat kulit mereka terbakar.
Mereka di hukum karena ketahuan sedang mencoba untuk bolos dari sekolah. Untuk Zaki salah satu anggota OSIS melihat mereka dan berhasil menggagalkan niat mereka untuk bolos dengan melompati pagar sekolah mereka.
" Lisa, sudah 15 menit nih kepalaku sudah pusing". Keluh arka kepada Lisa agar menyudahi hukuman yang dia berikan.
" Lihat tuh mukanya pacarmu udah pucat". Ucap arka dengan salah satu tangannya menunjuk kearah Fahri yang sedang hormat dengan keringat yang bercucuran.
"Kalian tuh yang salah, ngapain coba ngajak pacar aku bolos kan jadinya dia di kenakan hukum juga". Ucap Lisa dengan menghentakkan kakinya ke tangan karena jengkel saat melihat keadaan pacarnya.
Sebenarnya Lisa tidak mau Fahri di hukum tapi dia bisa kenak marah Ilham bila melaksanakan nya. Lisa memang selalu bertugas menghukum siswa yang melanggar peraturan sekolah.
" Pacarnya di bela, padahal pacarnya tuh yang ngajak bolos". Jawabannya untuk membela diri karena memang Fahri yang mengajak mereka untuk bolos pada pelajaran bahasa inggris di mulai.
Hal itu tentu saja mengundang gelak tawa dari anggota lain yang sedang di hukum di lapangan.
" Diam". Teriak Gibran yang langsung membuat seluruh anggotanya terdiam saat mendengarnya.
Sekali Gibran bicara tidak akan ada yang berani untuk membantahnya selain Fahri, bahkan bila itu Ilham ketua OSIS di SMA Pelita Bangsa.
" Jangan saling menyalahkan kita semua kan sudah sepakat akan bolos hari ini". ucap Gibran begitu semua anggotanya diam.
" Benar kata Gibran kita gak boleh bertengkar hanya karena masalah sepele ". Ucap Arfan dengan keadaan masih tetap hormat kepada bendera.
" Lagian ini akan jadi kenangan indah dan lucu suatu saat nanti saat kita sudah lulus "." Lucu". Tanya Riski yang tidak mengerti arah pembicaraan Arfan barusan.
" Ya, lucu lah masak Fahri cowok paling keren di sekolah di hukum sama ceweknya sediri yang seorang wakil ketua OSIS",Jelas Arfan.
Sontak hal itu membuat tawa mereka pecah karena gak bisa lagi menahan rasa yang menggelitik di perutnya karena perkataan Arfan. Tawa mereka begitu lepas tidak ada beban sedikit pun di tawa tersebut.
" Gak lucu". Tegas Fahri saat melihat seluruh sahabatnya menertawakan dirinya.
" Sayang kamu marah". Tanya Lisa dengan muka penuh rasa khawatir saat mendengar ucapan Fahri karena dia sangat tidak suka kalo sampai Fahri marah kepada dirinya.
" Kenapa aku harus marah pada pacarku yang paling cantik ini". Tanyanya Fahri dengan tangan nya yang mencubit pipi Lisa karena gemas dengan ekspresi wajahnya.
" Kamu pasti malu di hukum sama aku", jawabannya dengan tatapan mata yang sulit untuk diartikan.
" Kenapa harus malu, malahan aku senang karena ini akan jadi kenangan indah untuk kita kenang bersama dan juga akan menjadi cerita lucu untuk anak-anak kita kelak".
Sontak pipi Lisa jadi memerah seperti tomat mendengar kata-kata dari Fahri. Sementara teman-temannya yang lain merasa ingin muntah mendengar perkataan dari Fahri barusan.
" Inpo tiket ke mars", tanya Riski saat melihat ke bucinan sahabatnya itu.
Sementara di sisi lain Gibran senyum-senyum sendiri memperhatikan salah satu kelas di lantai 2 sekolahnya. Karena dari tadi memang dia tidak begitu fokus pada pembicaraan teman-temanya dan hanya fokus memperhatikan kelas tersebut. Kelas yang di terdapat banyak siswi perempuan yang memperhatikan mereka. Walaupun pandangan nya hanya tertuju pada satu orang gadis yang ada di antara kerumunan tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
GIBRAN AZRIL ARENDRA
Fiksi Remajakebahagiaan itu bukan saja tentang orang lain tetapi juga tentang diri sendiri, bila kau tidak bahagia maka jangan dilakukan - Gibran Percuma saja berada di tempat ramai jika yang bisa kita rasa hanya kesunyian, karena ini bukan tentang tempatnya...