BAB 7

89 15 0
                                    


Dua orang siswa saat ini sedang duduk di gazebo yang ada di dalam lapangan SMA Pelita Bangsa. Mereka tengah asik membahas tentang sesuatu yang penting menurut mereka.

Menurut Gibran ini penting karena ini semua tentang Alya dan menurut Elina ini semua penting demi kebahagiaan kakak yang paling dia sayangi.

" Kalo di lihat-lihat muka kakak kayak gak asing? Kayak pernah ketemu tapi bukan di sekolah!, tapi di mana ya", ucap Elina dengan kebingungan.

Gibran tersenyum mendengar perkataan Elina," enggak mungkin, pasti di sekolah kan gue cukup populer di sekolah ini".

" Iya kah, tapi kenapa muka kakak kayak gak asing padahal aku baru masuk beberapa Minggu yang lalu tapi berasa sudah lama kenal ya", Jelasnya.

"Udah gak usah di bahas lagi ! ", ucapnya menutup pembicaraan tentang dirinya.

" Kak mu emang selalu dingin begitu?", tanya Gibran dengan wajah penuh tanda tanya.

" Enggak juga, kamu hanya belum masuk di kehidupannya saja.dulu dia gak sedingin itu dia adalah gadis yang periang dan mudah bergaul beda dengan sekarang", jelasnya dengan jujur tentang perubahan dari kakak nya.

" Emang kenapa dia  bisa berubah".

" Karena kematian ibu kami beberapa tahun yang lalu, sejak itu kakak berubah menjadi pendiam dan tertutup",jelasnya.

" Maka dari itu aku mohon kembalikan kakak jadi kayak dulu lagi dan buat kakak ku bahagia lagi", mintanya dengan wajah memelas dengan menatap wajah Gibran untuk meminta persetujuan.

" Kenapa gue...".

" Karena gue tahu lo suka kan sama dia", ucap dengan wajah yang menggodanya.

" Tapi kakak mu susah banget untuk didekati, ucapnya dengan jujur." Emang kamu punya cara untuk mendekati nya.

Elina berdecak mendengar ucapan Gibran" gampang  cara mendekati nya dengan mengerti dirinya lah".

" Iy....,makanya bagaimana, kak mu sangat sulit untuk di dekati ".

Alya memang bukan tipe orang yang gampang dekat dengan orang lain, biar itu hanya sekedar bicara.

" Ya gak tahu, mikir sendiri lah caranya", jawabannya dengan santainya karena tidak ingin pusing bagaimana caranya Gibran mendekati kakak nya" Tapi to aku rasa kak Alya sudah mulai suka sama kamu".

Gibran menatap Elina dengan tatapan bingung. " Kenapa kamu bisa berpikir kalo Alya suka sama aku". Tanyanya dengan wajah penuh rasa penasaran.

" Soalnya kak Alya mau bicara lama cuma  sama kamu saja bahwa di tersenyum saat bersama mu kan", memang Elina sering terlihat Alya tersenyum saat bersama Gibran, itulah yang menjadi salah satu alasan mengapa dia ingin Gibran pacaran dengan kakak nya. Karena sudah lama sekali dia tidak pernah melihat senyuman di wajah kakak nya.

Gibran cemberut saat mendengar perkataan dari Elina, soalnya Alya tersenyum bukan karena senang bersamanya tetapi karena melihat ekspresi wajah nya yang terlihat lucu baginya.

" Oh , iya aku mau mengundang mu ke acara ulang tahun kak Alya besok lusa". Katanya dengan antusias. " Jangan lupa bawa hadiah yang spesial, karena kak Alya gak sembarang suka sama hadiah pemberian orang lain".

" Jangan sampai hadiah mu jadi salah satu hadiah yang di buang sama kakak ku ya.Soalnya kalo gak suka dia sering buang iy hadiahnya sendiri". Katanya dengan kaki melangkah pergi meninggalkan Gibran yang masih duduk di gazebo.

Gibran mengalihkan pandangannya ke arah kelas Alya. Sungguh terkejut di saat melihat Alya berdiri di sana dengan tatapan tajam mengarah ke arah mereka kini berada.

GIBRAN AZRIL ARENDRA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang