Mobil putih mewah berhenti di gerbang masuk SMA pelita harapan, dua orang remaja cantik turun dari mobil mewah tersebut.
" Kak sudah aku bilang gak usah datang", kata Elina dengan wajah yang kesal, " kak itu lagi sakit".
" Enggak, badan aku sudah enakan kok", ucapnya untuk menyakinkan adik kesayangannya.
Sebenarnya Elina sangat hawatir dengan kesehatan kakak semata wayangnya itu. Tadi malam Alya memang sempat demam tinggi sehingga Elina tidak ingin kakaknya berangkat hari ini.
Alya tetap memaksa sekali untuk berangkat hari ini karena ada ulangan jadi dia tidak mau ketinggalan. Alya tetap berangkat sekolah walaupun wajahnya kini sedikit pucat dari biasanya.
Alya datang dengan memakai Hoodie yang oversize berwarna hitam yang menutup tubuhnya, Alya dengan memakai Hoodie tersebut agar luka di pergelangan tangannya tidak terlihat.
" Lina..",panggil seseorang dari kejauhan itu adalah Nanda sahabat dari Elina. Seperti dia sudah menunggu kedatangan Elina ke sekolah.
" Tuh, ada yang nungguin", ucap Alya ambil menunjukkan kearah suara itu berasal.
" Tapi gak papa nih aku tinggal", yang di jawab anggukan kepala sebagai tanda persetujuan.
Alya berjalan sendiri melewati perkiraan setelah kepergian Elina, hingga sebuah panggilan menghentikan langkah kakinya.
Gibran berlari dari arah perkiraan khusus scorpio ke arah nya. Alya berniat untuk kabur hingga langkahnya berhenti saat sebuah tangan menarik pergelangan tangannya.
" Aaahkk..", terik Alya saat Gibran menyentuh pergelangan tangannya yang terluka.
" Al..kamu kenapa", tanya Gibran dengan wajah yang panik.
Baru saja Alya mau menarik pergelangan tangannya Gibran sudah lebih dulu membuka pergelangan tangannya yang tertutupi oleh hoodie nya.
" Astagfirullah..", pekiknya saat melihat banyak sekali bekas luka di tangannya." Tangan kamu kenapa", dengan wajah yang benar-benar panik.
"Kenapa banyak luka yang memerah".
Alya langsung menarik pergelangan tangannya yang di pegang oleh Gibran," gak papa kok".
" Al itu tangan kamu kenapa".
Alya mengusap telapak tangannya sendiri sambil berpikir harus beralasan apa pada Gibran. Apalagi Gibran semalam melihat bahwa tangannya yang masih baik-baik saja.
" Tadi malam aku jatuh di rumah", alasannya
" Tapi kenapa kayak bekas cambukan", dengan tatapan matanya mengarah langsung ke mata Alya.
" Kalo gak percaya ya gak usah", katanya sambil mengalihkan pandangan ke arah lain.
Gibran yang tahu ada sesuatu yang Alya tutupin dari nya, Gibran memutuskan untuk berpura-pura percaya pada ucapan Alya karena dia tidak mau memaksa alya untuk jujur kepada nya dia ingin Alya jujur dan mengadu sendiri padanya walaupun masih perlu waktu, sudah bisa mengobrol dengannya saja dia sudah senang.
✨✨✨✨✨
Gibran membolos dari kelas dan sedang berjalan kearah kelas Alya. Sebenarnya selain luka di tangannya Gibran juga memperhatikan mata Alya yang bengkak karena menangis sepanjang malam dan wajahnya yang pucat tadi pagi.
Belum juga sampai di kelas nya Gibran sudah terkejut melihat Alya dipapah oleh Dimas yang merupakan anggota scorpio yang di tugaskan menjaga Alya di kelas.
Gibran langsung berlari menghampiri mereka berdua dengan wajah yang panik ," Dim, Alya kenapa".
" Dia tidak enak badan, makanya aku mau bawa ke UKS", jawabnya dengan gugup karena tatapan Gibran yang seakan-akan mau menerkamnya.
" Gib..." Belum sempat Alya menyelesaikan ucapannya dia sudah kehilangan kesabarannya.
Gibran yang melihat itu langsung menarik Alya ke pelukannya lalu menggendongnya ala bridal style. Gibran langsung berlari menyusuri lorong sekolah untuk membawa Alya ke UKS. Tanpa memperhatikan orang-orangnya yang memperhatikan tindakan nya.
" Bos, Lo bucin amat", ucap Andre saat melihat Gibran lari melewati kelas nya.
Lah itu mendapat anggukan setuju oleh arka yang duduk di samping bangkunya.
✨✨✨✨✨
Alya terbangun setelah hampir sepuluh menit pingsan, mata Alya langsung tertuju pada sosok yang sedang tertidur pulas sampai memegang tangannya.
Ya Gibran memang tidak langsung pergi setelah membawa Alya ke UKS. Dia terus menjaga dan menunggu Alya sadar di UKS.
Alya terus saja memandang lekat wajah yang tertidur di samping ranjangnya. Tanpa sadar tangan Alya mengusap lembut rambut Gibran, Gibran yang merasakan ada gerakan tersebut berhasil membuat Gibran terbangun dari tidurnya, Gibran masih menikmatinya dengan mata yang tertutup seolah-olah masih tidur.
" Sudah-sudah gue tau gue ganteng, jadi gak usah di pandangi terus", ucap Gibran tersebut sontak membuat Alya kaget dan malu secara bersamaan.
Sementara Gibran ketawa melihat wajah Alya yang sudah memerah karena ucapannya tadi. Gibran meletakkan tangannya di dagunya untuk menahan kepalanya sementara matanya terus menatap wajah Alya yang memerah .
Gibran yang melihat Alya beranjak dari posisi nya langsung berdiri dan membantu Alya untuk berdiri.
" Mau kemana", tanyanya
" Mau ke kelas, aku ada ulangan".
" Gak usah, ini sudah masuk jam istirahat mata pelajaran kedua sudah keluar lima menit yang lalu", ucapnya dengan lantang.
" Kenapa kamu gak bangunin aku", ucap Alya dengan penuh rasa jengkel menyelimuti hati nya.
" Orang tidurnya pulas begitu mana tega aku bangunin", ucap dengan wajah yang jengkel karena pada saat begini Alya masih saja memikirkan tentang ulangan.
Alya yang mendengar itu berniat pergi dari ruangan UKS," mau kemana",tanya Gibran dengan tangan salah satu tangan memegangi tangan Alya.
" Mau ke kelas lah", dengan tangannya yang berubah melepaskan genggaman tangan Gibran.
Tanpa mengucapkan sepatah katapun Gibran menarik Alya ke arah sebaliknya dari arah yang Alya tuju.
" Kita mau kemana", tanya Alya sambil mengikuti langkah Gibran.
" Mau ke kantin ", ucap Gibran tanpa menoleh ke arah Alya.
" Tapi aku maunya ke kelas bukan ke kantin".
" Gak usah banyak omong gue tahu kamu belum makan dari tadi pagi kan". Kata Gibran sambil melangkahkan kakinya kearah kantin sekolah.
Alya hanya pasrah mengikuti kemana Gibran pergi, " kok dia bisa tahu kalau aku belum makan", prolog nya dalam hati.
Langkah mereka di menarik pasang-pasang mata sehingga mereka menjadi pusat perhatian.setiap siswa memperhatikan tindakan mereka, hingga mereka sampai di kantin.
KAMU SEDANG MEMBACA
GIBRAN AZRIL ARENDRA
Teen Fictionkebahagiaan itu bukan saja tentang orang lain tetapi juga tentang diri sendiri, bila kau tidak bahagia maka jangan dilakukan - Gibran Percuma saja berada di tempat ramai jika yang bisa kita rasa hanya kesunyian, karena ini bukan tentang tempatnya...